ZIKIR AKHIR ZAMAN: ENERGI SPIRITUAL

Oleh: Ma’ruf Zahran

PASCA jatuhnya Dinasti Turki Usmaniyah di Turki (1924), seratus tahun kemudian (satu abad) adalah umat manusia jelang tahun baru, 2024. Banyak sudah peristiwa yang dihelat selama satu abad. Menyisakan karakter dari orang-orang yang kita kenal, meski yang bersangkutan telah wafat. Wafatnya seseorang meninggalkan karakter-nya yang abadi. Karakter boleh disebut sifat, atau qarin dalam studi tasawuf. Jasad boleh terkubur tapi sifat seseorang tetap abadi untuk dikenang. Dikenang karena kebaikannya atau keburukannya, karena jasad tidak bisa terpisah  dengan sifat. Jasad, nama dapat menggambarkan sifat seseorang, gambar sifat inilah yang tidak pernah lenyap selamanya. Bila jasad masuk surga, pasti diikuti oleh sifat baik, dan bila jasad masuk neraka, pasti diikuti oleh sifat buruk. Jadi, berhati-hatilah dengan makhluk Tuhan yang bernama sifat. Jadikanlah sifat bernama baik, dan jangan jadikan sifat bernama buruk.

Sultan Muhammad Al-Fatih II sang penakluk Konstantinopel-ibu kota Byzantium Romawi Timur telah lama wafat, tetapi karakter juangnya tetap abadi sampai dunia berakhir (the end humanity). Sahabat Abu Ubaidah bin Jarrah, panglima perang pembebasan Palestina sudah lama wafat, namun karakter keberanian-nya dipuji Nabi, sebagai Abu Ubaidah sang pemimpin yang paling amanah diantara semua umat. Sehingga Umar bin Khattab mengidamkan: “Aku ingin semua umat seperti Abu Ubaidah yang berkarakter jujur dalam berjuang”. Artinya, Abu Ubaidah bin Jarrah masih hidup dalam karakter kesatria, berani, peduli dan bertanggungjawab.

Masuk pada periodesasi bagi umat yang hadir sekarang adalah masa kekacauan (mulkan- jabbariyan). Berdasarkan nubuwwah tentang fase ke-empat ini, pasca masa kenabian, masa khulafaur-rasyidun, masa dinasti-dinasti.

Masa kini akan dihadapi oleh umat manusia mesti ekstra sabar. Musibah (bencana) menjadi cirinya, bencana alam, kemarau panjang yang mengakibatkan gagal panen, kelangkaan pangan, kebakaran hutan dan lahan, sampai upaya nekat bunuh diri. Bagi mereka yang berpikir pendek, emosi sesaat mengatakan lebih baik mati daripada hidup sengsara. Seiring dengan itu, jumlah aborsi meningkat, jumlah orang gila menanjak. Faktor menyebabnya sangat banyak, selain ketiadaan lapangan pekerjaan yang memadai untuk hidup layak, ditengah biaya tinggi yang harus dibayar untuk kesehatan, pendidikan,perumahan dan kendaraan.

Bahaya kelaparan mengancam, pasokan listrik dan air bersih akan tersendat, sebab kelangkaan minyak dan gas alam. Kematian menjadi berita harian, kemiskinan menjadi pakaian, kegelapan merupakan efek ketidak seimbangan antara ketersediaan daya listrik yang terbatas dengan permintaan konsumen yang tidak terbatas. Pada masa itu, negara tidak lagi memiliki cadangan devisa, bahkan telah terkuras habis, sebab pembiayaan rutin yang sangat menyita keuangan (fiskal dan moneter), seperti terjadi pada “mantan” sebuah negara, Yunani.

Prediksi para pengamat bahwa tahun-tahun hadapan, jumlah orang yang terpapar penyakit menular semakin mengkhawatirkan. Status KLB (kejadian luar biasa) terjadi hampir pada semua varian virus yang tersebar lewat udara. Jumlah anak putus sekolah meningkat tajam, disamping sulit menemukan kesetiaan sepasang suami-istri.

Kondisi yang mencekam dan menakutkan bagi hati semua manusia. Lapar telah memicu konflik horizontal, lapar membuat suasana jiwa menjadi tidak nyaman, lapar mendorong seseorang untuk mencuri, lapar sanggup bagi seseorang menjual iman. Pada masa kelaparan melilit inilah turun Dajjal. Dajjal yang mengganti syukur dengan kufur. “Ujian terbesar bagi umat-ku”, nabi bersabda sambil berurai air mata.

Akhir masa ditandai oleh kesulitan yang dahsyat, kehancuran yang hebat. Malah tetangga bisa membunuh tetangganya karena berebut sepotong roti. Kesedihan, kepiluan, kesulitan, kepayahan, kelaparan sudah menjadi karakter zaman. Betapa kemiskinan sudah menjadi busana mereka. Beberapa riwayat mengkalamkan telah bertanya para sahabat yang intinya menanyakan, ketika datang masa kekeringan tersebut, dengan apakah kami makan dan minum, ya Rasulullah?

Hadis riwayat Ibnu Majah nomor 4067 menjelaskan jawaban Rasulullah atas pertanyaan sahabat. Beliau menjawab: “Tahlil, takbir, tasbih dan tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan.” Sesungguhnya zikir adalah salah satu menu makanan utama bagi rohani, selain salat dan selawat. Di akhir zaman, zikir menjadi makanan pokok sebagai solusi spiritual saat krisis pangan global melanda. Artinya, Tuhan merekayasa manusia bertubuh material, namun berjiwa spiritual (malaikat) dengan zikir sebagai makanan dan minuman kaum beriman, saat peristiwa hiruk-pikuk menjelang kedatangan Dajjal. Disinilah letak keajaiban tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Zikir-zikir yang nampak begitu sepele di masa normal. Namun pada masa paceklik, zikir-zikir menjadi luar biasa. Zikir yang memiliki kekuatan energi sebagai solusi spiritual tersembunyi, akan menampakkan keutamaan pada masa-masa sulit. Mengapa gerangan demikian dahsyat kekuatan zikir sehingga menjadi penghilang rasa lapar dan penghapus rasa haus?

Paparan narasi ini mudahan bisa memberi gambaran, walau sedikit. Pada masa tersebut, diri seorang mukmin menghadapi fitnah dengan cara menyibukkan agenda ibadah, salat, selawat, zikir dan do’a bersama keluarga di rumah. Tilawah Al-Quran dan mentadabburi ayat-ayat Nya. Disibukkan oleh kajian tauhid dan berada di dalam kemah naungan Tuhan, menjadi logistik dan obat-obatan bagi mereka.

Apa yang dihadapi saat krisis pangan global bukan lagi perang fisik, sebab semua sektor kehidupan sudah mengalami pelemahan. Pelemahan bahkan kehancuran total konstelasi ekonomi global baik digital maupun manual, kehancuran tata sosial, kehancuran pranata agama, kehancuran sistem politik, kebudayaan dan karakter, kehancuran supremasi teologi. Dunia mengalami kekeringan dalam masa tiga tahun yang bertahap. Sebagai yang telah dinubuwatkan nabi dari pewartaan hadis Ibnu Majah.

Tahun pertama, Tuhan menutup sepertiga langit, sehingga langit tidak menurunkan hujan selama empat bulan. Kekeringan melanda di seluruh benua, kelaparan merajalela. Pemantik awalnya adalah gagal panen karena ketiadaan air hujan. Bahkan dehidrasi menjadi berita dunia, sehingga semua negara sibuk dengan negara-nya. Bantuan kemanusiaan tidak kita dapatkan, sebab musibah kelaparan, kemiskinan dan penyakit menular mendera pada skala global. Penyakit menular dengan sangat cepat menyebar dalam varian virus yang lebih canggih. Akhirnya, angka kematian setiap hari meningkat sebagai dampak paling buruk dari krisis kemanusiaan.

Tahun kedua, Tuhan menutup dua pertiga langit, semakin jarang hujan turun membasahi
bumi selama delapan bulan. Apa yang digambarkan di atas, menambah parahnya kerusakan tata ekonomi global, regional, nasional, bahkan individual. Angka kejahatan meningkat, setiap orang telah menjadi hakim, sebab disamping krisis kepercayaan kepada hukum, lebih-lebih lembaga peradilan telah lama tutup.

Pada tahun ketiga, Tuhan menutup rapat-rapat langit. Langit yang tidak lagi menurunkan hujan, bumi kering, panas, kerontang.Kebakaran dimana-mana, kota dan desa, lembah dan ngarai, hutan dan lahan. Ringkasnya, seluruh alam dipenuhi asap api. Dampaknya, penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) semakin meningkat, dan pasien dengan berbagai penyakit bertambah. Sementara alokasi dana kesehatan tidak ada lagi, banyak manusia yang mati secara mendadak, baik disebabkan oleh bunuh diri maupun disebabkan oleh kekeringan dan kelaparan yang melanda seluruh benua.

Dampak ikutan terparah saat kemarau 12 bulan, semua penduduk hanya ingin makan, tidak lagi memikirkan kendaraan, perumahan, pekerjaan, keluarga, apalagi tidur enak di atas alga springbed yang ber-ac, sudah tidak lagi terpikir. Mereka hanya memikirkan bagaimana cara menyambung hidup per-jam. Namun kondisi musibah telah sangat massif, sehingga diantara mereka saling membunuh gara-gara perebutan lahan parkir, atau perebutan sepotong roti. Sungguh kondisi akhir zaman yang sangat memilukan hati, menyayat jiwa, melukai rasa kemanusiaan.

Pada masa ini, tidak ada dokter tidak ada pasien, tidak ada dosen tidak ada mahasiswa, tidak ada guru tidak ada murid, tidak ada majikan tidak ada karyawan. Sebab, biaya berobat sangat tinggi, setiap orang hanya menunggu ajalnya. Biaya kuliah tinggi, jamak mahasiswa putus kuliah dijenjang setiap strata (S1, S2, S3). Artinya jumlah drop out (DO) mengalami peningkatan yang signifikan. Angka putus sekolah juga meroket, ditambah kematian ibu dan anak menanjak, sebab seorang bapak tidak sanggup lagi memberi nafkah. Kalaupun ada, pendapatan per-kapita penduduk tidak seimbang dengan pekerjaan. Akibatnya, orang miskin kota dan orang miskin desa mulai kepayahan untuk sekedar bertahan hidup. Masa kekacauan inilah (mulkan-jabbariyan) turun Dajjal.

Sampai kepada bagian terakhir dari literasi ini, menutup narasi yang telah dipaparkan, penulis ingin membagi pengajaran tentang selawat akhir zaman yang direkomendasikan sebanyak mungkin untuk dibaca, dihayati, dirasakan dan diamalkan: Allahumma ya Ahad, shalli ‘ala Ahmad. Allahumma ya Ahad, shalli ‘ala Muhammad. Allahumma ya Ahad, shalli ‘ala Al Mahdi khalifatullah ya Ahad. Ditambah lagi dengan doa nabi Yunus yang sangat populer. Mudahan tulisan ini menjadi support mental menghadapi masa depan. Potensi iman yang teraktualisasi menjadi aksi zikir sebagai energi spiritual saat berhadapan dengan fitnah (ujian) hidup dan mati, dan sebagai benteng dari Dajjal. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *