Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran
Akreditasi unggul sekolah/madrasah sangat bergantung pada selain SDM (sumber daya manusia) juga ketersediaan kelas yang representatif dan laboratorium yang andal. Untuk perguruan tinggi yang bergerak pada bidang pendidikan dan kesehatan, keberadaan laboratorium sangat mutlak. Sebaran matakuliah-pun wajib menggambarkan porsi untuk ruang kelas (teori) dan ruang laboratorium (praktik), seperti 1 sks teori dan 2 sks praktik.
Kurikulum merdeka (KURMA) berisi pesan bahwa pembelajaran harus memberikan pengalaman belajar (learning eksprient) kepada siswa. Penting, sebab untuk mendapatkan pengetahuan perlu proses dan bukan hasil. Proses lebih penting daripada hasil. Dalam proses terjadi pembelajaran yang sesungguhnya, merasakan, memikirkan, merencanakan, melakukan dan menilai dari siswa untuk siswa. Bukan dari guru kepada siswa, posisi guru bukan sebagai instruktur, namun lebih berarti sebagai motivator, fasilitator, mediator. Sesungguhnya yang belajar adalah siswa lewat kemitraan pembelajaran selaku tutorial sebaya.
Ketercukupan dan keterjaminan mutu CTL (contextual teaching and learning) menjadi borang standar pembelajaran yang wajib terlaksana. CTL contructivisme, CTL modelling, CTL questions, CTL discovery, CTL inquiry, CTL learning community, CTL authentic assesment.
CTL contructivisme mengamanatkan pembelajaran siswa “jangan disuapi,” namun siswa yang harus mencari sendiri materi pembelajaran, “mengunyah,merasakan manis, pahit dan asinnya”. Dalam pencarian tersebut terjadi proses dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar sudah dapat menjadikan materi ajar adalah pengalaman hidup-nya sendiri. Ketika dia sampaikan pengalaman belajar kepada orang lain, sebenarnya siswa telah menjadi guru ahli. Membangun dan menemukan definisi, konsep berdasarkan pengalaman nyata sehari-hari membentuk bangunan pengetahuan berdasarkan fakta bukan mitos.
Sehingga definisi dibangun bersama lingkungan, guru, siswa dan stakeholder sebagai proses dan hasil penggalian bersama. Misal materi penyelenggaraan jenazah jangan disampaikan secara teoritis, melainkan siswa sendiri yang mencari informasi. Menyusun dan menyajikan informasi tersebut di depan kelas. Mengurangi dominasi peran guru di kelas, dan memberikan porsi yang banyak kepada siswa. Adapun konsep CTL modelling memberikan model (contoh terbaik) yang datang dari siswa sebagai perwakilan kelompoknya. Percontohan (permodelan) tentu berangkat dari skenario konsep, skema ideal atau teori yang sudah terbukti kebenaran untuk diterapkan pada praktik nyata.
CTL questions merupakan ujung tombak pengembangan teks dan konteks materi pembelajaran. Seluruh pertumbuhan ilmu pengetahuan diawali dengan pertanyaan. Pertanyaan berawal dari rasa keingin-tahuan (curiosity) siswa. Berbahagialah orang tua dan guru yang mendapati anak atau siswa yang banyak bertanya. Para pakar pendidikan ada yang mengatakan bahwa CTL bertanya (questions) merupakan awal, inti (induk), akhir dari pendekatan pembelajaran siswa aktif dan pembelajaran kolaboratif.
Siklus bertanya bisa memantik pertanyaan kembali, bisa mengundang jawaban, bisa menerbitkan penelitian dan penemuan. Alquran banyak mengawali kisah dan panduan ajaran yang berawal dari pertanyaan. Tuhan bertanya, umat menjawab. Umat bertanya, Tuhan menjawab. Rasul bertanya, Tuhan menjawab. Tuhan bertanya, Rasul menjawab. Hari ini, guru wajib merangsang siswa untuk bertanya, menyediakan waktu dan ruang yang seluas-luasnya bagi siswa untuk bertanya. Seperti Tuhan bertanya dalam hadis qudsi: “Hal min sa-ilin? Hal min mustaghfirin?” Adakah yang memohon bantuan? Adakah yang ingin memohon ampunan?
Dari pendekatan CTL questions inilah melahirkan banyak strategi pembelajaran seperti Think Phare Share (TPS), Jigsaw, Modelling the Way, dan sebagainya. Demikian pula, jamak konsep agama berasal dari pertanyaan sahabat: Apakah itu Islam ya Rasulullah? Siapakah orang yang taubat? Apakah ciri orang yang bertakwa? Dari pertanyaan tersebut lalu terbangun konsep Islam, konsep taubat, konsep takwa. Dialektika tanya-jawab sudah digunakan oleh kitab suci sejak dahulu kala. Kemudian ditulis oleh para sahabat atas petunjuk Rasulullah SAW (tauqifi) menjadi mushaf (lembaran). Mushaf Usmani yang sampai sekarang dapat disaksikan. Berdasarkan surah Al-Hijir (15) ayat 9: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kamilah yang menjaganya.” Berulang kali juga menjadi ciri bagaimana kitab suci memberi nasehat. Berhubung manusia sering lupa, senantiasa mengingatkan adalah ciri khas (karakter) Alquran. Buktinya, banyak ayat yang terulang secara redaksi dan maknawi.
CTL discovery adalah keberlangsungan pembelajaran guna mengungkap substansi dari fakta realitas yang diajarkan. Agama menyebut hikmah (manfaat) dari konsep, teori dan praktik ajaran. Contoh meski seseorang beramal namun jangan mengandalkan amal untuk masuk surga. Seseorang bisa masuk surga karena rahmat Allah SWT.
CTL inquiry merupakan langkah pembelajaran dengan model penelitian sederhana. Berawal dari bukti dan berakhir untuk bukti ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang dirancang dengan inquiry melibatkan unsur kerja kelompok siswa, melibatkan masyarakat pembelajar dan pemberdayaan sumber belajar.
Kemudian, laporan kelompok penelitian sederhana siswa (inquiry) akan dicombain dengan laporan kelompok siswa lain. Pembelajaran berlangsung dalam tiga ruang belajar, kelas, laboratorium, lapangan. CTL learning community ikut memberikan arti penting pembelajaran berbasis cooperative.
Biasanya, learning community terdiri atas kelompok kecil pembelajar, didalamnya terdiri dari lima atau enam pembelajar. Mereka diikat oleh kesatuan pandangan, kesatuan cita-cita, kesatuan gerakan (amal), kesatuan tujuan (niat), kesatuan maksud (motivasi). Learning community bila telah terbentuk merupakan ikatan yang paling kuat, bahkan melebihi keluarga. Kebanyakan mereka adalah kelompok kajian dari seorang guru, namun setelah ilmu guru tersampaikan secara merata, pola pembelajaran mereka berubah menjadi diskusi. Bahkan jaringan belajar ini bisa sampai berlangsung seumur hidup, dan melampaui usia mereka. Jaringan belajar dan seterusnya menjadi jaringan diskusi yang terjadi adalah saling memberi dan menerima, saling mendengar, malah saling membantu dan mendoakan.
Sesungguhnya jaringan pembelajar tidak saja berlangsung secara formal, dapat berlangsung secara informal (keluarga) dan terselenggara secara non formal (masyarakat). Jaringan pembelajar dan pengkaji akan selalu menemukan hal baru, baik diangkat dari pengalaman sesama pembelajar maupun berbagi teori dan konsep baru. KURMA wajib mengupayakan ketersambungan hati antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan. Kehadiran hp (handphone) sangat membantu bagi rancangan learning community dan interaksinya.
Kini, learning community sudah banyak diterapkan terutama karena kesamaan profesi. Learning community guru, learning community dokter, dan sebagainya. Sudah menjadi keniscayaan abad-21, kesadaran bersama (kolektif) untuk mengatasi musibah adalah jalan kebersamaan yang diikat oleh item dan substansi persamaan. Dan untuk mengupayakan kebahagiaan bersama.
Terakhir, CTL authentic assesment merupakan penilaian sebenarnya. Namun mencakup sepuluh multipleintelegent. Siswa tidak dikecilkan arti dan perannya, saat dia lemah pada kecerdasan bahasa, namun dia unggul pada kecerdasan matematika, dan seterusnya. Authentic assesment bukan untuk mencari kebaikandan keburukan siswa, lebih berarti pada pencarian dan penemuan titik bakat dan keandalan siswa di bidang tertentu. Untuk seterusnya dikembangkan dari potensi menjadi aktualisasi.
Demikian keuntungan akreditasi sekolah/madrasah serta PT (perguruan tinggi) yang membangunkan kesadaran akademik, moral, sosial warga sekolah dan civitas academica. Bahwa setiap orang sangat berharga dalam mengisi arti kehidupan, meskipun disabilitas. Kesetaraan derajat perlu dibina dan ditumbuhkan bagi budaya sekolah yang nyaman, bebas dari perundungan atau bullying. Slogan 5 S sangat mendesak untuk diamalkan: Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun. Wallahua’lam.