Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran
Insan kamil terdiri atas dua kata. Insan dan kamil. Insan istilah manusia, kamil istilah sempurna. Secara bahasa, insan berasal dari kata nasiya yang artinya lupa. Bila disatukan kata insan kamil, mungkinkah diartikan kelupaan yang sempurna. Dimana letak kesempurnaan adalah kelupaan dan posisi kelupaan merupakan kesempurnaan? Sepakat umat, insan kamil adalah Muhammad bin Abdullah (Lahir, Mekah, 571 M. Wafat, Madinah, 634 M). Sepanjang praktik hidup beliau adalah produk hukum yang dihasilkan. Sepanjang kehidupan-nya merupakan suri tauladan terbaik (uswah-hasanah). Langkah beliau adalah aplikasi kitab suci yang berjalan (Muhammad the living Quran). Semua apa yang beliau katakan (qauliyah), lakukan (fi’liyah), setujui (taqririyah), bahkan cita-citanya (hammiyah) adalah perpustakaan yang sempurna (maktabah-kamilah).
Insan kamil Muhammad sudah berhasil memadukan dan menyatukan diri terperi (Muhammad) dengan diri sejati (Allah). Sehingga Muhammad merupakan tajalli Tuhan yang utuh-sempurna. Jika Muhammad adalah tajalli-Nya. Sedang alam semesta (kosmik) adalah bekas tajalli Nur Rasulullah Muhammad SAW (atsar min atsari Nuri Muhammadi).
Muhammad insan kamil dapat berkomunikasi dengan Allah tanpa perantara, setiap detik tanpa berwaktu. Meski detik-detik akan lenyap. Informasi paling sah tentang Muhammad insan kamil adalah ayat-ayat suci Alquran. Bagaimana Tuhan berfirman langsung ke dalam hati Muhammad tanpa perantaraan gunung, seperti Musa di bukit Tursina. “Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji kepadamu. Dan Kami angkat bukit (Tursina) di atasmu. Dengan firman, pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepada-mu. Dan dengarkanlah! Mereka menjawab: Kami mendengar tapi tidak menaati! Karena hati mereka telah resap kecintaan kepada patung anak sapi, dengan kekafiran mereka. Katakan (Musa): Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh keyakinan-mu, jika kamu orang-orang yang beriman.” (Albaqarah:93).
Pertanyaan dini adalah, bagaimana diri sanggup meraup derajat insan kamil menuruti jejak langkah Muhammad bin Abdullah. Syarat yang tidak dapat ditawar adalah pemahaman utuh terhadap maksud firman Tuhan kepada Muhammad insan kamil. Bukan sekedar bisa membaca dan sanggup menghapal ayat-ayatNya. Juga keberanian mengungkap rahasia yang dikandungnya. Sebab, struktur kata dalam kitab suci Alquran bukan struktur yang terikat dengan kaedah bahasa. Terdapat pilihan kata (diksi) yang tepat. Maksud tepat karena teks ekuivalensi (berkesesuaian) dengan kondisi faktual. Dan maksud tepat karena teks ambivalensi (bertentangan) dengan kondisi faktual. Sebab Alquran diturunkan bukan berdasarkan hawa napsu. Artinya, karena dia kitab suci, maka dia tidak bisa diintervensi oleh kekuatan apa-pun. Perintahnya tegas tanpa takut, begitu pula larangan.
Titik simpul kehidupan insan kamil Muhammad merupakan terjemah Alquran. “Yasin. Demi Alquran yang penuh hikmah. Sungguh engkau (Muhammad) benar-benar bagian dari para utusan.” (Yasin:1-3). Berbeda dengan mukjizat para utusan Tuhan yang lain, saat mukjizat mereka bersifat bendawi (hissiyah). Seperti kapal (Nuh), unta (Saleh), takwil mimpi (Yusuf), kesembuhan dari penyakit (Ayub), penyembelihan hewan kurban (Ibrahim dan Ismail), ikan nun (Yunus), tongkat (Musa), melunakkan besi (Daud), memerintahkan angin dan jin (Sulaiman), pohon terbelah (Zakaria), menghidupkan orang mati, dalam hal ini menghidupkan Syam bin Nuh dengan izin Allah SWT (mukjizat Isa putera Maryam). Berbeda dengan mukjizat Muhammad yang berupa kitab suci, mukjizat maknawiyah. Mukjizat sepanjang masa yang sampai hari ini berlaku. Itu adalah mukjizat Alquran yang dapat dibaca, dipahami, diyakini, diimani dan diamalkan. Pengertian insan kamil dapat dimaknai keseluruhan mukjizat para utusan Tuhan di atas terhimpun pada diri Muhammad. Diri Muhammad tersimpan rapi pada diri setiap orang yang meyakini Rasulullah SAW. “Dan ketahuilah, bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah.” (Alhujurat:7).
Potensi diri insan kamil yang wajib dibina hanya oleh diri sendiri. Aksivasi roh (fitrah) tiupan pertama kali. Dalam diri yang berkomunikasi, bersoal-jawab, berdialog. Sebab, semua unsur alam (kosmik) terdapat dalam kecerdasan diri sendiri (original). Bukan kecerdasan buatan (artifisial). Bukan robotika yang sudah diprogram oleh mesin.
Anda setuju atau tidak, bukan urusan Alquran. Namun persetujuan anda terhadap sesuatu dalam Alquran akan beresiko pada diri sendiri. Ketidak-setujuan anda terhadap Alquran juga akan beresiko pada diri sendiri. Tidak ada wilayah abu-abu (no grey area).
Insan kamil adalah dia (mereka) yang bersedia mendengar dan menyimak wahyu, bisikan halus suara hati yang bersumber dari Tuhan. Hati adalah wadah bagi-Nya untuk mencampakkan berita-berita ghaib seperti hidayah, inayah, irsyadah. Bahkan unsur terkecil dari wahyu bisa disebut instink pada hewan. Wallahua’lam.