Oleh: M. Iqbal Arraziq
Pada pagi yang cerah, tanggal 17 September 2024, aula Masjid Abdurrani Mahmud, IAIN Pontianak, terasa berbeda.Ruangan yang biasanya tenang, hari itu dipenuhi oleh ratusan mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, yang antusias mengikuti pembukaan Kegiatan Pembekalan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) 2. Mereka tampak sumringah, penuh harap, dan bersemangat menyambut rangkaian acara yang akan menjadi bekal penting bagi mereka sebelum terjun ke lapangan, yaitu dunia sekolah.
Pembukaan acara dimulai dengan tertib dan khidmat. Kursi-kursi yang ditata rapi di dalam aula tampak sesak oleh peserta, dosen, dan tamu undangan yang hadir. Di depan ruangan, panggung kecil dengan spanduk besar bertuliskan “Pembekalan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) 2 – Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Pontianak” menjadi pusat perhatian. Tidak hanya dekorasi sederhana yang menambah semarak acara, namun semangat para peserta juga terasa mengisi udara di dalam aula.
Pembukaan Pembekalan PLP 2. (dok)
Acara pembukaan ini dibuka oleh Wakil Dekan 3 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya PLP 2 sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan calon guru. “PLP 2 ini bukan sekadar formalitas, melainkan bekal penting yang harus kalian manfaatkan sebaik-baiknya. Jadikan kegiatan ini sebagai kesempatan untuk belajar, memahami, dan menyiapkan diri sebelum benar-benar terjun ke dunia persekolahan,” ungkapnya. Beliau juga mengingatkan mahasiswa agar mengikuti kegiatan ini dengan serius, karena PLP merupakan pengalaman langsung yang tidak bisa didapat hanya dari teori di kelas.
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Dr. Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I, juga memberikan sambutan hangatnya dalam kesempatan ini. Beliau menekankan bahwa PLP 2 tidak hanya sekadar memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati dunia sekolah, tetapi juga melibatkan mereka secara langsung dalam proses belajar mengajar. Hal ini menjadi penting untuk mempersiapkan para mahasiswa menghadapi kenyataan yang ada di lapangan.
“Kami telah mengundang sejumlah narasumber luar yang kompeten di bidangnya untuk memberikan materi yang akan sangat berguna bagi kalian dalam menghadapi tantangan di dunia persekolahan,” kata Dr. Syamsul. Beliau kemudian memperkenalkan narasumber yang akan mengisi kegiatan pembekalan ini, yaitu Bapak Edi Setiawan, M.Pd yang akan membahas Kurikulum Merdeka, Ibu Dr. Ema Rahmaniah, M.Ed yang akan mengupas masalah bullying dan bentuk-bentuknya di sekolah, Ufi Ruhama, M.Pd yang akan membahas pentingnya penguasaan soft skill, serta Ustadz Yusuf, MHI yang akan memberikan wawasan mengenai etika pendidikan dari perspektif kitab *Ta’lim Muta’alim*.
Pidato Dr. Syamsul sangat menyentuh dan memotivasi para mahasiswa. Ia menekankan bahwa PLP ini adalah bagian dari perjalanan mereka menjadi guru yang sebenarnya. “Pengalaman PLP itu seperti seorang pendaki gunung,” ujar Dr. Syamsul. “Orang yang merasa kagum pada ketinggian gunung, tidak akan pernah mengukur tingginya. Sebab pengalaman itu bukan pada puncaknya, tetapi pada perjalanannya.” Metafora ini menggambarkan bahwa mahasiswa tidak seharusnya hanya fokus pada tujuan akhir mereka menjadi guru, tetapi juga menghargai setiap proses belajar yang mereka lalui, termasuk dalam kegiatan PLP ini.
Setelah sambutan dan pembukaan resmi oleh Wakil Dekan dan Ketua Program Studi, kegiatan pun dilanjutkan dengan sesi pembekalan yang dipimpin oleh narasumber pertama, Bapak Edi Setiawan, M.Pd. Beliau memulai dengan membahas Kurikulum Merdeka, sebuah kurikulum baru yang memberikan fleksibilitas lebih kepada siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Beliau menjelaskan bagaimana kurikulum ini dapat memfasilitasi minat dan bakat siswa dengan lebih baik, serta menekankan bahwa calon guru harus mampu beradaptasi dengan perubahan ini. Para peserta mendengarkan dengan penuh perhatian, mencatat setiap detail penting yang disampaikan.
Materi kedua diisi oleh Ibu Dr. Ema Rahmaniah, M.Ed tentang bullying dan bentuk-bentuknya di sekolah. Tema ini sangat relevan dan kritis, mengingat fenomena bullying yang masih menjadi masalah besar di banyak sekolah. Dr. Ema Rahmaniah menjelaskan secara rinci bagaimana cara mengenali berbagai bentuk bullying, serta langkah-langkah preventif yang dapat dilakukan oleh guru. Para mahasiswa terlihat sangat tertarik, beberapa di antaranya bahkan mengajukan pertanyaan tentang pengalaman mereka menyaksikan kasus bullying di sekolah.
Hari pertama kegiatan ini berlangsung dengan lancar dan penuh antusiasme. Mahasiswa-mahasiswa yang hadir tidak hanya mendengarkan materi, tetapi juga terlibat dalam diskusi yang menarik. Beberapa dari mereka bertanya tentang bagaimana Kurikulum Merdeka bisa diterapkan di sekolah-sekolah dengan fasilitas terbatas, menunjukkan kepekaan mereka terhadap tantangan nyata di lapangan.
Ketika malam tiba, para peserta kembali ke tempat tinggal masing-masing dengan membawa banyak wawasan baru. Meski hari yang panjang telah dilalui, mereka tampak tetap bersemangat untuk mengikuti hari kedua pembekalan.
Pada tanggal 18 September 2024, meski hujan deras mengguyur kota Pontianak, tidak menyurutkan antusiasme para mahasiswa untuk kembali ke Aula Masjid Abdurrani Mahmud. Meskipun jalanan basah dan udara terasa dingin, aula kembali dipenuhi oleh peserta yang bersemangat mengikuti pembekalan di hari kedua.
Hari kedua ini dimulai dengan sesi yang sangat penting, giliran Ufi Ruhama, M.Pd yang menyampaikan materi tentang soft skill. Beliau menekankan bahwa soft skill seperti komunikasi yang baik, kepemimpinan, dan kemampuan bekerja dalam tim, sangat penting untuk dikuasai oleh calon guru. “Soft skill ini akan menjadi pembeda antara guru yang hanya pintar secara akademis, dengan guru yang mampu menginspirasi dan memotivasi siswanya,” tegas Ufi Ruhama.
Di penghujung acara, Ustadz Yusuf, MHI menyampaikan materi tentang etika pendidikan, yang didasarkan pada kitab *Ta’lim Muta’alim*. Beliau memberikan pandangan yang lebih spiritual dan moral tentang profesi guru. Menurutnya, menjadi seorang guru bukan hanya sekadar mentransfer ilmu, tetapi juga harus mampu menjadi teladan dalam akhlak dan perilaku. Ustadz Yusuf juga menekankan pentingnya etika dalam berinteraksi dengan siswa, sesuatu yang seringkali terlupakan di tengah tantangan-tantangan teknis pendidikan modern.
Acara penutupan disampaikan oleh Ketua Panitia, Salim, M.Pd. Ia memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat, terutama panitia, yang telah bekerja keras menyukseskan kegiatan ini. Dalam sambutannya, Salim juga menegaskan bahwa setiap peserta yang telah mengikuti kegiatan pembekalan ini dengan baik akan mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan sebagai Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Sertifikat tersebut juga menjadi tiket untuk melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu terjun langsung ke lapangan persekolahan dalam PLP 2.
Hujan yang mengguyur sepanjang hari tidak mampu meredam semangat para peserta. Mereka tetap hadir dengan antusias, dan setiap sesi pembekalan diikuti dengan penuh perhatian. Acara ini menjadi awal yang penting bagi para mahasiswa dalam mempersiapkan diri mereka menuju dunia sekolah, di mana mereka tidak hanya akan mengamati, tetapi juga akan mengalami secara langsung bagaimana menjadi seorang guru yang profesional.
Kegiatan Pembekalan PLP 2 ini telah meninggalkan kesan mendalam bagi setiap peserta. Bukan sekadar tentang mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga bagaimana mereka menyiapkan diri secara mental dan emosional untuk menghadapi dunia nyata sebagai guru. Seperti yang disampaikan oleh Dr. Syamsul Kurniawan, pengalaman ini adalah perjalanan, dan perjalanan inilah yang akan membentuk mereka menjadi guru-guru yang tangguh, profesional, dan berintegritas.***