MEMPERINGATI ISRA’ MIRAJ: MENUJU JAYA SEMPURNA

Oleh : Ma’ruf Zahran

DUA kali Nabi Muhammad SAW dibedah dadanya, sewaktu Muhammad masih kanak-kanak, dan ketika baginda akan diberangkatkan menuju Allah SWT. Peristiwa menuju Allah secara langsung disebut isra miraj. Tarikh menyatakan pada tanggal 27 Rajab tahun ke 11 kenabian, 51 tahun usia baginda. Sebuah usia puncak pengenalan terhadap Tuhan secara langsung, tanpa berperantara, hatta Jibril sekalipun.

Mengingat seluruh ajaran yang memuat perintah (amar) selain salat adalah berperantara wahyu, seperti perintah puasa, zakat, haji, umrah, musyawarah, ekonomi, politik, sosial, pertahanan dan keamanan. Spesial amar salat, baginda langsung menghadap Allah SWT tanpa berperantara Jibril.

Maknanya, Muhammad bersama umat mendapat kehormatan dari Allah yang secara utuh mendirikan salat lima waktu. Salat secara keseluruhan yang mencakup praktik ibadah para malaikat dan para nabi. Karena, ada malaikat yang beribadah kepada Tuhan dengan bacaan saja seperti subhanallah (bertasbih). Sebab, ada pula malaikat yang hanya bertahmid (membaca alhamdulillah) berbilyun tahun. Bertakbir atau bertahlil saja. Posisi malaikat-pun saat salat adalah stagnan, ada malaikat yang hanya berdiri saja, sebatas rukuk saja, setakat sujud, dan duduk.

Para nabi sebelum baginda Muhammad SAW demikian keadaan mereka. Ada yang hanya salat berwaktu subuh seperti Nabi Adam, salat Zuhur adalah salat Nabi Musa, salat Asar adalah salat Nabi Ibrahim, salat Maghrib adalah salat Nabi Yahya, salat Isya adalah salat Nabi Isa. Salat subuh dua rakaat, Zuhur empat rakaat, Asar empat rakaat, Maghrib tiga rakaat, Isya empat rakaat. Muhammad Rasulullah SAW menyempurnakan menjadi salat lima waktu, total berjumlah tujuh belas rakaat.

Perjalanan miraj telah menyampaikan Nabi Muhammad SAW ke langit ketujuh. Isi langit ketujuh adalah surga Makwa, Sidratul- muntaha, disisinya ada Baitul-Makmur.

Masjid Baitul Makmur adalah Baitullah di langit tempat tawaf dan salat para malaikat dan arwah para nabi. Setiap kali salat diikuti oleh 70.000 malaikat dan 70.000 arwah dan para nabi yang tidak akan salat lagi di tempat mulia rumah Tuhan, selamanya. Sebab hanya diberikan jatah satu kali sepanjang masa. Pada saat kehadiran Rasulullah SAW di Baitul Makmur, semua malaikat, para nabi dan arwah orang-orang saleh (salihin) dihadirkan untuk berimam kepada Muhammad Rasulullah SAW bihaqqi Nur Muhammad ya sayyidi ya Nuru-Rasulullah. Menanda kesaksian iman mereka kepada Muhammad Rasulullah.

Nabi yang awal dan yang akhir, nabi yang dzahir dan nabi yang batin.Siapakah nabi yang awal, akhir, dzahir dan batin? Adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad dibagi Tuhan menjadi dua yaitu: separuh untuk Muhammad bin Abdullah, separuh untuk semua alam semesta dan seluruh martabat alam. Pancaran Nur Muhammad awal terjadilah alam, adam, malaikat, jin. Bekerja Nur Muhammad pada setiap nama yang akan lahir, binuri Muhammad (dengan cahaya Muhammad).Nur Muhammad masuk ke dalam diri Adam, lalu Adam mengenal Tuhan Allah. Bihadi Muhammad (dengan petunjuk Muhammad), kemudian Idris bisa berkomunikasi dengan Tuhan yang disebut pengenalan ketuhanan (ma’rifat rabbaniyyah). Nuh beriman kepada Muhammad dan ahlul bait sampai selamat ke tujuan kapal berlayar. Selama 40 malam kapal berlayar di lautan yang tidak ada daratan. Akhirnya berlabuh di bukit Judi (wastawat ‘alal judi). Bukit Judi sekarang konon terletak di India, ada pula sejarawan yang mengatakan di Afrika. Seterusnya, Nur Muhammad pada Hud, Lut, Saleh, Ibrahim, Ismail, Ishak, dan seterusnya sampai kepada Zakaria, Yahya, Isa putera Maryam dan Muhammad bin Abdullah.

Sedang nabi akhir menunjukkan Nur Muhammad adalah entitas cahaya paling akhir. Sebab sifat cahaya pasti akan redup dan padam. Sungguh Nur Muhammad yang menyandang nama Tuhan (Muhammad asma’ullah), Muhammad yang menyandang sifat Allah (Muhammad sifatullah). Salam selawat hangat untuk Muhammad pilihan Allah (mukhtarullah). Tuhan menzahirkan selawat pada diri kekasih-Nya sebagai rahasia diri Allah (sirrullah). Pengertian Nur Allah terdapat pada wadah Muhammad Nurullah. Maka sungguh Muhammad menjadi cahaya-Ku. Dan Aku menjadi cahaya Muhammad. Namun Aku dan Muhammad memiliki perbedaan, cahaya-Ku kekal (baqa’), cahaya Muhammad sementara (fana). Cahaya Muhammad berawal, cahaya-Ku tidak ada waktu awal, cahaya Muhammad berakhir dan cahaya-Ku tidak berakhir. Namun bagi siapa yang ingin berjumpa kepada-Ku, wajib melewati Nur Muhammad, kemudian menjadi muhammad, muhammad, muhammad, muhammad, pasti sampai kepada-Ku. Sebab dia kekasih- Ku. Selama masih menjadi ‘adam (tiada, lawan dari wujud), tidak akan sampai kepada-Ku. ‘Adam hanyalah dimensi bumi dan jasmani, bukan rohani dan rabbani.

Dalam memahami jabatan Muhammad disisi Allah, akan menjadi bahan pengantar meyakini Muhammad batin. Dalam fungsi sebagai murabbi, mursyidi, mu’allimi, muhyidi, nabi dan rasuli berdasarkan kalam Tuhan, itulah Muhammad. Tidak sekedar Muhammad bin Abdullah (lahir Mekah, wafat Madinah).

Setelah usai salat, Tuhan menyuruh dengan tiada hentinya untuk berjalan, menelusuri dan bertebaran di muka bumi. Dalam rangka mencari karunia-Nya (rezeki), keridhaan-Nya, selalu mengingat-Nya (zikrullah) dan optimis meraih keberuntungan.

Demikian surah Al-Jumu’ah:10 memerintah, dan pada ayat-ayat lain, sungguh sangat banyak menunjukkan peran pengajaran Muhammad kepada umat. Peran (function) nabiyyi dan rasuly tidak pernah padam dan tidak pernah mati. Nur Muhammad adalah dari selawat zikir ahadiyah. Bila Muhammad terpesona melihat Jibril di Sidratul-muntaha, disamping surga Makwa. Lalu bagaimana perasaan
melihat Allah? Wallahu a’lam.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *