SERUMPUN TAUHID BERCABANG TIGA: ZIKIR, PIKIR, AMAL

Oleh: Ma’ruf Zahran

Tauhid (keesaan) berisi amanat para utusan Tuhan. Tuhan saya dan Tuhan kamu adalah Allah, sembahlah Dia saja. “Tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikian aku diperintah, dan aku adalah yang paling awal berserah-diri,” pengakuan Ibrahim. Nabi yang ke-tujuh ini, sangat mementingkan tauhid, dan melarang syirik (larangan mempersekutukan Allah).

Memposisikan diri hamba merupakan langkah awal bagi mengenali Rabbi, lalu berserah-diri, lalu tunduk-takluk. Mendekat, esa, menyatu, akhirnya esa tidak dua, bukan tiga. Tidak berbayang sekaligus tidak berbatas. Namun, isi rahasia (sir) adalah rasa (zauq). Rasa adalah rahasia, rahasia adalah rasa. Artinya, parameter beragama bukan diukur dari sepanjang mana, atau selebat apa, janggut yang dipelihara atau dibiarkan. Sebab, asesoris ini sangat akrab pada dunia Arab dan  benua Eropa di abad pertengahan. Padahal, Arab tidak sama dengan Islam, Eropa bukan identik dengan kesalehan.

Lebih berbahaya, jika menduga bahwa jenggot yang panjang adalah indikator kealiman, kesalehan, inti kebaktian. Ketika dia dipahami sebagai trend, kini orang-orang Yahudi banyak yang berjenggot, sebab hormon pembentuk bulu, dominan dalam darah mereka. Berbeda dengan ras orang Asia Tenggara, terutama bangsa Indonesia. Mereka sangat sulit memanjangkan jenggot ala negeri gurun. Sebab, keturunan bangsa Indonesia, mereka berasal dari Yunan atau wilayah Cina Selatan yang merantau, guna mencari kehidupan dengan mendiami kepulauan Nusantara dengan damai. Beratus tahun yang dalam siklus pergaulan, terjadi asimilasi dengan bangsa pendatang. Arab, India (Tamil), Turki, Eropa, termasuk Cina perantau berbaur dengan masyarakat pribumi. Keturunan Arab sudah banyak yang lahir di Indonesia. Keturunan India, Tamil, Pakistan, sudah banyak yang ber- KK (Kartu Keluarga) berkebangsaan Indonesia. Demikian pula Cina perantau di Indonesia. Guna menjalin dan merekat persaudaraan keindonesiaan, jangan mereka arogan dalam bertindak.

Tauhid, keesaan Allah artinya bukan laki, bukan perempuan. Tuhan tidak berjenis kelamin. Tuhan bukan ukuran meter, tidak tinggi dan bukan rendah. Tuhan tidak berjarak jauh dan tidak berjarak dekat. Mahasuci Allah yang bebas dari bayang-bayang pikiran manusia.

Bila masih terseret syirik artinya masih menjadi hamba keadaan. Belum lepas dari tarikan kanan dan kiri, atas dan bawah. Maksud hamba keadaan adalah saat dilimpahkan nikmat, mereka berbangga lagi ingkar. Sedang jika disentuh kepayahan, mereka berputus-asa dari kasih-sayang Allah. “Diantara manusia ada yang menyembah Allah pada tepian huruf. Maka jika dia memperoleh kebaikan, dia merasa puas. Bila disentuh cobaan, dia berbalik ke belakang (murtad). Dia mengalami kerugian (pailit) di dunia dan di akhirat. Itu adalah kerugian yang nyata.” (Al-Haj:11).

Untuk memantapkan tauhid, saran yang bisa dilakukan adalah dengan zikir, pikir, amal. Tiga serangkai ikut membangun pondasi tauhid yang kuat. Iman ditandai dengan zikir yang serius dan pikir yang cerdas. Sampai pada titik zikir dan pikir, niscaya memantik amal yang berkualitas saleh (membangun), bukan amal fasad (merusak). Ciri yang menonjol dari ahli zikir dan pikir, mereka merasa rendah pada Tuhan mereka. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta merendahkan diri kepada Tuhan, mereka itulah penduduk surga, kekal didalamnya.” (Hud:23).

Mukhbitin (kaum yang tunduk kepada-Nya). Tuhan-mu adalah Tuhan yang esa, dan berislam (berserah-diri) kepada-Nya. Sampaikan kabar gembira kepada kaum mukhbitin. Mukhbitin bercirikan, vibrasi hati mereka saat diingatkan tentang Allah. Karakter sabar dalam menghadapi musibah, tidak menyalahkan situasi dan kondisi. Lalu, mereka pendiri salat dan donatur di jalan Allah (baca Al-Haj:34-35). Mereka ini beramal zikir yang menuntun ucapan baik mereka, beramal pikir yang menuntun kepada jalan terpuji. “Dan mereka diberi petunjuk kepada lisan dengan kalam yang baik, dan petunjuk kepada jalan (Allah) yang terpuji.” (Al-Haj:24). Otomatis, ciri penzikir dan pemikir adalah ulul albab. Dua kekuatan pendorong tersebut menghasilkan amal baik, beserta dampak ikutan. Tuhan urai secara jelas dalam banyak tempat di ayat suci-Nya.

Genre ulul albab, bila terpenuhi seluruh karakter dapat mencapai sinta tertinggi pada kelasnya. Maksudnya, pemenuhan syarat ulul albab mulai ayat 191-200 surah Ali Imran, dan pemadanan sifat. Saat mereka dapat menjadikan langit, bumi, malam, siang adalah simbol media untuk mengantar kepada tauhid (keesaan) Tuhan. Bahwa Tuhan bukan langit dengan seluruh junjung ketinggian-nya, dan Tuhan bukan bumi dengan semua hamparan-nya. Tuhan tidak berwujud gelap (malam), dan Tuhan bukan berwujud terang (siang). Penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang adalah ayat-ayat Allah bagi ulul albab. Karena keempat tanda ini, langit, bumi, malam, siang adalah pesan keesaan-Nya. Namun, sebab keseringan yang dipandang, niscaya ayat-ayat Tuhan menjadi terbiasa. Kebiasaan, ujungnya abai terhadap ayat-Nya, kecuali ulul albab yang bercirikan tauhid dan bercabang zikir, pikir, amal.

Sepuluh ayat sangat mencengangkan kaum peminat Alquran. Nasehat yang bernas ketika diterima hati, nasehat yang cerdas bisa diterima akal. Namun hati yang bagaimana? Akal yang bagaimana? Hati sehat (qalbun salim) yang mampu menembus tujuh petala langit dan bumi, akal sehat (‘aqlun salim) mampu menghapus gelapnya malam dan menghalau terangnya siang.

Isi doa ulul-albab adalah kesediaan untuk mendengar panggilan iman, lalu beriman. Selalu memohon ampun kepada Allah, dan bercita-berpengharapan wafat bersama dengan kualitas orang-orang yang berbakti (watawaffana ma’al abrar).Membenarkan para utusan Tuhan, memohon dihindarkan dari kehinaan hari akhir, serta yakin kepada janji Tuhan. Benar, janji-Nya yang tidak pernah luput.

Permintaan mereka direspon cepat oleh Tuhan mereka (fastajabnalahum rabbuhum). Sesungguhnya Aku (Tuhan) tidak menyia-nyiakan amal para amil, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka yang berhijrah, berjihad, pasti Aku hapus dosa mereka, dan Aku masukkan mereka ke dalam surga. Surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Sebagai balasan dari sisi Allah. Dan di sisi Allah adalah balasan yang paling baik (baca Ali Imran:195).

Selanjutnya, peringatan Tuhan, jangan menjadi orang yang ingkar, namun bertakwalah!Informasi bagus tentang masa depan dunia, kekinian (top-brand), berupa informasi spiritual adalah dalam firman-Nya. Allah memuji ahli kitab akhir zaman (Yahudi dan Nasrani): “Dan, sungguh sebagian ahli kitab ada yang beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada-mu Muhammad (Alquran). Dan yang diturunkan kepada mereka (Zabur, Taurat, Injil). Karena kerendahan hati mereka kepada Allah (rasa takut kepada-Nya). Mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga yang murah. Mereka memperoleh pahala dari sisi Tuhan mereka. Sesungguhnya Allah maha cepat perhitungan-Nya.” (Ali Imran:199). Masa depan yang diprediksi kitab suci ini, sekarang semakin menjadi kenyataan (the reality). Tuhan pasti memenuhi janji-Nya, berupa kebahagiaan dan kemenangan bersama. Oleh sebab itu, ayat 200 sebagai wasiat terakhir surah Ali Imran. “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah, kuatkan kesabaran. Bersiagalah, berjagalah, bertakwalah. Mudahan kamu beruntung.” Jadi, kunci rahasia untuk menggapai kegemilangan adalah bersabar, sampai Tuhan menentukan waktu yang tepat untuk sebuah kemenangan. Wallahua’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *