Oleh: Ma’ruf Zahran
29 DESEMBER 2023, manusia se-dunia menutup hari jumatnya, walau dalam situasi perbedaan waktu siang dibelahan timur, dan waktu malam dibelahan barat. Tahun 2023 telah banyak dilalui, ada sebahagian sahabat yang telah wafat, diganti oleh kelahiran generasi baru yang menatap masa depan. Siklus kehidupan yang tidak pernah punah selama Tuhan berkehendak.
Melalui literasi ini, ada tiga hal yang semestinya kita rajut bersama. Dengan catatan apabila ketiga rajutan kembali diperkuat setelah kita berhasil mengalami masa-masa sulit pandemi covid-19. Sejak Januari 2023 dinyatakan aktivitas kehidupan berlangsung normal. Jangan lupa, kebaikan yang telah kita terapkan, semakin dipertinggi saat menghadapi tantangan dan hambatan global 2024. Modal sosial (social capital) berupa persatuan dan kesatuan bangsa adalah ujung tombak saat ketegangan terjadi di blok timur (Rusia) dengan blok barat (Amerika). Belajar dari sejarah bangsa sendiri, sudah saatnya kita mencintai Indonesia, menjaga dan merawat, serta jangan pernah berhenti menghormati kemajemukan yang hakikatnya adalah esa (bhinneka tunggal ika).
Rajutan pertama, saling memaafkan.
Biar bagaimana bila malam menjelang dan tidur di ranjang, sementara belum bisa memaafkan diri dan memaafkan orang lain tentang kesalahan tadi siang, sungguh malam menjadi neraka. Maksudnya, setahun yang lalu, ketika hati masih menyimpan dendam artinya diri yang sakit. Kemaafan adalah injeksi hati yang paling mujarab, sabar adalah obat paru yang paling mustajab, damai dan toleransi kepada kondisi adalah nutrisi jantung yang paling paten.
Kemaafan maksudnya jika ada orang yang berhutang di tahun 2023 dan dalam analisa hikmah bahwa orang tersebut tidak bisa membayar, lebih baik anda lunaskan hutangnya. Melunaskan hutang seseorang dan anda menghalalkannya, melepaskan jeratan deritanya, akan berbuah surga. Disamping berefek langsung terhadap kebahagiaan dan kesehatan hidup keluarga anda, jasmani dan rohani. Sebab antara yang berhutang dan yang memberi hutang sama-sama sudah terlepas dari jeratan, bahasa agama adalah halal. Namun, keduanya belum bisa dikatakan selamat (halal) di dunia dan di akhirat, selama masih berstatus hutang-piutang. Sebab keduanya masih menunggu pengadilan pada hari akhir. Ketahuilah, daftar tunggu peradilan akhirat bukan seperti lembaga peradilan di dunia. Satu item sengketa bisa memakan waktu ratusan tahun akhirat. Jelas, memaafkan merupakan rehabilitasi spiritual yang paling handal.
Jadi, sejenak tahun ini ditutup dengan kemaafan, jelang tahun yang akan datang, kita sudah tidak lagi memiliki beban moral yang sangat mengganggu pernapasan, paru, hati, jantung. Semua orang tubuh berpusat pada saraf kesadaran dan ketenangan. Ketenangan (sakinah) adalah obat Tuhan yang murah, namun mahal. Murah artinya Dia berikan kepada siapa yang memintanya dalam salat, dalam sabar, dalam doa. Mahal artinya obat tersebut dari langit. Barangsiapa yang mengikuti jalan (napas) keselamatan, Tuhan akan lapangkan hatinya. Dan barangsiapa yang menolak jalan (napas) keselamatan, Tuhan akan sempitkan hatinya, seperti naik ke ruang angkasa tanpa oksigen.
Rajutan kedua, saling peduli.
Optimis menjadi obat penenang saat musibah datang. Kaum beriman disuruh tidak memercayai para peramal masa depan yang dapat merusak tauhid. Pada dimensi ketuhanan, keyakinan sejati hanya terpatri untuk Tuhan, Al-Wakil. Meyakini penjagaan dari maha kokoh, Al-Jalil. Sedang pada dimensi kemanusiaan wajib karakter peduli diterapkan. Penanaman (internalisasi) karakter bukan dengan cara diseminasi, tidak pula literasi. Melainkan dengan metode practise and drill. Misalnya, berkali-kali mengunjungi orang sakit, tumbuh karakter kepedulian, selalu mengunjungi perpustakaan akan memantik karakter gemar membaca. Sering ziarah kubur, akan menampakkan karakter religius. Berulang-ulang mengerjakan tugas, akan melahirkan karakter tanggungjawab. Berkali-kali menyampaikan presentasi, akan terbit karakter berani. Setiap hari datang ke sekolah awal waktu, akan menuai karakter disiplin.
Refleksi akhir tahun merekomendasikan selain kita butuh dengan IQ yang cerdas, EQ yang bernas, juga SQ yang berkualitas. Syarat utamanya adalah persiapkan perangka lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Hardware-nya adalah lingkungan, sedang softwarenya adalah insan-insan yang mengisi kontak pergaulan tersebut. Pertanyaannya kemudian, sudahkah kita peduli generasi secara bersama-sama menciptakan kondisi yang sehat bagi pertumbuhan IQ yang optimal? Peduli generasi dengan sungguh-sungguh menyiapkan perangkat bagi habitus perkembangan EQ yang memiliki basis kesabaran, ketenangan. Lalu, sudahkah kita menyediakan bagi lingkungan keagamaan yang santun dalam penyampaian SQ yang berketuhanan dan berkemanusiaan. Bila ini belum, besok tahun depan supaya diprogram,bila sudah supaya ditingkatkan. IQ, EQ, SQ harus menjadi keprihatinan bersama bagi keberlanjutan (sustainable) kehidupan masyarakat madani (civil society) yang berkeadaban.
Sebagai contoh, icon kota adalah “Perang terhadap Narkoba”. Slogan ini jangan hanya terpampang di tengah kota. Tanpa diikuti oleh regulasi dan langkah-langkah pencegahan. Pencegahan lebih penting (preventif) daripada pengobatan (kuratif). Refleksinya, sudahkah secara terprogram disampaikan, apakah mampu memberi dampak? Analisa ini perlu dihadirkan secara kuantitatif dan kualitatif. Bila tidak, kita hanya mengulangi kesalahan tahun lalu. Sedang rekomendasi bagi para pengedar, bandar dan cukong wajib diberikan hukuman mati. Supaya efek jera menjadi maksimal.
Perlu kemitraan BNN, Polri, TNI, masyarakat. Bahaya laten narkoba laksana virus yang hidup pada tubuh manusia dan ibarat kanker yang siap menggerogoti keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Negara akan terbebani dengan perilaku kriminal oleh pecandu narkoba. Sangat dikhawatirkan bila rakyat Indonesia berisi orang-orang yang tidak bisa berpikir waras, hidup sia-sia dan mati sia-sia.
Pencanangan satu abad, generasi emas (Indonesia, 1945-2045) bila tidak bergerakcepat melakukan perang terhadap narkoba, dikhawatirkan generasi emas tidak akan tercapai. Terutama kawasan pintu masuk lintas-batas negara, mendeteksi alur perdagangan barang haram, sampai pengintaian, penyergapan, penangkapan dan hukuman maksimal bagi pengkhianat dan perusak generasi bangsa.
Masjid, gereja, vihara, pura, wajib sepakat satu suara “Perang terhadap Narkoba”. Sekolah, madrasah, pesantren, LSM, ormas harus satu komando “Perang terhadap Narkoba”. Organisasi profesi dan serikat pekerja mesti satu tekad “Perang terhadap Narkoba”. Lembaga keuangan bank dan non bank wajib menerapkan slogan ” Kami Memerangi Narkoba.”Perguruan tinggi negeri dan swasta wajib membuat matakuliah “Anti Narkoba”.
Jadikan kepedulian terhadap narkoba sebagai musuh bersama. Bila tidak, kita akan menyesal seumur hidup, sebab tidak akan pernah lagi menemukan kualitas kesehatan, kualitas pendidikan, kualitas keagamaan, kualitas sosial, kualitas ekonomi. Hidup hanya dengan jarum suntik, sebagai upaya bertahan hidup, sedang IQ, EQ, SQ sudah tidak lagi normal.
Rajutan ketiga, skala prioritas.
Desember 2023 agenda masa kampanye untuk pemilu serentak. Skala prioritas dari itu semua adalah persatuan dan kesatuan bangsa. Pengamat dalam dan luar negeri akan banyak berkomentar sebelum dan setelah pemilu, Februari 2024. Jangan terpancing isu SARA, jangan terprovokasi, jangan termakan hoax, jangan rela didustai, jangan mau diadu-domba. Pegang satu prinsip persatuan dan kesatuan, kepentingan rakyat Indonesia (270.000.000) di atas segala kepentingan kelompok dan golongan. Sebab, tahun 2024 merupakan arena testing saat kesatuan
kebangsaan, kesatuan kebahasaan, kesatuan tanah-air kembali diuji.
Sebagai bangsa yang besar, rakyat Indonesia selama ini telah lulus ujian nasional saat pergantian tampuk kepemimpinan, Soekarno- Soeharto. Dua bapak bangsa yang wajib dijadikan teladan. Saat Soekarno meletakkan jabatan selaku presiden mandataris MPR, atas tuntutan mahasiswa beserta rakyat. Bapak proklamator RI, beliau “legowo” melepaskan jabatan. Masa Soeharto, saat diminta oleh ulama’ untuk “lengser”. Mengingat gelombang demonstran yang membanjiri gedung DPR/MPR, bapak pembangunan dengan ikhlas meletakkan jabatan.
Begitu juga saat belajar kepada negarawan BJ. Habibie dan Gusdur, tentang ketabahan mereka menerima hujatan, difitnah dan dimakzulkan oleh MPR. Namun mereka adalah manusia mulia yang pernah Allah SWT utus kepada rakyat di bumi persada Indonesia Raya,untuk menjadi pelajaran. Bahwa mereka diturunkan oleh MPR dari jabatan presiden tanpa membalas dendam, tanpa menyalahkan rakyat. Karena kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, keluarga, organisasi, partai politik, kelompok profesi dan golongan. Luar biasa, mereka berempat, sangat berkarakter. Salam dari kami generasi milenial teruntuk Soekarno, Soeharto, BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid. Dan terus doa terbaik kami mengalir, membanjiri alam arwah-mu wahai bapak. Mereka adalah bapak kita bersama, wahai anak negeri, mencontohlah putusan apa yang telah diambil oleh bapak kita? Ketika negara dalam keadaan genting, bapak sanggup bersikap bijak. Ditengah krisis hujatan yang ditujukan kepada beliau, beliau mampu bersikap arif, dengan melepaskan jabatan. Bukan beliau tidak sanggup mengarahkan TNI dan Polri, tetapi beliau tidak mau. Alhamdulillah, Tuhan kasih telah mengutus mereka berempat kepada rakyat Indonesia, dan kami generasi milenial pasti meneladani sikap bapak, dan terimakasih kami, karena engkau telah mendidik dengan keteladanan. Tanpa teori, tetapi praktik, tanpa bicara, namun dengan perbuatan. Pendidikan dengan praktik lebih tajamdaripada dengan teori, pendidikan melalui perbuatan lebih berkesan daripada melalui ucapan.
Mendesak untuk dipesankan damai ketika pesta demokrasi sebentar lagi dihelat. Perhelatan akbar yang banyak menyita pikiran, perasaan, tenaga, semangat, moril dan materiil.Kelebihan dan kelelahan akan sangat sangat banyak dirasakan. Pada hari pemilu, bekal kesabaran harus berpundi-pundi dibanding hari biasa. Mulai RT, KPPS, KPU, Panwaslu, para peninjau, para saksi, satpam, polisi, TNI baik ditingkat desa, lurah, camat, bupati/wali kota, gubernur. Pemerintah jajaran pusat dan daerah akan mencurahkan perhatian untuk Indonesia sejahtera lima tahun kedepan (2024-2029). Semoga.