SUFI PEJUANG

Oleh: Ma’ruf Zahran

Para mujahidin Palestina berjuang untuk mempertahankan tanah air-nya yang oleh orang-orang Zionis disebut teroris. Apabila demikian stigma buruk yang diberikan kepada mujahidin, maka Al-Quran adalah kitab teroris. Sebab banyak sekali suruhan dalam Al-Quran untuk berjihad. Sungguh jahat stigma yang mereka berikan. Padahal hanya sekedar “isapan jempol” atau dengan istilah menegakkan benang basah. Namun tidak mengherankan, stigmatisasi tersebut telah berlangsung sejak masa Nabi Adam sampai akhir zaman. Untuk membangun opini buruk dan tertuduh jahatlah orang-orang yang berjuang di jalan Allahu Subhanahu wa Ta’ala dengan harta dan jiwa mereka. Ternyata, membalikkan fakta untuk membangun opini publik adalah profesi orang-orang munafik. Kondisi sekarang yang dihadapi para mujahidin diantaranya adalah perang opini, selain perang di zona tempur. Artinya, media massa global ikut mempengaruhi opini publik dan respon warganegara dunia. Sampai saatnya nanti pemusnahan satelit yang salah satunya disebabkan ledakan bom nuklir yang berkepanjangan. Ditandai dengan kemarahan langit berupa hujan deras meteor (dukhan).

Nabi Muhammad-Rasulullah di Madinah, pun mengalami hal yang sama dengan kita hari ini yaitu menghadapi perang Israel-Palestina, dengan istilah perang pemikiran (ghazwatul-fikri). Nabi menghadapi orang-orang munafik dari kalangan Yahudi Madinah, mereka terdiri atas Banu Qainuqa’, Banu Quraizah, dan Banu Nadhir, serta kelompok Nasrani Najran. Kini, kondisi teritorial-nya adalah perang negara blok barat vs blok timur, ketegangan di kawasan negara-negara teluk. Korea Selatan yang dibantu Amerika dan Korea Utara yang dibantu Rusia, tentu diawali dengan membangun citra melalui media berbasis teknologi komunikasi dan informasi. Janji yang akan ditepati dan menepati adalah saat pejuang mujahidin kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al-Aqsha dari penjajahan Zionis akan dibantu oleh pasukan dari Timur. Siapa pasukan yang kuat dari Timur? Belum diketahui!

Diawali dengan, saat Tuhan menghujani bumi dengan metor (dukhan) dari langit, adalah keadaan bumi yang luluh-lantak dan memutuskan seluruh jaringan satelit, maka daya energi listrik sudah tidak berfungsi lagi. Manusia diliputi kegelapan, akibat dukhan (meteor), ini adalah adzab yang pedih. Ketika masa itu, yang beriman semakin kuat keimanannya, yang kafir semakin kuat kekafirannya, yang ragu-ragu menjadi kafir. Turunnya Dajjal dan Dukhan adalah dua tanda jelang datangnya hari akhir yang semakin memantapkan iman bagi orang-orang yang beriman, dan semakin memantapkan keingkaran bagi orang-orang yang ingkar. Sebab, sewaktu ketibaan Dajjal,
manusia sudah berada dalam kubu dan kemah mereka masing-masing. Sudah duduk di kemah masing-masing, untuk menunggu perintah perang akhir zaman yang disebut Al-Malhamah Al-Kubra.

Keterbelahan kubu bahkan keterpisahan keduanya merupakan kondisi yang tak terelakkan, saat Tuhan memberikan kepastian perbedaan antara kamu berdua (iman versus kafir). Dalam akhir surah Al-Insan (76) ayat 31: “Dia memasukkan siapa-pun yang Dia kehendaki ke dalam rahmatNya. Adapun bagi orang-orang yang dzalim disediakan siksa yang pedih.”

Apa yang menjadikan keterpisahan dua kelompok ini adalah jalan hidup yang telah mereka tempuh masing-masing dan pada akhirnya mencirikan keyakinan dan perilaku kerja mereka, yaitu syukur vs kufur, shiddiq vs kidzib, amanah vs khianat, tabligh vs kitman, fatanah vs baladah. Penciri akhir zaman sangat kentara dan nyata, bukan lagi pencitraan. Kafir sudah berani dengan kekafirannya, nakal sudah berani dengan kenakalannya, sesat sudah unjuk diri dengan kesesatannya, tanpa ragu dan tanpa malu. Bohong sudah tampak jelas dengan kebohongannya, tanpa merasa berdosa. Khianat sudah berani walau dengan mengambil resiko. Ujung zaman hari ini, orang-orang yang sesat akan membela kesesatannya, orang-orang yang bodoh tidak lagi berlindung dengan kebodohannya, namun menyatakan diri (demo) membela kebodohannya. Masa inilah yang sekarang kita hadapi, disaat yang bersalah menjadi bangga dengan kesalahannya dan tidak mau lagi memperbaiki diri, sebab palu ketetapan sepertinya akan mengarah kepada dua kemah umat manusia

Keterpisahan dua kelompok yang sangat kentara yaitu:

1.Shiddiq lawan kidzib.
2. Amanat lawan khianat.
3. Tabligh lawan kitman.
4. Fatanah lawan baladah.

Sufi mujahidin adalah mereka yang sudah melakukan transaksi jual-beli dengan Allahu Subhanahu wa Ta’ala. Transaksional tersebut diakhir masa bersifat global-internasional. Artinya, keterhapusan kepatuhan pada aliran gerakan yang parsial akan kalah dengan gerakan yang bersifat universal. Universalitas Islam menembus sekat pemahaman Islam yang terkotak-kotak, dan terbagi-bagi pada agama-politik-ekonomi aliran. Dimaksudkan adalah baik kubu muslim maupun kubu non muslim sama-sama sulit menghadapi ujian berat akhir zaman. Sehingga membuat mereka harus hidup berkelompok. Kedekatan yang mampu merekatkan diantara mereka adalah kesatuan iman dan imam. Dua kondisi kemah yang berlawanan arus pemikiran keyakinan besar ini tidak terbantahkan lagi. Lagi-lagi bahwa kohesi yang paling kuat dan fusi yang menyatukan mereka adalah bendera tauhid dan bendera non-tauhid dalam skala internasional.

Sebelum terbit mata uang Uni-eropa, sebenarnya pada masa Khalifah Amirul-mukminin Umar bin Khattab Radiyallahu-‘anhu, kesatuan mata uang tunggal sudah diberlakukan sejak 638 Masehi secara resmi (the jure), sedang secara kenyataan (the facto) telah dikenalkan dan diberlakukan pada masa Nabi Idris (Hermes). Kemudian berkelanjutan pada wilayah-wilayah Islam, timur, barat, selatan, utara. Pemberlakuan mata uang tunggal di wilayah Islam yaitu dinar dan dirham. Kedua mata uang tersebut tidak pernah mengalami defisit karena tidak terpengaruh
terhadap pasar dunia (fluktuasi) karena kondisi politik-ekonomi regional. Maksudnya, geo-politik kawasan barat yang dikuasai Amerika berpengaruh terhadap mata uang dunia yang terpisahkan berdasarkan batas wilayah. Adapun pergerakan geo-politik kawasan timur ditentukan oleh Rusia yang mempengaruhi harga pasar dunia. Saat dunia bertarung secara ideologi yang masih parsial dan mencari politik identitas yang sesuai. Niscaya keterbelahan menuju kepada kesatuan warna negara yang memiliki kesamaan pandangan atau ideologi regional.

Tanda penyatuan tersebut bisa dipelajari dari kehancuran tembok Berlin yang memisahkan masyarakat Jerman Barat dan Jerman Timur. Atau sebaliknya, Uni Soviet hancur berkeping-keping menjadi kemerdekaan negara-negera yang berdaulat sendiri dan lahirnya negara-negara federasi.Pemicunya adalah perang yang membuat kelompok ingin menyatukan diri dengan potensi primordialnya, baik karena alasan agama maupun kesamaan-kesamaan yang mampu menjalin hubungan. Ujung dari pencarian identitas adalah idealisme-primordial yaitu agama.

Saat perbedaan warna kulit, suku, ras, keturunan, tidak bisa diandalkan sebagai propaganda untuk diskriminasi, bahkan saat bahasa dan bangsa tidak bisa lagi dijadikan pemantik pemersatu, ternyata transaksi agama memiliki harga jual yang masih tinggi. Sebenarnya, konvensi dan konsensi demikian secara kultural telah terjalin dalam aplikasi digitalisasi. Pertautan online telah menghubungkan satu benua dengan benua lain. Tanpa disadari, covid-19 atau tahun 2019 telah dimulai upaya memaksimalkan keterbukaan dan keterlibatan warganegara dunia untuk ikut
memantau eskalasi geo politik, ekonomi, budaya dan ideologi regional, kepentingan keamanan kawasan dan dunia internasional. Komunikasi online dapat membuka penjara keterasingan dan keterjauhan informasi untuk selalu dekat dicermati. Memang, kemajuan suatu bangsa pasti diawali dengan informasi, sebab informasi merupakan jembatan dari saluran ilmu pengetahuan.

Sufi mujahidin disebutkan Tuhan dalam surah At-Taubah (9) ayat 112 dengan karakteristik sebagai
berikut:
1. At-Ta-ibun.
2. Al-‘Abidun.
3. Al-Hamidun.
4. As-Saihun.
5. Ar-Raki’un.
6. As-Sajidun.
7. Al-Amirun.
8. An-Nahun.
9. Al-Hafidzun.

Bagaimana memahami posisi kesembilan ranah sifat pejuang-sufi dan sufi-pejuang atau mujahidin-sufi dan sufi-mujahidin? Untuk memahami sufi mujahidin, Tuhan berikan dua alat bantu supaya manusia (sufi mujahidin) tidak salah arah yaitu syariat dan hakikat sufi pejuang.

Kedua alat bantu ini berfungsi sebagai penyeimbang (balance) supaya tahu area tarung dalam peperangan. Artinya, hakikat menyakini datangnya pertolongan-Nya dengan usaha dan ikhtiar syariat. Bukan berpangku-tangan dengan cara memasrahkan diri tanpa diperjuangkan, perjuangan memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan kebebasan dari keterikatan, terutama perasaan takut menghadapi musuh. Inilah rahasia dalam lapisan rahasia. Oleh sebab itu,kehilangan rasa cemburu dalam agama (dayyus) adalah dosa besar.

Pertalian syariat dan hakikat sufi mujahidin pejuang jangan dibuang. Melainkan harus berkesinambungan dan berkeseimbangan, barulah cita-cita kemenangan dapat mewujud. Langit hakikat wajib sejalan dengan bumi syariat, begini selayaknya setiap mukmin-mujahid memandang gerakan (harakah) pembebasan Al-Aqsha dari penjajahan Zionis. Kecanggihan pesawat dan rudal tempur bersama doa, salat dan tawakkal para mujahidin pejuang kemerdekaan Palestina.

Pasti membuahkan hasil yaitu kesanggupan mengalahkan musuh-musuhnya. Sebagai yang telah difirmankan Allahu Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al-Isra’ (17) ayat 4-7. Secara ringkas ayat tersebut menggambarkan perjalanan orang-orang Yahudi mulai dari Musa menyelamatkan mereka dari kejaran bala-tentara Fir’aun, kemudian menang, dikalahkan, menang lagi, akhirnya dikalahkan.

Seperti Allahu Subhanahu wa Ta’ala memenangkan Talut atas Jalut, walau Jalut memiliki tubuh yang tangguh, ilmu pengetahuan, kekuatan, kekuasaan, kekayaan dan ketentaraan yang besar. Ternyata kebesaran dan kejayaan Jalut hanyalah opini publik yang sengaja dibangun, rekayasa yang dibuat-buat. Sebab, didalam pasukan Talut ada Daud. Daud yang akan membunuh Jalut (disebut dalam Al-Baqarah:249-252). Kelak, Daud menjadi Nabi dan menjadi Raja, Raja Daud yang akan mewariskan kerajaannya di Baitul-Maqdis kota Palestina kepada anaknya yang bernama Sulaiman. Raja dan sekaligus Nabi yang kerajaannya membentang dari Timur ke Barat (Yaman- Palestina). King David dan King Solomon merupakan Raja yang tidak ada tandingannya di muka bumi dari awal dunia sampai berakhirnya. Sama dengan pasukan Al-Mahdi, didalamnya ada Nabi Isa putera kandung Maryam yang akan membunuh Dajjal. Baik Daud, Talut dan Jalut adalah kisah nyata Bani Israil dalam Al-Quran. Begitu pula peristiwa yang sekarang kita hadapi, adalah kota suci Palestina yang berada dalam penjajahan Zionis. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *