Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran
Pengkajian hikmah surah Al-Fatihah telah banyak ditulis seperti Samudera Al-Fatihah oleh Bey Arifin. Buku The Seven Habit Al-Fatihah oleh Harjani Hifni, Tafsir Al-Fatihah oleh Abdurrahman Abror, dan kitab-kitab tafsir lainnya. Selain itu, banyak pula tulisan tangan (manuskrip) para ulama dan auliya menorehkan pena mereka untuk memberi arti terhadap ummul kitab, Al-Fatihah. Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran dan tujuh ayat yang dibaca berulang kali di dalam AlQuran yang agung. Surah Al-Hijir (15) ayat 87 di atas menyebut secara tersendiri,
Al-Fatihah.
Bermula, ta’awwudz atau bacaan perlindungan kepada Allah SWT menjadi anjuran (sunnah) sebelum membaca Al-Quran. Adapun sebelum salat, malah sebelum melafalkan niat, disarankan membaca; a’udzu bikalimatillahit-tammati min syarrima khalaq (aku berlindung dengan kalimat Allah yang maha sempurna dari semua kejahatan makhluk).
Surah Al-Fatihah diawali dengan basmalah. Dengan nama Allah yang maha pengasih maha penyayang. Dengan nama Allah yang maha menyembuhkan (bismillahi syafi), dengan nama Allah yang maha mencukupkan (bismillahi kafi), dengan nama Allah yang maha mengobati (bismillahi mu’afi). Betapa agung namaNya yang tertuju adalah Allah, Ahad (esa). Namun bukan materi, bukan esa yang dibayangkan. “Dia berbeda dengan sesuatu.” (Asy-Syura:11).
Lihatlah ayat-ayat dalam surah Al-Fatihah, semuanya menggunakan kalimat berita, tidak ada yang menggunakan kalimat perintah. Sebuah kondisi yang memberi-tahukan bahwa surah Al-Fatihah dibaca berdasarkan atas kesadaran, bukan tekanan dan tidak keterpaksaan. Al-Fatihah artinya pembukaan sebagai pintu masuk mengimani seluruh surah dibelakangnya. Al-Fatihah pertama membangun mental penerimaan terhadap wahyu dan kesediaan berdialog dengan Tuhan.
Bila relasi manusia dengan Tuhan telah terhubung dengan baik, maka manusia bisa menundukkan egonya dengan Al-Quran. Ketika itu, Tuhan yang berkalam dalam relasi di dalam salat dan di luar salat. Manusia tunduk kepada ego
Tuhan saat kapan-pun, zikir yang tidak pernah berhenti (zikir mudawwamah).
Kalimat basmalah yang menjadi ayat pertama surah Al-Fatihah, adalah basmalah yang tidak pernah cedera oleh makhluk apapun, di langit dan di bumi (bismillahilladzi la yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wala fis-sama’). Dengan nama Allah yang tidak akan memberi mudharat atau kesusahan bersama nama-Nya dari sesuatu di bumi dan tidak pula di langit). Wahuwassami’ul ‘alim (dan Dia maha mendengar maha mengetahui).
Alhamdulillahirabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Tuhan yang memelihara alam semesta). Ya musabbibal asbab, segala puji milik Tuhan yang menyebabkan terbitnya sebab dan akibat dari segala sesuatu. Perbuatan semua alam semesta adalah hak bagi-Nya untuk berbuat dalam pengaturan, pembinaan, penjagaan. Walau terhadap perbuatan yang tidak disenangi makhluk, Dia tetap terpuji. DariNya segala puji, dan untuk-Nya segala puji.
Mengilmui kalimah tahmid (alhamdulillah) sangat penting. Ibarat penetralisir keadaan, umpama pengaturan suhu udara. Saat suka, hamdalah menetralisir kesukaan. Saat duka, hamdalah menetralisir kedukaan. Artinya,hamdalah mengandung dua unsur. Unsur syukur saat nikmat menghampiri, unsur sabar saat bala’ mendera.
Maha terpuji Engkau, Tuhan Allah yang dengan-Nya terbit segala gerakperbuatan (af’al), nama, sifat dan diri yang ada di alam semesta. Allah rabbul asbab bisabbib, Allah Tuhan yang menyebabkan sebab dengan sebab-Nya alam syahadah dihadirkan, dan alam ghaibah disembunyikan. Segala puji bagi Allah dalam semua kondisi (alhamdulillah ‘ala kulli hal). Kondisi baik yang menyapa makhluk, Dia terpuji, kondisi buruk yang menerpa makhluk, Dia terpuji.
Tiga rahasia ta’awwudz (mohon perlindungan), basmalah dan hamdalah sudah sangat agung. Menuntun ketenangan jiwa bagi yang dituntun Tuhan. Mendapat cahaya kebahagiaan bagi yang Dia kehendaki di antara hambahambaNya. Pada tahap ini, hamba sudah beriman kepada-Nya, ayat-ayat selanjutnya merupakan pemantapan iman tauhid yang berisi keesaan Allah, hari kiamat, doa, jalan lurus, janji dan ancaman.
Terhadap dosa yang sangat kuat ikatannya, hamba wajib memohon perlindungan kepada-Nya dari tipu muslihat iblis. Iblis menampilkan gambaran kesuksesan dalam perbuatan maksiat. Iblis menjanjikan kesenangan abadi di dunia serta kekuasaan yang tidak pernah binasa. Iblis mengatakan sesuatu yang tidak layak bagi Allah ke dalam hati manusia. Iblis menyuruh berbuat keji dan mungkar seperti mendurhakai kedua orang tua, dengan alasan kesenangan pribadi. Inilah rahasia ta’awwudz (perlindungan). Bahwa Iblis tidak mampu berkutik dihadapan kalimah ta’awwudz. Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaithan, dan aku berlindung kepada-Mu Tuhan-Ku daripada kehadiran-nya
(syaitan yang terkutuk).
Arrahmanirrahim merupakan bentuk pengulangan nama Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang adalah penjelasan dari nama Allah. Kemudian kembali lagi penjelasan tentang Tuhan yang memelihara alam semesta (rabbul ‘alamin) adalah rab yang ar-rahman dan rab yang ar-rahim. Tuhan yang maha pengasih dan Tuhan yang maha penyayang. Rahasia dua sifat-Nya untuk orang- orang yang beriman (lil mukminin). Bentuk kasih sayang-Nya, Dia turunkan pedoman (wa munzilal kitab). Al-Quran kalamullah, firman Tuhan yang agung.
Malikiyaumiddin, raja pada hari agama. Hari agama (yaumiddin) bisa dipahami dengan makna hari perhitungan amal (yaumil hisab). Kedua hari tersebut dimiliki oleh sang raja (Allah). Maliki bermakna mulkahu la yafna, raja yang kerajaannya tidak pernah binasa. Sedang yaumiddin bima’na yaumil hisab, wahuwa sari’ul hisab. Hari agama diartikan hari perhitungan, dan Dia (Allah) paling cepat dalam menghitung.
Iyyakana’budu waiyyakanasta’in. Artinya; hanya kepada-Mu, kami menyembah, dan hanya kepada-Mu, kami memohon pertolongan. Ayat ini dibagi dua, iyyakana’budu bermakna ‘ibadatu ‘abdin mutawakkiluna ‘ala rabbil arbab (ibadah hamba yang bertawakal kepada Tuhan dari sekalian tuhan-tuhan). Mengandung makna keesaan yang sejati. Waiyyakanasta’in bermakna isti’anah khaifan minan-niqam, wa aminna asyaddul ‘adzab. Artinya; dan hanya kepada-Mu kami memohon. Makna rahasiaanya adalah mohon dihindarkan dari derita dan memohon keamanan dari siksa.
Ihdinash-shirathal mustaqim, artinya; bimbinglah kami pada jalan lurus. Meski kita salat sendiri, namun redaksinya jamak. Dari segi bacaan sudah menunjukkan bahwa umat muslim sedunia bersatu, doa mereka adalah jamak, bukan pribadi. Disamping mengandung rahasia, kami adalah sama.
Ihdinash-shirathal mustaqim maknanya hidayah daud alladzi andzara fil haqqi, ni’mal abdu, innahu awwab. Artinya, hidayah telah Tuhan turunkan kepada Daud yang memberi peringatan dengan kebenaran, (Daud) sebaik-baik hamba, sebab sesungguhnya dia (Daud) sangat patuh.
Hidayah (petunjuk) jalan lurus adalah agama Islam, kitab suci Al-Quran dan Nur Muhammad SAW. Saat manusia se-dunia mencari agama, Tuhan tunjuki petunjuk agama (hidayatud-din). Saat manusia mencari kitab suci, Tuhan turunkan Al-Quran di bulan Ramadan. Saat manusia mencari Nabi, Tuhan utus Muhammad pesuruh Allah. Inilah makna rahasia dari tiga petunjuk yang berhikmah (berkebijaksanaan).
Hikmah ayat yang terakhir adalah; shirathal ladzina an ‘amta ‘alaihim, yaitu orang-orang yang mendapat nikmat dari-Mu. Maknanya, minan-nabiyyina washshiddiqina wasy-syuhada-i wash-shalihina ulil albab, yaitu (jalan) para nabi, orangorang yang jujur, syuhada’, orang-orang shaleh yang memiliki akal sehat. Ghairil maghdhubi ‘alaihim (bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai). Mereka adalah orang-orang yang ingkar (kafir). Katakan (Muhammad) mereka berbuat dosa. Sedang mereka mengatakan telah berbuat kebaikan. Waladh-dhallin, dan bukan jalan orang-orang yang sesat. Mereka adalah orang-orang yang sesat dan mereka menyempurnakan kesesatan di dalam hati mereka, sehingga mereka tidak lagi mengenal (pintu) kelurusan (hatta la ya’riful bab). Amin, kabulkan ya Allah, kabulkan ya Rahman, kabulkan ya Rahim, kabulkan ya Malik. Amin, ghafarallahulana walakum lil mukminina yaumal hisab (semoga Allah mengampuni kami dan kamu, dan mengampuni semua orang yang beriman pada hari perhitungan amal). Wallahua’lam.