Oleh : Ma’ruf Zahran
Psikologi Agama menempatkan doa sebagai sentral peribadatan kepada sang maha. Sekilas, doa dan perbuatan yang meliputi-nya bersifat profan (keduniaan). Namun yakinlah bahwa substansi doa lebih bersifat transenden (keakhiratan). Selama yang berdoa bisa terhubung dengan Tuhan yang tanpa dimensi ruang dan masa. Artinya, saat berdoa, manusia tidak berada pada periode dahulu, sekarang dan akan datang. Tiga pembagi waktu tersebut sering dibuat oleh kaum sejarawan.
Tidak demikian halnya dengan doa. Untuk mereka yang sudah haqqul yaqin tiadalah mampu dimensi masa dapat memisahkan Tuhan. Dengan doa, tiadalah ruang yang dapat menyekat Tuhan di angkasa dan di persada. Ketika doa dipahami alat pengantar, sebut pesawat. Pesawat tentu memiliki dua sayap, kiri dan kanan. Sinkron dengan doa berupa sayap kanan adalah raja’ (harap), dan sayap kiri adalah khauf (takut). Landing dihadapan Tuhan adalah mahabbah (cinta). Jelas isi pesan doa adalah mahabbah fillah (kecintaan di dalam Tuhan). Atau dapat ditakwilkan doa diusung oleh dua kapal pengangkut. Satu kapal berbendera syukur, satunya lagi berbendera sabar. Ibarat saat labuh di dermaga, pesan masuk ke dalam kapal induk,namanya tawakkal. Tawakkal (penyerahan diri) merupakan esensi bertuhan yang sangat tinggi derajat-nya.
Proses pengantar doa yang menghasilkan kemuliaan (karamah) patut ditempuh. Sungguh, kecintaan di dalam cinta Allah (mahabbatullah fillah) tiada bukan kecuali memantik ridha-Nya. Bila dengan doa seseorang sudah duduk pada derajat (maqam) ridha, maka hamba akan bersama Allah di dalam surga-Nya (surga Aden). Berdasarkan surah Al-Bayyinah:7-8. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itulah sebaik-baik makhluk. Balasan untuk mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga Aden yang mengalir sungai- sungai di dalamnya, mereka kekal abadi selamanya. Allah ridha kepada mereka, dan mereka ridha kepada Allah. Itulah (karunia) bagi orang-orang yang takut kepada Tuhan-nya.” (Al- Bayyinah;7-8).
Perlu dipahami, sudah saatnya doa diartikan energi, motivasi, bahkan berfungsi daya juang untuk menghadapi kehidupan dan kesakitan. Ibarat peluru yang membunuh musuh, ibarat obat yang membasmi virus. Setiap hari harus diminum, per-empat jam sekali. Sampai betul-betul virus itu mati. Inilah kekuatan doa yang mampu merubah takdir. Sebab manusia adalah ayat-ayat Allah. Dan, ayat Allah adalah dinamis, tidak statis. Ketercapaian puncak bertuhan (ahadiyatullah) saat datangnya, sangat tergantung kepada rahmat dan rahasia Allah yang tergadai dengan waktu. Tentu diawali dengan pertemuan Rasulullah dengan umat, atau perjumpaan (liqa’) guru dengan murid. Umumnya merujuk kepada Rasulullah SAW di atas usia 40 tahun, namun usia sangat fluktuatif. Di usia berapa, tetapi yang jelas, perubahan selalu terjadi, baik secara simetris maupun a-simetris. Dalam firman Tuhan jelaskan: “Ayat-ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan. Pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa Allah maha berkuasa atas tiap- tiap sesuatu.” (Al-Baqarah:106).
Ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa seluruh isi alam semesta adalah dinamis, teori menyebut materi yang bermuatan energi. Bersesuaian dengan science Islam bahwa alam semesta selalu berubah, meluas dan mengembang (inna lamusi’un). Namun dalam ukuran yang akuratif dan objektif (biqadar). Berdasarkan firman dalam surah Ar-Ra’du ayat 39: “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki (takdir). Dan di sisi-Nya terdapat ummul kitab (buku induk).”
Misal, Al-Quran berbicara hari ini (yauma) saja. Justru yang mengklarifikasi masa klasik beserta cirinya, masa pertengahan beserta cirinya, masa modern beserta cirinya adalah kerja ilmuwan. Kitab suci tidak pernah berbicara dengan orang masa lalu, melainkan sekarang. Saat hari ini, engkau terkoneksi batin dengan-Nya, zaman apapun dia. Oleh sebab itu, Al-Quran selalu hadir. Redaksi yang berbunyi: “Pada hari manusia beterbangan seperti anai-anai, dan gunung-gunung seperti kapas yang dihamburkan.” (Al-Qari’ah:4-5)
Hakikat doa yang dipanjatkan sebenarnya telah diijabah Tuhan, bahkan sebelum doa itu direncanakan. Tuhan membalasi keimanan sebelum seseorang itu beriman. Sebab Tuhan tidak terkait dengan materi, energi, masa, ruang, konfirmasi dan informasi. Al-Hadid:22 mewartakan kalam suci Tuhan: “Apa yang menimpamu sebagai ujian di bumi dan pada dirimu sendiri, semuanya telah tertulis di dalam kitab, sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah.”
Maksudnya, substansi ketiga dimensi waktu tidak berlaku bagi Tuhan. Kemarin, hari ini dan besok, tidak bisa membatasi ruang gerak sang-Khalik. Namun sangat membatasi ruang gerak sang makhluk. Seperti Tuhan berbicara tentang perhitungan amal dengan menggunakan istilah the day, “alyauma” (pada hari ini). Yasin:65 telah memposting posisi manusia berdasarkan anatomi akhirat (khalqun jadid): “Pada hari ini, Kami kunci mulut mereka, tangan mereka berbicara kepada Kami. Kaki mereka memberikan kesaksian terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
Begitu-pun doa, hari ini doa adalah ayat yang sangat agung (the amazing, mukjizat). Sehingga hari ini pula, Tuhan mengijabat doa Musa, kaum Musa diselamatkan Tuhan dari kejaran pasukan Fir’aun dan Haman. Beserta hari ini, Tuhan proklamirkan: “Pada hari ini, Kami selamatkan engkau (Fir’aun) beserta badan-mu (Kami awetkan jenazahnya), untuk pelajaran bagi umat yang datang kemudian. Dan sungguh kebanyakan manusia lalai terhadap ayat-ayat Kami.” (Yunus:92).
Al-Quran the present adalah ayat yang jangkauan pengetahuan Tuhan tanpa cluster dan kategori ruang (Al-‘Alim) kepada Muhammad. Misal, kejadian yang sudah sangat lama, tentang sejarah Raja Najasyi, namun Tuhan sebutkan detik ini: “Dan ketika mereka mendengar bacaan yang diturunkan kepada Rasul (Al-Quran). Niscaya kamu melihat, mata mereka tergenang dengan air mata yang bercucuran. Disebabkan kebenaran (Isa dan Muhammad) yang telah mereka ketahui. Mereka mendoa: Tuhan kami, kami telah beriman. Maka catatlah kami bersama orang-orang yang menyaksikan.” (Al-Maidah:83). Apa yang dibacakan dihadapan sang Raja oleh utusan/duta Muhammad Rasulullah SAW adalah satu surah dalam Al-Quran, surah Maryam (bunda Maryam binti Imran). Demikian hari ini, doa adalah ayat yang menjadi satu-kesatuan masa. Literasi ini telah tertulis, mudahan menjadi berkah. Alhamdulillah.