SABAR MENANTI KESEMPURNAAN

Oleh: Ma’ruf Zahran

Empat catatan takdir dan empat medan ujian jiwa akan tetap dan sedang berjalan sampai sempurna pada waktunya. Kesempurnaan yang empat bila tercapai barulah seseorang diwafatkan Allah. Bila belum cukup supaya Tuhan cukupkan dulu. Bila belum sempurna, pasti Tuhan sempurnakan dulu. Bila masih ganjil, pasti Tuhan genapkan, medan-medan ujian jiwa tersebut adalah:
1. Medan ujian taat akan Tuhan sempurnakan, bila telah disempurnakan pada ujian taat untuk seseorang, kemudian Allah wafatkan.
2. Medan ujian maksiat akan Tuhan sempurnakan, jika telah disempurnakan, maka Tuhan akan mewafatkan.
3. Medan ujian nikmat akan Tuhan sempurnakan, jika telah disempurnakan, niscaya akan Tuhan wafatkan.
4. Medan ujian bala’ akan Tuhan sempurnakan, bila telah disempurnakan, niscaya akan Tuhan wafatkan

Apa yang sekarang wajib kita lakukan adalah menunaikan permintaan takdir yang sudah ditetapkan Tuhan pada waktu lima ratus tahun sebelum ada sebutan. Masa sebelum ada ingatan, baik perintah maupun larangan.Kenyataan yang tidak bisa diingkari adalah bahwa kita bagian dari masa lalu, kita juga adalah kita yang sekarang, dan kita akan menghadapi masa depan. Atas keyakinan seperti ini, kenyataan yang dihadapi dan tidak menentu, kecuali dihadapi dengan sabar. Sabar dalam menghadapi ujian masa lalu, sekarang dan akan datang. Upaya sabar melipat-gandakan pahala, bahkan tidak terbatas, dan berbuah surga.

Bila dibicarakan dan dikisahkan tiga dimensi waktu tersebut, dahulu, kini dan akan datang tidak sampai 15 menit, artinya begitulah tamsil kehidupan dunia yang hanya ada satu kata yaitu singkat. Sebanyak apapun kebaikan kita, pasti dilupakan orang. Hanya ada satu yang tidak pernah melupakan kebaikan, Dialah Allah. Demikian pula kejahatan, belum ada yang bisa melupakan secara total dari semua makhluk-Nya, kecuali Allah. Manusia sangat mudah untuk melupakan kebaikan orang lain padanya, kecuali Allah. Sebab Allah pencipta manusia, Dia tahu tentang keadaan hamba-Nya yang dahulu, sekarang dan akan datang. Dialah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, Dia maha pengasih maha penyayang. Tidak ada sekutu bagi-Nya, maha hidup kekal abadi, Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia berkuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Adapun tentang suratan takdir sudah Dia tentukan pula. Bukan-kah kita tinggal menjalani proses, namun hasil tidak ada seorang pun yang tahu. Bahkan tidak ada seorang-pun di bumi dan di langit mampu menentukan nasib mereka, sehingga surga dan neraka tidak dapat dipastikan untuk diri seseorang dan diri orang lain. Melainkan hanya berpasrah-diri saja. Apa yang dipasrahkan adalah apa yang telah dijalani, sedang dijalani, akan dijalani, itulah takdir.

Oleh sebab Tuhan tidak mau manusia larut dengan kenikmatan di dunia, lantas dibuatkan dunia untuk manusia bersifat sementara. Dia putus seluruh kelezatan dengan kematian. Dia ciptakan surga dalam waktu yang lama, kekal didalamnya. Demikianlah pula musibah, bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa, sudah Dia siapkan benteng yang tangguh untuk mereka, doa Nabi Yunus ‘alaihissalam. Selain doa Nabi Yunus, Allahu Subhanahu wa Ta’ala persiapkan doa Nabi Ayub, Nabi Yakub, Nabi Yusuf, semua doa adalah perisai Allahu Subhanahu wa Ta’ala yang bisa
dipergunakan seperti tameng dan benteng. Sungguh siapa yang masuk ke dalam benteng Tuhan Allah pasti selamat.

Sebelum kewafatan seseorang niscaya Tuhan akan penuhi perjanjian yang telah dibuat dengan Tuhan sejak masa azali, tertulis pada diri masing-masing, kemudian kenapa kamu ragu? Bahwa telah ada dalam kitab induk tentang:
1. Rezeki.
2. Jodoh atau pertemuan dan perpisahan.
3. Kebahagiaan dan kesengsaraan.
4. Kematian.

Tuhan penuhi janji sesuai dengan ketetapan dan kadarnya, baru Allah wafatkan seseorang. Artinya setiap orang terikat dengan takdir mereka masing-masing (nafsi-nafsi). Dia bekerja dan mendapat rezeki hari ini untuknya, demikian takdir yang sudah tertulis. Dia bertemu dan berpisah dengan seseorang demikian takdir waktu yang telah sampai batasnya. Dia merasakan kebahagiaan dan kesengsaraan yang meliputi kehidupan sampai wafat dalam
pergiliran waktu lapang dan sempit, waktu sehat dan sakit adalah titah perintah takdir Tuhan yang tidak bisa dibantah. Demikian pula, setiap kehidupan pasti terdapat kematian, takdir setiap orang berbeda, namun semuanya bersifat sementara.

Hampir bersamaan dengan takdir kemenangan dan kekalahan, kelapangan dan kesempitan, kebahagiaan dan kesengsaraan. Keduanya ibarat dua sisi mata uang, dalam kesempitan terdapat kesempatan, dalam kesusahan terdapat kemudahan. Tuhan pergilirkan diantara hamba-Nya, disitulah letak ujian taat atau maksiat. Dalam taat terdapat musibah yang satu frekuensi dengan maksiat. Dalam untaian nikmat terdapat musibah, dan dalam gulungan bala’ adalah musibah (ujian). Empat item yang setiap hari kita temui, hadir bagi siapa-pun dan
tidak terkecuali untuk siapa-pun.

Sejak 1.400 tahun yang lalu, Allah telah menggembirakan rasa optimis di kalangan umat muslim bahwa umat pilihan yang tinggi adalah dengan beriman, ayat-ayat yang menghibur nabi dari kesedihan hati dan kelemahan semangat. Pernyataan bahwa umat pilihan pasti akan menang, janji keadilan Tuhan pasti terlaksana dalam bentuk simulasi kekalahan dan kemenangan pada kapasitas yang sama. Perbedaannya terletak pada modal spiritual berupa ketahanan mental. Allah jelaskan: “Dan janganlah kamu merasa lemah semangat, dan jangan kamu bersedih hati,
dan kamu adalah yang paling tinggi, jika kamu beriman. Jika kamu mendapat luka, maka mereka-pun mendapat luka yang serupa. Masa itu dipergilirkan diantara manusia. Agar Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan menjadikan sebagian mereka gugur (syahid). Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang aniaya. Dan untuk Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa), dan membinasakan orang-orang yang ingkar.” (Ali Imran:139-141).

Rambu-rambunya adalah haram hukumnya lari dari arena tarung kehidupan dengan cara membunuh diri dan berdosa besar karena lari dari peperangan. Kecuali untuk mengatur strategi dan taktik, atau bergabung dengan kekuatan yang lebih besar, landasan theologis inilah yang menjiwai para pejuang tanah Nusantara, Indonesia Raya. Sehingga bambu runcing bisa mengusir penjajah Belanda dan Jepang dari bumi dan langit ibu pertiwi. Sebab kuasa-Nya, Dia turunkan kekuatan kepada bangsa ini dan kepada rakyat Indonesia. Al-Quran (Al-Anfal:17) menjadi keyakinan para pejuang kemerdekaan Indonesia, bukan kamu yang melemparkan ketika melempar, melainkan Allah yang melempar. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *