Oleh: Ma’ruf Zahran
Mempercakapkan tentang PEMILU akan bermuatan materi dan non-materi PEMILU itu sendiri. Paradigma seorang agamawan akan melihat PEMILU dari kacamata kerja keagamaan. Seorang ilmuwan akan memandang PEMILU dengan cara pandang keilmuan, dan seorang pendidik akan menyoroti dari horizon pendidikan, sesuai dengan kapabilitas mereka masingmasing. Meski secara spesifik diperlukan sub-paradigma lagi untuk membatasi ruang jangkau kajian. Maksud saat membicarakan PEMILU masing-masing orang tidak terlepas dari sudut pandang yang sudah menjadi opini bagi dirinya. Tentu, satu paradigma bisa memperkuat dan memperdalam paradigma lain, atau malah membantah. Namun, merundingkan paradigma tidak salah walaupun bukan untuk menyatukan visi, misi dan orientasi, kecuali saling memperkaya, baik bagi kandidat maupun bagi para pendukung.
Bukan kapasitas penulis untuk menilai ketiga calon, tetapi yang jelas PEMILU yang sejenak lagi akan kita usung adalah media pendidikan politik rakyat. Berbicara proses, pelaksanaan dan evaluasi PEMILU memastikan nilai-nilai pendidikan politik wajib tersampaikan kepada rakyat sebagai pemilik sah negeri ini. PEMILU kali ini disamping rakyat sedang mengalami kenaikan harga pangan yang menjadi kebutuhan bahan pokok sehari-hari (sembako), juga
dibeberapa tempat mengalami musibah alam, berupa kekeringan pada satu daerah dan kebanjiran pada daerah lain. Ketika rakyat Indonesia diuji, apa yang diperlukan, sebenarnya bukan saja kejujuran individual, melainkan kejujuran nasional yang kolektif dan komunal. Artinya, pengusaha-pedagang-pembeli wajib jujur. Gerakan jujur nasional yang digalakkan akan memantik terpenuhinya rasa keadilan. Ternyata, jujur dan adil ibarat saudara kembar siam yang bernama JURDIL.
Menempatkan PEMILU sebagai media pendidikan rakyat artinya terdapat tiga pendekatan manajemen yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (actuiting), penilaian (evaluating). Meskipun ketiganya biasa disebut fungsi-fungsi manajemen. Boleh jadi setahun sebelum PEMILU perencanaannya sudah digadang-gadang. PEMILU yang dipahami sebagai media politik bagi rakyat, dia telah menyadarkan betapa berarti membangun kesetaraan dalam kesatuan rakyatberasaskan jujur, adil, langsung, bebas, rahasia.
Jujur artinya jujur kepada diri sendiri saat berada dalam bilik suara. Bebas dari kebohongan yang mungkin selama ini karena takut di-intimidasi dan berkhayal dibuai harapan indah untuk lima tahun ke depan. Oleh sebab itu, jujur bermakna tidak takut ancaman, jujur artinya tidak berharap peluang untung, jujur maksudnya bukan berharap kesenangan, jujur adalah jujur itu sendiri. Jujur adalah ketika berhasil membuang semua kepentingan.
Dengan kata lain, idealnya PEMILU tidak diboncengi oleh kebohongan. Bagaimana pun keputusan akhirnya, begitulah suara rakyat. Suara rakyat wajib dihormati sebagai suara Tuhan yang dari sejak dahulu rakyat menginginkan pembelajaran demokrasi. Bukan besarnya anggaran PEMILU, namun sudahkah rakyat dewasa dalam berpolitik. Bukan banyaknya pendukung dan pengikut, melainkan sudahkah rakyat menghargai perbedaan pendapat. Sebab perbedaan pendapat adalah hak asasi manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah dari yang maha kuasa. Berbeda pendapat tidak masalah selama tidak merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Berbeda pendirian tidak menyakitkan hati, sepanjang tidak merobohkan pilar-pilar NKRI. Jangan sampai ketakutan yang tidak berdasar fakta, menyebabkan kita melakukan arogansi mayoritas atau melakukan tirani minoritas.
Asas PEMILU yang kedua adalah adil. Adil dalam bahasa Arab diartikan pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya. Lawan dari kata adil adalah dzalim. Dzalim artinya tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dzalim merupakan gambaran kebodohan, sedang adil merupakan gambaran kecerdasan. Untuk bisa berlaku adil, seseorang harus berilmu-pengetahuan, sehingga dapat mengenal tingkatan usia dan perlakuan yang diberikan kepada mereka. Nabi menyuruh, usia anak-anak untuk disayangi, usia sebaya untuk dihargai, usia tua dihormati. Sebab umat Muhammad adalah mereka yang menyayangi anak-anak, dan menghormati orang tua.Bukanlah menjadi umat Muhammad, orang-orang yang tidak menyayangi anak-anak, dan tidak menghormati orang tua.
Dua asas PEMILU di atas (JURDIL) telah lebih dari cukup sebagai media pendidikan politik rakyat. Simulasi kejujuran adalah PEMILU untuk lima tahun kedepan tentang corak kepemimpinan (kabinet dan parlemen). Maksudnya, PEMILU yang jujur akan berdampak terhadap eksekutif yang jujur, legislatif yang jujur, yudikatif yang jujur. Sebab bila berani tidak jujur yang artinya dusta, kedustaan terhadap Tuhan yang memberi amanah lewat suara rakyat, artinya telah berkhianat kepada Tuhan dan berkhianat kepada rakyat. Sebab suara rakyat adalah suara Tuhan. Pentingnya makna kejujuran selain mengantarkan kepada surga dunia dan surga akhirat, juga sakinah di dunia dan sakinah di akhirat. Karena itu, jadilah kamu orang-orang yang jujur dan penegak kejujuran.
Asas adil dalam PEMILU menjadi penting sebab dengan adil yang berada pada posisi tengah sehingga tidak berat sebelah ibarat wasit. Para penyelenggara PEMILU wajib berdiri di atas semua partai politik dan semua calon presiden dan calon legislatif pusat dan daerah. Para penyelenggara PEMILU tidak boleh curang, sebab mereka telah menjadi wakil Tuhan di muka bumi untuk berbuat JURDIL. Dan tidak berbuat kecuali hanya untuk JURDIL.
Standarisasi JURDIL harus selalu ditandaskan supaya ingat, sehingga menjadi karakter yang hidup untuk lima tahun kedepan, bahkan JURDIL hingga akhir hayat. Bukankah sejak TK, SD, SMP, SMA nilai-nilai JURDIL sering ditanamkan oleh guru-guru di sekolah. Bertujuan agar nantinya saat memimpin menjadi pemimpin yang jujur dan pemimpin yang adil. Indonesia Raya hanya akan baik bila dipimipin oleh orang-orang yang jujur mulai dari RT jujur, lurah jujur, bupati jujur, gubernur jujur, presiden jujur, rakyat pasti jujur. Demikian pula institusi sekolah, jika kepala sekolah jujur, guru jujur, maka siswa pasti jujur. Di perguruan tinggi, apabila rektor jujur, dekan jujur, dosen jujur, mahasiswa pasti jujur. Bagaimana atasnya, begitu juga bawahnya. Semoga