Oleh: Ma’ruf Zahran
BEBERAPA kali bangsa ini diuji sejak kemerdekaannya, 17 Agustus 1945 sampai sekarang telah berhasil dilewati. Tidak sedikit penghalang yang datang untuk merusak NKRI, baik ancaman bahkan peperangan yang datang dari dalam maupun luar negeri.
Memasuki awal abad modern (1901), lahirlah seorang putera fajar yang bernama Soekarno. Oleh Tuan Guru Haji Ismail Mundu, nama bapak proklamator ditambah menjadi Ahmad Soekarno. Semakin gencar perlawanan terhadap Belanda oleh Soekarno Muda. Pemuda Soekarno yang berani tidak pernah takut dengan penjajah. Pada akhirnya, pemuda pula yang mendesak bapak Ahmad Soekarno untuk menyatakan kemerdekaan dengan membacakan teks proklamasi. Peran mereka sangat besar, kegigihan dua nama pemuda yang dicatat sejarah adalah Soekarni dan Sayuti Melik, mereka berdua menculik Soekarno dan memaksa kemerdekaan harus dikumandangkan.Jakarta, 17 Agustus 1945. Jum’at yang bersamaan dengan 9 Ramadhan. Mewakili perjuanganseluruh rakyat di bumi pertiwi, disebutkan atas nama bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta.
Namun, penjajah Belanda belum setuju atas kemerdekaan Indonesia, dengan membonceng NICA, Belanda ingin menjajah kembali Indonesia. 10 November 1945 arek-arek Suroboyo mempertahankan sejengkal tanah Indonesia bertuah ini, lalu peristiwa Bandung lautan api, bahkan serentak perlawanan di seluruh wilayah sebagai perang mempertahankan kemerdekaan. Kemudian ada upaya meretas ingin menggugat NKRI dengan konsep Republik Indonesia Serikat (RIS) sampai benar-benar Indonesia diakui merdeka dan berdaulat dari Sabang sampai Merauke pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda. Seluruh dunia mengakui bahwa Republik Indonesia berdasarkan Pancasila: Ketuhanan yang maha esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Meledak, pemberontakan di dalam negeri yang baru merdeka ini (1945) kembali kesabaran persatuan dan kesabaran kesatuan bangsa dites. Bila dahulu Indonesia diuji oleh bangsa luar, sekarang Indonesia diuji oleh bangsa sendiri. Pemicunya sebagian adalah karena persoalan ideologi berbangsa dan bernegara.
Munculnya pemberontakan PKI 1948 di Madiun adalah dalam rangka ingin menukar-ganti ideologi Pancasila dengan Komunisme. Tokoh-tokoh PKI 1948 yang terdiri dari Muso, Alimin, Darsono, mereka sudah menempuh pendidikan tinggi di Beijing (RRC). Syukurnya, pemberontakan mereka dapat ditumpas oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pada masa pemerintahan Soekarno, tepatnya pemilu pertama tahun 1955 adalah PKI ikut sebagai peserta pemilu (partai politik). Saat itu, ada partai politik yang berasas nasionalisme, agama dan komunisme. Soekarno menggabungkan ketiga ideologi tersebut dalam singkatan NASAKOM. Nasionalisme diwakili oleh PNI dan partai politik yang sehaluan, komunisme diwakili oleh PKI dan partai politik yang sehaluan, agama diwakili oleh Masyumi dan partai politik yang sehaluan.
Bagi generasi milenial, pendidikan sejarah perjuangan bangsa wajib diajarkan dan dipahamkan. Sebab bagaimana bisa tumbuh rasa patriotisme bila generasi milenial tidak mengenal sejarah perjuangan bangsanya sendiri. Sedang hari ini dan besok akan banyak pejuang, peneliti dan pelaku sejarah yang wafat. Ditambah semakin sulit untuk diperdapati orang-orang yang mau berkisah tentang sejarah dan menuliskannya, disamping kurangnya literatur secara lengkapmenyajikan sejarah, nilai jualnya juga masih rendah.
Ikut menyertai nilai juang dan nilai tangguh TNI beserta rakyat menghadapi pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia), sampai puncaknya adalah PKI 1965. PKI 1965 yang diketuai oleh DN. Aidit dan Kolonel Untung beserta pasukan dalam kesatuan Cakrabirawa sebagai satuan khusus pengawal presiden, berkehendak keras ingin mengganti ideologi Pancasila dan UUD 1945 dengan ideologikomunisme. Lalu, muncullah gerakan protes dimana-mana, terutama dipelopori oleh mahasiswa angkatan 1966. Gelombang protes terhadap PKI yang telah membunuh tujuh Pahlawan Revolusi secara sadis, sehingga memantik perlawanan dari seluruh mahasiswa, pemuda dan rakyat bersatu. Seluruh mahasiswa di bumi Republik Indonesia berdemonstrasi, disiarkan oleh televisi dan radio dalam dan luar negeri tentang tiga tuntutan mahasiswa:
1. Turunkan harga kebutuhan pokok masyarakat.
2. Bubarkan PKI dan bersihkan kabinet dari PKI dan unsur-unsurnya.
3. Kembali ke UUD 1945.
Oleh para pengamat, masa yang kesejarahannya sudah ditulis tadi disebut ORLA (orde lama). Masa orde lama, kalau sekira boleh penulis sebut perperiode dari tahun 1945-1968. Sedang dari tahun 1968-1998 adalah masa ORBA (orde baru). Sedang mulai tahun 1998 sampai sekarang dapat disebut masa Reformasi. Masa Reformasi pasca Presiden Soeharto yang sisa masa kepemimpinannya dilanjutkan oleh BJ. Habibi (Burhanuddin Jusuf Habibi), meskipun singkat namun telah mampu merubah wajah platform negeri berkah ini diantaranya: 1. Memberikan kebebasan press. 2. Menghormati kebebasan berpendapat, kebebasan berkumpul dan berserikat, serta kebebasan memilih. Buktinya saat beliau menjabat telah memberikan hak referendum kepada masyarakat Tim-Tim (provinsi ke-37). 3. Menindak oknum kejahatan korupsi dan menghargai pegawai pemerintah yang jujur dengan menaikkan gaji pokok secara bertahap. 3. Menaikkan harga diri bangsa Indonesia dalam pergaulan internasional, bahkan bisa menekan kenaikan kurs dolar USA terhadap mata uang rupiah. Sehingga keuangan negara secara ekonomi menjadi stabil.Kepercayaan dunia terhadap kepemimpinan BJ. Habibi dan nilai jual yang tinggi di mata internasional. Dampak kenaikan harga kurs rupiah dalam perdagangan bursa efek dunia, kehidupan ekonomi rakyat menjadi berkah, aman dan sejahtera.
Pasca BJ. Habibi yang sangat singkat hanya dua tahun sebagai pengganti Soeharto, beliau dimakzulkan oleh MPR/DPR RI dalam sidang paripurna karena telah memberikan hak referendum kepada masyarakat Timor-Timur untuk memilih bergabung ke NKRI atau melepaskan diri dari NKRI. Hasil jajak pendapat tersebut menghitung bahwa masyarakat Tim-Tim berkeinginan secara kewarganegaraan memilih berpisah dari NKRI.
Selanjutnya, sejarah bangsa kita, Republik Indonesia pun dipimipin oleh presiden dari masa ke masa. Segala cobaan dan ujian berbangsa dan bernegara secara nasional sudah kita lewati bersama dengan lulus. SBY, Gusdur, Megawati, Jokowi telah mengantarkan Indonesia yang sekarang. Bersyukur kepada Tuhan yang maha kuasa, sampai hari ini, besok dan lusa kita tetap akan bersatu. Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa di atas segala kepentingan pribadi dan golongan. Hanya dengan persatuan dan kesatuan nasional, kita akan menatap masa depan bumi dan langit Republik Indonesia yang berkeamanan. Keamanan merupakan modal dasar negeri untuk Pembangunanan. Pembangunan masyarakat yang adil dan makmur (MAM) menjadi tonggak berdirinya pilar-pilar NKRI. NKRI yang berkeadilan, berkemajuan, berkesejahteraan adalah menjadi hak rakyat seluruh Indonesia.
Eksekutif, legislatif, yudikatif mengupayakan hak asasi rakyat terpenuhi dengan baik. Apa yang diminta rakyat adalah harga bahan makanan yang murah (sembako murah), lapangan pekerjaan yang tersedia sehingga tidak ada pengangguran. Karena pengangguran orang dewasa akan mengundang kriminal. Permintaan rakyat lagi adalah biaya sekolah dan kuliah yang disubsidi pemerintah sampai studi mereka selesai. Bahkan jaminan lapangan pekerjaan bagi para alumni.
Tahun 2024 adalah tahun politik saat kita memilih pemimpin baru, presiden dan wakil presiden. Memilih anggota dewan perwakilan rakyat yang baru. Tentu kemenangan di tangan rakyat, sebab satu orang-satu suara (one man-one vote).
Demikian sejarah bangsa kita sampai hari ini, menyongsong pemilu 2024. Jaga persatuan dan kesatuan. Jangan bersikap anarkis, jangan ego-sentris, namun mementingkan Indonesia yang akan datang, 200-300 tahun yang akan datang, lebih penting daripada merusak kekeluargaan sebagai satu rumah dan satu saudara dari kandungan rahim ibunda Pertiwi. Semoga