Oleh : Ma’ruf Zahran
Ucapan tahmid (alhamdulillah) adalah setinggi-tinggi do’a. Setinggi do’a sebab mengandung pujian Tuhan kepada Tuhan, pujian Tuhan kepada Muhammad, pujian Tuhan kepada umat sebagai jalan turun (datang), science Islam menyebutnya jalan tanazzul. Sedang pujian umat kepada Tuhan, pujian Muhammad kepada Tuhan merupakan jalan naik (pulang) yang disebut tarqi.
Bukan horizon baru, melainkan tahmid adalah ucapan sebelum alam raya hadir, saat Tuhan memuji diri-Nya sendiri, al-mutakabbir huwallah (yang berhak sombong hanya Dia, Allah). Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Dia maha hidup kekal abadi selamanya. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada seorang-pun yang dapat memberi pertolongan kecuali dengan izin-Nya. Dia maha mengetahui apa yang ada di tangan mereka (masa depan), dan apa yang ada di belakang mereka (masa lalu).
Alhamdulillah, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang Dia tidak pernah lelah memelihara langit dan bumi. Alhamdulillah, Dia maha tinggi lagi maha agung. Segala puji untuk-Nya, di dunia dan di akhirat. Maksudnya, tahmid merupakan kalam penduduk surga kepada Tuhan sebagaimana firman: “Dan orang-orang yang beriman, serta mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani mereka melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal didalamnya. (Surga) yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kepada kami (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk, sekiranya Allah tidak menunjuki kami. Sesungguhnya para rasul telah datang membawa kebenaran, diserukan kepada mereka: Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, sebagai balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.” (Al-A’raf:42-43).
Ibarat kata berjawab, gayung bersambut, kalam Tuhan membalas kalam hamba beriman: “Marhaban bikum.” Selamat datang untuk-mu (Aku telah bersama-mu kembali di dalam surga). Umpama, seorang ayah yang melepas kepergian anaknya untuk merantau, sang ayah akan bertanya, wahai anakku! Tahukah kamu jalan pulang? Dahulu pernah kamu tapaki lorong-lorong saat kita pernah bersama?
Bakal calon (balon) surga adalah tipikal orang-orang yang beriman dan beramal kebaikan. Tidak selisih antara karakter penghuni dengan kualitas tempat, selalu berkesesuaian. Pepatah berujar: Lain lubuk lain ikannya, lain padang lain pula ilalangnya. Adapun bakal calon (balon) penghuni neraka sudah memastikan dan memantapkan diri dengan mata hati yang buta, telinga hati yang tuli, mulut hati yang bisu dalam arti tidak beriman.
Bersepaduan antara karakter penghuni surga yang indah akhlaknya dengan kediaman surga sebagai sebaik-baik tempat tinggal (ni’ma ‘uqbad-dar). Bersepadan pula antara karakter penghuni neraka yang dzalim dengan tempat yang menakutkan berupa tikar dan selimut dari api. Demikian tempat terburuk bagi orang-orang dzalim (biksa matswadz-dzalimin). Surah Ibrahim dan surah Az-Zumar sangat banyak membicarakan keadaan orang-orang dzalim. Secara radikal, Tuhan akan membinasakan orang-orang dzalim sampai keakar-akarnya.
Ayat-ayat eskatologi (keakhiratan) tersebut dapat membuat hati mukmin tenang saat menghadapi musibah atas kondisi yang tidak menyenangkan. Sebab, disebalik tabir kesulitan telah Tuhan siapkan berjuta kemudahan. Bagi orang umum, hikmah musibah sering kali dipahami di belakang, sedang bagi orang khusus, hikmah musibah sering kali dipahami di depan. Minimal melatih sabar dan rela menerima rangkaian ujian.
Tuhan sangat membenci kepada orang-orang yang aniaya, merusak sendi kehidupan dan memotong hajat orang yang berhajat, niscaya Dia akan memotong urat nadi orang-orang yang dzalim. Belum cukupkah peringatan Tuhan terhadap orang yang jahat? Kami akan memberi minuman dengan timah yang mendidih saat dahaga mereka. Pasti usus mereka terpotong-potong. Masih berpuaskah orang-orang jahat, saat makanan mereka dari buah yang berduri seperti kepala syaitan (zaqqum). Zaqqum yang melukai tenggorokan, tidak menyehatkan dan tidak menghilangkan rasa lapar. Mereka berada di bawah awan yang gelap, dinding neraka yang menyemburkan api yang sangat panas (nara asyaddu harra).
Sebagaimana malaikat menyeret para pendurhaka ke lubang neraka secara berombongan. Merupakan gambaran di dunia bahwa bergabung orang yang baik ke dalam golongan baik yang saling menolong. Bergabung orang yang jahat ke dalam golongan jahat yang saling memangsa. Koridor dari kedua tipe manusia surga dan manusia neraka sangat menyata dalam firman sebagai visual neraka yang sangat berbeda dengan visual surga: “Dan ketika Kami menyeret orang-orang yang ingkar ke neraka Jahannam dengan berkelompok. Sehingga saat datang mereka, (baru) dibukakan pintu-pintunya. Lantas dikatakan kepada mereka yang sedang bersedih: Apakah belum datang kepadamu utusan-utusan diantara kaum mu yang membacakan kepada-mu tentang ayat-ayat Tuhan-mu, dan memperingatkan pertemuan pada hari ini. Mereka menjawab: benar (telah datang utusan). Melainkan keputusan kalimat siksa untuk orang-orang yang ingkar.” (Az-Zumar:71).
Kemudian ayat 72 menyebutkan: “Dikatakan kepada mereka: masukilah pintu-pintu Jahannam, kamu kekal didalamnya. Jahannam adalah seburuk-buruk tempat bagi orang yang menyombongkan diri.” Sebaliknya, tahmid merupakan kalam ahli surga sejak di dunia. Mereka tidak tertimpa adzab, tidak sengsara dan tidak dianiaya sedikitpun. Tempat mereka di surga- Nya yang kekal.
Mereka dihantar ke surga dengan pengawalan ibarat kafilah (rombongan) terhormat. “Dan mereka dibawa ke surga secara berkelompok. Sehingga sampai di pintu-pintu surga yang selalu terbuka, disambut dengan salam kehormatan, berbahagialah. Masuklah ke surga, menjadi penghuni yang kekal. Mereka mengatakan: Alhamdulillah, segala puji bagi Allah.”(Az-Zumar:73-74).
Demikian kekuatan tahmid yang mampu membuka pintu-pintu langit, saat hamdalah menjadi user name dan pasword alam akhirat. Hamdalah menjadi kunci surga, dan hamdalah sanggup menjadi penutup rapat pintu neraka. Hamdalah jalan berterimakasih kepada-Nya. Hamdalah telah membangun perasaan baik sangka dengan-Nya. Hamdalah mampu melepaskan derita yang membebani dan komunikasi yang terhalangi. Hamdalah adalah awal semua ucapan dan akhir dari segala pengertian. Hamdalah menjadikan jiwa tenang tidak terguncang, hamdalah tidak takut dicaci dan tidak berharap pujian makhluk. Baik ketakutan maupun harapan, keduanya pasti berakhir dengan kekecewaan. Intinya, simpulan hikmah bertahmid membuang energi negatif (dosa) dan mengundang energi positif (pahala). Wallahu a’lam.