KONSEP TAUHID (HARGA KEESAAN YANG TIDAK DAPAT DITAWAR)

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Perjalanan misi para nabi tidak berhenti pada wafatnya mereka. Melainkan mereka tetap mewasiatkan tauhid dari generasi ke generasi. Hal ini menunjukkan materi dunia boleh berubah, dengan perubahan zaman. Namun visi dan misi tauhid, setapak-pun tidak berubah. Ajaran wasiat tauhid yang turun-temurun. Bagaimana Adam mengajar anak-anak keturunannya, sama seperti yang diajarkan Nuh, Hud, Lut, Saleh, Ibrahim. Demikian juga Ismail, Ishak, sampai kepada Daud, Sulaiman, Musa, sehingga Isa putera Maryam dan Muhammad putera Abdullah.

Pertanyaan pertama yang ditanya pada seluruh tingkatan alam adalah tauhid. Kesaksian (syahadah) pada tidak ada Tuhan, kecuali Allah (yang menyaksikan dan disaksikan). Selanjutnya, jika diurai, maka tidak ada Allah kecuali Dia. Terakhir, Ibrahim tidak dapat lagi memberi keterangan tentang Dia. Sebab Dia sendiri yang menerangkan dan Dia sendiri yang diterangkan (esa). Jalan terbaik dalam beragama adalah beriman (percaya), dan berislam (berserah-diri). Konsep keesaan, konsep tauhid merupakan sebuah harga yang tidak bisa ditawar, tidak dapat ditukar-ganti, tidak mampu dijual-beli. Meski seluruh bumi disulap menjadi emas, lalu didatangkan sebesar itu pula, belum sanggup untuk membeli atau menebus setitik imantauhid kepada-Nya.

Saking berharganya iman-tauhid, sehingga dia tidak bisa ditebus oleh seluruh apa yang ada di bumi, walau seluruh isi bumi menjadi emas. Artinya, betapa tiada bernilai emas, perak, mutiara. Lalu, mereka ingin menebus iman-tauhid dengan keluarga, namun gagal. Artinya, betapa tidak berharga keluarga dibanding iman-tauhid. Kemudian, mereka ingin membeli imantauhid dengan diri sendiri, diri yang terhutang, tergadai, sampai terjual, tidak dapat memiliki iman-tauhid. Akhirat penentuan semua itu, bukan di dunia ini.

Seruan iman-tauhid telah dikumandangkan oleh Hud, Lut, Saleh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad. Dan Barnabas telah mendakwahkan iman-tauhid sepanjang hayat beliau. Akan tetapi, hidayah di tangan Tuhan, generasi Barnabas sebagian mengesakan Allah, dan sebagian mempersekutukan-Nya. Firman Tuhan yang suci: “Sesungguhnya orang-orang kafir, dan mereka mati dalam kekafiran, maka tidak diterima (amal) diantara mereka. Meskipun mereka menebus diri mereka (untuk mendapatkan iman-tauhid) dengan seisi bumi penuh yang dipenuhi emas. Itulah mereka yang mendapat siksa yang pedih, dan tidak ada bagi mereka seorang penolong.” (Ali Imran:91).

Bahkan, anak-anak yang mereka sayangi di dunia, mereka jadikan tebusan di akhirat untuk mendapat hidayah (petunjuk) iman-tauhid. Mereka saling berpandangan, dan mereka saling memangsa. Kalam mulia Tuhan mengabarkan: “Pada hari itu, mereka saling melihat. Orang yang berdosa ingin menebus dirinya dari azab Allah dengan tebusan anak-anak mereka.

(Tebusan itu berupa) istri, dan saudara-saudara mereka. (Selanjutnya, tebusan itu berupa) keluarga yang melindungi-nya (di dunia), dan semua orang yang ada di bumi, dengan harapan tebusan itu dapat menyelamatkan mereka. Tidak, sama sekali tidak! Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak, dapat mengelupaskan kulit kepala. (Neraka) adalah untuk orangorang yang membelakangi dan berpaling (dari Tuhan). Dan (neraka) untuk orang-orang yang mengumpulkan (harta) lalu menimbunnya.” (Al-Ma’arij:11-18). Betapa ngeri, saat di akhirat. Ketika uang kertas, giral, obligasi, saham, sertifikat tidak lagi berguna!

Telah dijelaskan, tauhid adalah induk kebaikan, sementara syirik adalah induk kejahatan. Pertanyaan pemantik adalah, mengapa mereka mau menyembah selain Allah. Padahal yang selain Dia, tidak pernah menciptakan sesuatu! Lalu mengapa mereka tersihir (terkena hipnotis)? Padahal, Tuhan tidak bersekutu dengan siapa-pun, hatta Nabi sekali-pun. Soal-jawab mereka (orang-orang musyrik) dengan Nabi, diurai Tuhan pada ayat berikut: “Katakan, milik siapakah bumi dan seluruh isinya, jika kamu mengetahui? Mereka menjawab, milik Allah. Katakan, apakah kamu tidak ingat? Katakan, siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh, dan memiliki arasy yang agung? Mereka menjawab, Allah. Katakan, mengapa kamu tidak bertakwa? Katakan, siapakah yang ditangan-Nya terdapat kerajaan segala sesuatu. Dia maha melindungi, dan tidak ada yang dapat dilindungi (dari siksa-Nya), jika kamu mengerti! Mereka menjawab, Allah. Katakan, bagaimana kamu bisa tertipu.” (Al-Mukminun:84-89). “Fa anna tusharun”, mengapa mereka tersihir (terkena hipnotis)?

Sangat berbahaya, bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, di dunia ibarat jatuh dari langit. Lalu disambar burung dan dilempar ke tempat yang jauh (baca Al-Haj:31). Sedang kematiannya, kematian yang menakutkan.

Padahal, telah Kami datangkan kebenaran, dan sungguh mereka benar-benar mendustakan. Mereka mengatakan Allah mengambil (memungut) anak laki-laki, sebagai Tuhan disamping-Nya. Maha suci Allah dari apapun yang mereka sifatkan. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata. Maha tinggi Allah dari apapun yang mereka persekutukan (baca: AlMukminun:90-94). Lalu, apakah kamu menyangka, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dengan main-main. Dan kamu menyangka tidak dikembalikan kepada Kami? Maha tinggi Allah, raja yang sebenarnya. Tidak ada Tuhan kecuali Dia, pemilik arasy yang agung. Dan siapa yang menyeru (berdoa) bersama Allah terdapat tuhan-tuhan lain, yang tidak ada keterangan tentangNya, niscaya sungguh perhitungan (amal) mereka di sisi Tuhan-nya. Sesungguhnya tidak ada kemenangan bagi orang-orang kafir (ingkar). Dan katakan, Tuhan, ampunilah dan sayangilah, dan Engkau sebaik-baik yang menyayangi (baca Mukminun:115-118).

Tuhan sendiri yang menjelaskan diri-Nya, simaklah! Dengan demikian, itulah Tuhan-mu, yang memasukkan malam ke dalam siang, dan memasukkan siang ke dalam malam. Sungguh, Allah maha mendengar, maha melihat. Itulah Tuhan, Dia maha benar. Niscaya, orang-orang  yang menyembah selain Dia, adalah penyembahan dalam kesesatan (batal). Dan sungguh, Allah maha tinggi, maha besar. Bukan ajaran mitos, melainkan dibangun atas dasar fakta penciptaan.

Kreasi-Nya pada siang (matahari), dan kreasi-Nya terhadap malam (bulan). Kedua fakta penciptaan tersebut, merupakan logika ilmiah. Bukan mitos, tanpa sanggup untuk dibantah. Kecerdasan akal dan hati, Dia undang sebagai bahan pemantik bagi iman-tauhid. Seluruh ayat dalam kitab suci, menuju kepada pengesaan Tuhan melalui paparan ayat kauniyah (tercipta) dan ayat kitabiyah (tertulis). Indikator, betapa Dia harus diimani secara tulus, bukan ikut-ikutan (taklid buta).

Sebab, pertanggungjawaban di hadapan-Nya kelak adalah secara individual, bukan kolektif- kologial (persekutuan). Nafsi-nafsi (masing-masing). Jangan libatkan pemuka agama dalam iman-tauhid. Pemuka agama belum tentu selamat, ketika sidang akhirat digelar. Gelar perkara yang pertama adalah tentang iman-tauhid. Dimana sekutu-sekutu-Ku yang dahulu di dunia engkau persekutukan dengan Aku, yang telah engkau duga sebagai Tuhan? Engkau dan Tuhan palsu, bersama-sama masuk ke dalam neraka Jahannam, kekal didalamnya.

Cukup, sudah lebih dari cukup, Tuhan memaparkan ayat-Nya, masih kamu berpaling? Apa gerangan yang membuat dirimu mempersekutukan Aku. Musa, Isa dan Muhammad, sejak dahulu membawa ajaran tauhid. Teologi mereka sama (tauhid). Nuh, Hud, Lut, Saleh, Ibrahim, sampai Ismail, Ishak, Ya’kub adalah utusan Tuhan. Moga tulisan ini, semakin memperkuat keyakinan itu, bahwa mata rantai kenabian berakhir pada Muhammad putera Abdullah (lahir: Mekah, 571 Masehi, wafat: Madinah, 634 Masehi). Wallahua’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *