IBU: PEREMPUAN HEBAT YANG TAK TERGANTIKAN

Oleh:Ma’ruf Zahran

Klaim kaum bapak mendominasi lapangan kehidupan sudah sejak dahulu kala, mengingat karakter bapak yang distigma maskulin, logis-rasional dan tahan menghadapi tantangan. Stigma ini menjadi bertolak-belakang saat mendiskusikan tentang asumsi kaum ibu yang cenderung feminin, lemah-gemulai, sensitif, emosional tetapi empati. Benarkah atau sekedar pembenaran terhadap kultur yang sudah adekuat sejak dahulu dan sekarang semakin dilestarikan(establishment). Literasi ini diangkat dari banyak pengalaman kaum ibu yang sesungguhnya mereka tidak seluruhnya salah seperti stigmatisasi yang dibuat dalam kotak-kotak ekstrim di atas.

Bagaimana peran perempuan di Indonesia secara umum dan Kalimantan Barat secara khusus. Perlu editorial rubrik pembahasan tersendiri. Namun, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa peran Cut Nyak Din, sosok pahlawan perempuan Nusantara yang meniru perjuangan Khadijah binti Khuwailid saat pertama kali Islam disiarkan.

Mengapa Muhammad begitu tegar dalam tugas dakwah di Mekkah dan beliau monogami sampai Khadijah wafat. Atau mengapa Tengku Umar begitu teguh melawan Belanda yang menjajah Aceh sampai titik darah penghabisan. Sebab ada Khadijah dibelakang Muhammad danada Cut Nyak Din dibelakang Tengku Umar. Disini peran perempuan tampak dalam kapasitas sebagai istri. Dan bagaimana peran ibu dalam sejarah kenyataan, bukti telah jamak mengutarakan hal ini. Betapa besar peran Maryam terhadap putera tunggalnya, Isa. Al-Quran banyak mengisahkan hubungan keduanya, ibu dan anak. Musa dan ibunya, peran yang tidak pernah dapat digantikan selamanya yaitu:

1. Mengandung.

Mengandung bagian dari pengalaman hidup yang sangat menyenangkan bagi ibu yang didapat justru saat kepayahan di atas payah (wahnan ‘ala wahnin). Jihad kaum perempuan hebat pada saat hamil dimana rahimnya menjadi tempat bagi titah Tuhan berlangsung secara nyata. Dalam hal ini kaum perempuan bermartabat mulia karena telah menjadi saksi langsung bagi keadaan nyata perubahan berupa pertumbuhan janin dari waktu ke waktu. Secara berjangka kemajuan biologis menuju ke arah kesempurnaan martabat alam insan (jasmani dan rohani).

Kreasi Tuhan tampakkan bahwa rahim ibu sebagai tempat simpanan ayat-ayat kauniyah (kealaman) , fase demi fase difirmankan: “Kemudian Kami menjadikan air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Al-Mukminun:13). Mengingat pentingnya proses penciptaan manusia dan peniupan ruh pada manusia di alam rahim, sehingga posisi ibu sangat penting dan mulia. Penting artinya getaran cinta ibu kepada anaknya, belum tentu dirasakan oleh seorang ayah. Mulia artinya hormati ibumu, ibumu, ibumu, baru bapakmu.

2. Melahirkan.
Betapa hebatnya ibu sehingga seluruh profesi dia perankan dan fungsikan, bukan karena tugas pokok tetapi lillah (karena Allah). Karena ibu lillah, lelahnya menjadi kemuliaan (‘azizah). Karena ibu lillah, susahnya adalah kasih-sayang (rahmah), tangisan-nya adalah rahasia (sarirah).Ibu yang telah mengukir zaman, bahwa kita yang sekarang adalah anak-anak dari ibu zaman.Meskipun ada diantara kita yang tidak pernah melihat wajah ibu. Kecuali sampai detik ini, jika ibu memiliki saudara atau status bibi bagi kita, boleh dikatakan: “seperti itulah wajah ibumu.”
Artinya wajah yang tak tergantikan namun seperti.

Reasons mengapa kaum perempuan hebat? Kaum perempuan hebat setelah dia menikah.Maksudnya, perubahan status dari gadis menjadi istri dari suaminya sejak akad nikah selesai dihelat. Kemudian penambahan status sebagai ibu dari anak-anaknya. Hemat penulis, peralihan dari jenjang ke jenjang ini sudah melambungkan derajat dan pangkat perempuan. Dari gadis menjadi istri, kemudian menjadi ibu, lalu menjadi nenek dan menjadi datuk, serta moyang bagiketurunannya.

Seluruh perbuatan baik turunan, sang perempuan hebat menerima pahalanya, pahala jariyah (mengalir). Sedang dosa keturunan tidak jariyah (tidak mengalir). Sebab, Islam tidak mengenal dosa waris, melainkan menerima pahala dari keturunan yang saleh yang mendoakan, ilmu yang bermanfaat dan sadakah jariyah. Demikian bila setiap orang memahami betapa dahsyat keagungan yang dimiliki ibu melahirkankan, selain rahimnya telah dipinjam Tuhan sebagai tempat turun wahyu proses penciptaan (khalqiyyah) dan penghembusan ruh Tuhan (nafkhiyyah), juga rahim telah menjadi deposito amal untuk ibu dari anak yang terlahir melalui anatomi kasih-sayangn(rahim).

3. Menyusui.
Potensi keberlangsungan bayi pasca persalinan langsung Tuhan siapkan minuman yang paling bergizi di dunia, ASI (air susu ibu). Asi adalah minuman dalam kandungan makanan sekaligus. Artinya asi memuat karbohidrat, mineral, vitamin, protein, kalsium, kalium, dalam takaran yang tepat dan seimbang. Asi merupakan potensi yang diberikan Tuhan kepada kaum perempuan hebat, tidak Dia berikan kepada kaum pria hebat. Asi yang tiada tanding dalam membentuk ketahanan tubuh, kecerdasan otak, ketenangan jiwa. Ketiga perpaduan efek asi inilah yang tidak tertandingi oleh susu formula manapun di dunia.

Diduga, susu formula dengan kandungan omeganya bisa meningkatkan kecerdasaan IQ, dan menjaga ketahanan tubuh (imunitas). Sebenarnya, nutrisi yang diberikan di rahim harus berkelanjutan pasca persalinan dengan asi, karena sustainable sifatnya. Pembentukan dasar otak yang memiliki kemampuan daya ingat dan daya nalar, akan disempurnakan dengan aktualisasi asi yang rutin diberikan. Aksi pemberian asi oleh ibu hebat juga semakin “mentaukid” imunitas.Lebih-lebih ketenangan jiwa (sakinah) semakin “mentahqiq” kebenaran bahwa asi ibu tidak dapat ditukar-ganti walau semahal apapun susu formula se-dunia.

Kontinum dari masa janin ke masa bayi, bayi yang disusukan asi hakikatnya mengalirkan darah yang berwarna putih dalam gelembung susu. Darah inilah saluran penting pada nutrisi gizi yang diperlukan tubuh, tulang dan otak. Lagi pula, saat proses menyusukan berlangsung tersebut, ada kondisi yang tidak didapat oleh susu formula yaitu perasaan kasih-sayang ibu dan anak.Menegaskan ulang sesungguhnya pertalian susuan juga terdapat pesan suci (hanif) yang mengingatkan kepada ibu dan anak tentang janji Tuhan pada saat hembusan ruh kepada jasad di alam rahim, sehingga janin mulai merespon.

Perspektif gizi jasmani, bagaimana fungsi asi dalam ruang lingkup gizi rohani? Dua tahun masa menyusui, sang ibu telah mentransfer atom-atom rohani ketenangan, keimanan. Hakikatnya, dalam aliran susu mengandung 29 huruf hijaiyah sebagai media kalam suci Tuhan dan pembentuk alam jasmani dan alam rohani. Dengan metode lunak inilah Tuhan mengedukasi keluarga. Sehingga fokus menjadi doa keluarga seperti yang difirmankan tentang cahaya penyejukmata dan pemimpin orang-orang yang bertakwa (baca: Al-Furqan:74).

Bermula atomik rohani akan mensuplai algoritma gizi ketenangan (muthmainnah) ke otak, mendistribusi ketahanan pada fisik, lalu berefek luas pada kebaikan dan kebahagiaan. Bahkan menjadi daya (energi) pembangkit nilai-nilai yang tersebar luas dan tersalur kuat pada kesatuan sifat (karakter) yaitu:
Trilogi pertama: sabar, syukur, ridha.
Trilogi kedua: khauf, raja’, mahabbah.
Trilogi ketiga: taubat, qana’ah, syaja’ah.
Trilogi keempat: haya’, tawakal, tawadhu’.
Trilogi kelima: shiddiq, ikhlas, tumakninah.
Trilogi keenam: muraqabah, musyahadah, musyafahah.

Trilogi tersebut tersimpan di gelembung atomik rohani yang disalurkan ibu melalui asi, kualitasnya bergantung pada kualitas rohani sang ibu. Akhirnya, potensi pemberian Tuhan untuk asi perlu diaktualisasikan. Asi yang diberikan ibu kepada anaknya merupakan ibadah seumur hidup. Maka Tuhan mewajibkan kepada kaum perempuan hebat untuk menyusukan bayinya dalam firman: “Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa, susuilah bayimu.” Lalu Maryam binti Imran menyusukan bayinya, Isa putera Maryam. Demikian pula Aminah binti Wahab, menyusukan bayi yang bernama Muhammad, kemudian beralih kepada ibu susuan yang bernama Halimah As-Sa’diyah.

Tuhan memuji kaum perempuan karena telah mau mengandung, melahirkan dan menyusui, serta Dia berterima-kasih sesuai dengan nama-Nya Asy-Syakur. Asy-Syakur berterimakasih kepada kaum ibu yang tidak mengganti nutrisi asi dengan air susu sapi selama dua tahun sebagai masa penyapihan pasca persalinan. Sehingga diabadikan dalam firman: “Dan Kami wasiatkan kepada manusia untuk berbakti kepada kedua orangtuanya. Ibunya yang telah mengandung-nya dalam keadaan payah di atas payah. Dan menyusukan-nya selama dua tahun, hendaklah kamu
bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tua-mu. Kepada-Kulah tempat kembali.” (Lukman:14).

Demikian proses panjang kebaikan seperti yang didapati bahwa keluarga mengundang berjuta rahmat, berjuta berkat, berjuta fadilat. Awal pemantik semua kebaikan tersebut adalah akad nikah. Akad nikah menyempurnakan separuh agama dari kesempurnaannya. Separuh agama saat berstatus gadis, dan separuh lagi berstatus istri, kemudian berstatus ibu dari anak-anaknya. Dimasukkan ke surga Tuhan teruntuk para ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui. Terima kasih ibu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *