Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran
Alquran selalu mengajak manusia untuk berpikir, demi tujuan tersebut tidak jarang kitab suci menggunakan perumpamaan guna mendekatkan arti, memudahkan paham, menerangkan tujuan dan menjelaskan maksud ayat. Ayat dapat diterima oleh akal sehat dan hati yang bersih. Misal, dalam firman: “Apakah kamu tidak melihat ketika Tuhanmu memberi perumpamaan tentang kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat, dan rantingnya menjulang di langit. Pohon itu senantiasa berbuah setiap waktu dengan izin Tuhan-nya. Allah memberi tamsil untuk manusia, mudahan mereka selalu ingat.” (Ibrahim:24-25).
Kekuatan ide (gagasan) yang disampaikan dapat menghipno seseorang menjadi baik atau jahat. Tuhan mengumpamakan perkataan yang baik seperti pohon yang baik. Perkataan yang baik pasti menghasilkan bangun pribadi yang baik, malah memberi manfaat. Ditamsilkan seperti pohon dengan akar tunjang yang kuat, lalu dahan dan daunnya menggapai langit (ketinggian). Menghasilkan buah guna manfaat bagi lingkungan yang pernah disentuhnya. Oleh dunia praktik keguruan, boleh disebut hipno-edukasi. Membangkitkan kesadaran dan membangun lagi kebaruan bahwa setiap anak dan peserta didik memiliki potensi yang unik. Keunikan per- individu dapat mengubah potensi menjadi aksi (transformasi). Konstruk lingkungan sosial ikut andil dalam upaya menyebabkan mereka satu sama lain menjadi penolong (ba’dhumum auliya-u ba’dh). Hipno-edukasi adalah pengaruh aktualisasi amal yang dapat mengantar kepada komunitas takwa (muttaqun), komunitas membangun (muslihun), komunitas tawadhu’ (mutawadhi’un).
Komunitas penganjur kebaikan (amar ma’ruf), pencegah keburukan (nahi mungkar). Rahmat Tuhan bagi penyedia fasilitas yang bersifat ma’ruf, dan laknat Tuhan bagi penyedia fasilitas yang mungkar. Bahkan, pahala jariyah dan dosa jariyah yang berkepanjangan (sustainable). “Man sanna sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajruman ‘amilabiha ila yaumil qiyamah.” Artinya: Siapa membiasakan tradisi yang baik, (diikuti oleh orang lain), maka dia mendapat pahala, dan mendapat pahala dari pahala orang-orang yang mengikuti-nya sampai hari kiamat (Riwayat Muslim). Lebih dahulu, kitab suci mewartakan firman Tuhan: “Dan orang- orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah berbuat yang mungkar. Mendirikan salat, menunaikan zakat, taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah maha perkasa, maha bijak.” (At-Taubah:71).
Dalam konteks ini, salat jumat merupakan momen hipno-edukasi bagi pendirinya. Pendiri salat adalah mereka saling mengenal (ta’arruf), saling memahami (tafahhum), saling menolong (ta’awwun), saling menanggung (takafful). Bagi orang-orang yang menetapi iman dan menetapi janji amal saleh adalah surga (jannah jamak jannat). “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, janji surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Mereka kekal didalamnya. Mereka mendapat tempat yang baik di surga-surga Aden. (Mereka mendapat) keridaan Allah yang maha besar. Itulah kemenangan yang agung.” (At-Taubah:71).
Sebaliknya, kalimat yang buruk diumpamakan pohon yang buruk, (buahnya pahit lagi berduri), akarnya tercabut dari permukaan bumi. Tidak mampu tegak sedikitpun (baca surah Ibrahim:26). Alquran menyebut perkataan paling buruk adalah perkataan memuji yang selain Allah (thaghut), seperti pohon yang terkutuk (kasyajaratul-mal’unah). Atau, buah dari pohon zaqqum yang mayang-mayangnya seperti kepala setan, tidak mengenyangkan, tidak menghilangkan rasa haus bila diminum, dan tidak mengusir rasa lapar bila dimakan.
Perkataan yang paling baik adalah tauhid. Karena terhunjam ke bumi dan terjulang ke langit. Sedang perkataan yang paling buruk adalah syirik. Karena tidak terhunjam ke bumi dan tidak terjulang ke langit. Komunitas tauhid (muwahhidun) berbeda dan berlawanan dengan komunitas syirik (musyrikun). Mereka saling berbantuan dengan sesama. Tuhan pernyatakan kelompok musyrikun, munafiqun, fasiqun adalah satu frekuensi, satu strata, kesamaan sifat.
Sifat mukmin sangat berbeda dengan sifat munafik. Orang-orang mukmin bersifat menyuruh kepada yang ma’ruf, sementara orang-orang munafik bersifat menyuruh kepada yang mungkar. Orang-orang mukmin bersifat mencegah dari yang mungkar. Orang-orang munafik bersifat mencegah dari yang ma’ruf. Tuhan memproklamirkan karakteristik mereka dalam firman: “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah sama dengan sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang mungkar dan mencegah dari yang ma’ruf. Mereka kikir, mereka melupakan Allah, Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik adalah orang-orang fasik.” (At-Taubah:67). Wallahua’lam.