Al-Hakam

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Alhakam adalah nama Allah yang ke-dua puluh sembilan. Alhakam artinya yang menghukumkan, memutuskan, menetapkan, membuat hukum atau undang- undang. Dengan simpulan bahwa Dia Allah Alhakam yang maha menetapkan segala sesuatu. Mukmin wajib meneladani nama Allah Alhakam. Dalam hal ini, gurunda (muallim) K.H. Bachit (Kalimantan Selatan) menyuruh mencontoh sembilan sifat Tuhan sebelum memahami Alhakam. Sembilan teladan yaitu: Maha mengetahui (Al’alim), maha menyempitkan (Alqabidh), maha meluaskan (Albasith), maha merendahkan (Alkhafidh), maha meninggikan (Arrafi’), maha memuliakan (Almu’iz), maha merendahkan (Almudzil), maha mendengar (Assami’), maha melihat (Albasir), kemudian baru Alhakam. Pembuat hukum (legislator) yang paling sempurna adalah Allah SWT.

Menelusur nama dan sifat Allah Alhakam sama dengan tuntunan (panduan) moral. Bukan semata-mata ayat hukum yang menghukum. Berulang ayat-ayat moralitas ekonomi, kesejahteraan, baru diturunkan ayat hukum. Ayat hukum lebih sedikit dibanding ayat tentang idealisme moral Alquran (adab). Sebab, adab di atas ilmu. Ringkasnya, orang yang beradab pasti berilmu. Tetapi, orang yang berilmu belum tentu beradab.

Nama Allah Alhakam diliputi sifat adab-Nya yang maha santun. Meski Dia bisa menghukum, pasti ampunan dari-Nya maha luas. Kecuali bagi orang- orang yang zalim kepada hamba-Nya dan melampaui batas, Dia sediakan hukuman yang perih (syadidul-‘iqab).

Artinya, seluruh qada’ (ketetapan, legislasi) dan qadar (pelaksanaan ketetapan, eksekusi) adalah sifat, milik-Nya, yang disebut takdir. Baik takdir yang buruk seperti merendahkan, menghinakan, mematikan. Maupun takdir yang baik seperti meninggikan, memuliakan, menghidupkan. Keduanya mengandung wahyu, ilham, hikmah, mukasyafah dari Allah (qadri khairihi wa syarrihi minallahi ta’ala).

Memandang baik terhadap hakam-hukumNya adalah puncak (novelty) kisah skenario dari-Nya. Menyadari bahwa Dia maha baik (Albar) dalam menghukum, adalah kunci mengakses bendahara langit. “Aku adalah eksistensi dari kekayaan yang tersembunyi” (kuntu kanzun makhfiyyan). Namun, Aku ingin memperlihatkan hukum-hakam-Ku. Lokus penjelmaan adalah pada zat, sifat, asma’ dan af’al-Ku. Aku berbuat sekehendak keinginan-Ku (kun fayakun).

Mengimani bahwa Alhakam berkuasa, bahkan terhadap lauh mahfudz. Kekuasaan-Nya meliputi sidratul-muntaha dan Dia memenuhi, menguasai arasy yang agung (rabbul arsyil ‘adhim). Buktinya, informasi langit dalam kitabullah: “Allah menghapus (takdir), dan menetapkan (takdir). Sesuai kehendak-Nya, kekuasaan yang meliputi ummul kitab (buku induk segala takdir).” (Arra’du:39).

Postulat bala’, musibah (baik dan buruk) adalah entri ujian, bahkan keniscayaan: “Setiap bencana yang menimpa di bumi (makrokosmik), dan bencana yang menimpa diri kamu (mikrokosmik), semuanya sudah tertulis di kitab terdahulu (di langit), sebelum Kami mewujudkannya (di bumi). Sungguh, bagi Allah sangat mudah.” (Arra’du:22). Novelty mengimani Alhakam guna membuat hidup menjadi lebih tenang (thumakninah), lebih bahagia (sa’adah). Bumi adalah ranah (tempat) Tuhan mengaplikasikan rencana-Nya. Membumikan wahyu guna melangitkan (kembali) anak keturunan Adam-Hawa. Untuk beromantika di surga seperti dahulu. Sedang di bumi sekarang, dengan iman kepada Alhakam, supaya mereka mempunyai stabilitas temperatur batin, kesadaran spiritual. Maksudnya, harmoni ketika sehat mendekat, harmoni ketika sakit melilit. Bersikap sederhana (wasathiyah) saat kaya menyapa. Bersikap seimbang (tawazzuniyah) saat miskin mendera. Sederhana di puncak menara kekayaan, sederhana di puncak mimbar kemiskinan. “Agar kamu jangan berduka terhadap apa yang luput (nikmat yang hilang) darimu. Dan agar kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya (nikmat yang datang). Dan Allah, tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Alhadid:23).

Jadilah arif (bijak), bila menerima amanah sebagai hakam (legislatif) dan sebagai hakim (yudikatif) dalam memutuskan perkara hukum. Nama Alhakam juga mengandung sifat ‘adil dan qisth. Al’adil adalah kesempurnaan Tuhan dalam menempatkan sesuatu pada posisi yang tepat. Sedang Alqisth adalah sifat Tuhan yang seimbang, tidak berat sebelah. Tuhan kami, anugerahkan kepada kami kesanggupan memutuskan hukum dengan adil dan setimbang. Perlihatkan kepada kami yang benar (haq), itu benar (haq). Bantu kami untuk mengikutinya. Perlihatkan kepada kami yang salah (bathil), itu adalah salah (bathil). Bantu kami untuk menjauhinya. Wahai yang maha pengasih diantara yang mengasihi. Wallahua’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *