Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran
MTQ sudah tidak asing di telinga bangsa Indonesia, Musabaqah Tilawatil Quran. Hymne MTQ memberi isyarat bahwa Alquran memberi kedamaian, Pancasila sebagai dasar negara. Keduanya tidak bertentangan, dalam berbangsa, bernegara, beragama. Contoh, sila pertama, Ketuhanan yang maha esa menjiwai sila-sila berikut. Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Keadilan yang berbasis Ketuhanan yang maha esa. MTQ memiliki beberapa fungsi bagi nusantara jaya.
1. Fungsi spiritual
Alquran membuat rasa tenang (hormon tenang) bagi pembaca, penghapal, peminat, peneliti Alquran. Lantunan-nya baik irama atau lagu membuat hati nyaman. Selaras-sejiwa ayat Tuhan dengan hati ciptaan-Nya yaitu zikir. Sebaikbaik zikir adalah membaca Alquran. Alquran 30 juz telah memuat tahmid, tasbih, takbir, salawat, istighfar, doa.
Secara spiritual tilawatil-quran terkoneksi dengan sinyal langit yang tujuh. Telaah Alquran terhubung dengan empat masa, masa azali, masa dahulu, masa sekarang dan akan datang.
Masa, waktu, ruang, orang dan barang dalam setiap momentumnya akan hilang (fana). Datang, pergi lalu berlalu. Alquran mengajarkan ada yang tidak hilang, ada yang tidak lenyap, hidup selamanya (hayyun-daim), tidak pernah mati (la yamut), Allah Tuhan-ku dan Tuhan-mu (Allah rabbiy wa rabbukum).
Spiritualitas (batin dari tubuh) atau roh sangat dekat dengan Tuhan. Sebaliknya, roh yang jahat pasti jauh dari Allah. Roh yang baik ditempatkan di ‘illiyyin, tempat yang tinggi di atas langit ketujuh. Roh yang jahat dicampakkan malaikat ke sijjin, tempat yang paling rendah di bawah bumi yang ketujuh. Semua telah terekam di nota rekam jejak (fi kitabim-marqum).
Mutmainnah adalah ketenangan ketika jiwa sudah mengenal Tuhan. Apa yang direncanakan oleh-Nya pasti terlaksana, apa yang direncanakan manusia belum tentu terjadi. Mengapa manusia harus repot dengan rezeki, jodoh, jabatan, kehidupan, kematian. Kehendak-Nya pasti lulus, tidak pernah gagal. Pepatahpetitih mengatakan, jika ingin selamat di laut, maka ikuti gelombang laut. Saat tiada guna renang gaya kupu-kupu, gaya dada, gaya bebas bila di lautan lepas.
Makna penyerahan diri (tawakkal) merupakan perjalanan spiritual yang menenangkan, bukan memayahkan. Bersama dengan Allah, kapan (waktu) dan dimanapun (ruang). Sebab Dia maha memadati, maha memenuhi, maha meliputi (muhidh). Meski Dia tidak nampak oleh mata manusia. Dalam firman-Nya, surah Yasin ayat 11, “Sesungguhnya peringatan Alquran hanyalah untuk orang-orang yang takut kepada yang maha pengasih (Arrahman) yang tidak nampak (ghaib). Maka kabarkan janji baik kepada mereka, ampunan dan balasan yang mulia (berjumpa Tuhan).
Alquran berfungsi sebagai peringatan spiritual, sama dengan adil-zalim, pahala-dosa, surga-neraka. Lalu siapa yang dapat menuju Tuhan-nya, difirmankan: “Sesungguhnya inilah (Alquran) sebagai peringatan (teguran). Siapa yang menghendaki kebaikan, tentu dia mengambil jalan menuju Tuhan-nya. Tetapi kamu tidak mampu, kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha bijaksana. Dia memasukkan siapapun yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya (surga). Adapun orang-orang yang zalim, mereka mendapat siksa yang pedih (neraka).” (Al-insan:29-30).
Alquran menyebut orang yang bahagia disebut sa’id, tempat mereka di surga, selama masih ada langit dan bumi akhirat, kecuali Allah menghendaki yang lain. Dalam banyak ayat-ayat Nya, demikian pula keadaan orang-orang yang sengsara.
Kedua tempat di akhirat (surga dan neraka), sudah dijelaskan oleh-Nya, bahwa Dia berkuasa atas keduanya. Berdasarkan firman: “Ketika hari itu datang (kiamat), tidak seorang pun yang dapat berbicara, kecuali dengan izin-Nya. Maka diantara mereka ada yang sengsara dan yang bahagia. Adapun orang-orang yang sengsara, tempatnya di dalam neraka. Disana, mereka menghembuskan dan menarik napas dengan merintih. Mereka kekal didalamnya selama masih ada langit dan bumi akhirat. Kecuali jika Tuhan-mu menghendaki (yang lain). Sungguh, Tuhan-mu maha pelaksana terhadap yang Dia kehendaki.” (Hud:105-107).
Kekuatan spiritual (roh) yang dirahmati mampu berfungsi mengimani Tuhan dengan iman yang sebenarnya. Tidak menyekutukan Dia dengan pahala dan dosa, dengan bahagia dan sengsara, dengan surga dan neraka. Tidak menyamakan Dia dengan langit, dengan bumi, dengan malam, dengan siang. Dia pencipta langit dan bumi. Dia ada sebelum adanya wujud malam yang disebut, Dia ada sebelum terdapat wujud siang, dan wujud-wujud lain (la ra-aitu qabla syai’ illallah).
Situasi pahala dan dosa, kondisi surga dan neraka akan tetap ada, selama Allah menghendaki (illa masya Allah). Dalam firman Tuhan tentang surga: “Dan adapun orang-orang yang berbahagia, mereka berada di dalam surga. Mereka kekal didalamnya selama masih ada langit dan bumi akhirat. Kecuali jika Tuhan-mu menghendaki, sebagai anugerah yang tiada putusnya.” (Hud:108)
2. Fungsi perekat (kohesif)
MTQ dan terkhusus Alquran merekatkan bukan memisahkan bangsa dan umat beragama. Alquran berfungsi kohesif integratif, bukan disintegratif. Untuk kawasan NKRI banyak produk hukum yang bersentuhan agama dengan negara, contoh institusi pendidikan dan institusi hukum. Kesetaraan kesempatan kerja alumni pendidikan umum (SD, SMP, SMA, PT) dengan alumni pendidikan agama (MI, MTs, MA, PTA).
Kemudian disamakan status hukum peradilan dibawah naungan MA (Mahkamah Agung) bagi hakim dan perangkat hukum. PN (Pengadilan Negeri), PM (Pengadilan Militer), PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara), PA (Pengadilan Agama), semua pranata hukum tersebut berada dibawah satuan kerja Mahkamah Agung.
Contoh lain, dekat perayaan idul qurban, pemerintah dengan leading sector Dinas Peternakan berkewajiban melakukan penelitian daging kurban yang sehat dan halal. Untuk obat, kosmetik, minuman dan makanan, sertifikasi halal yang telah melibatkan pemerintah (Balai POM) dan umat beragama yang diwakili oleh MUI dijalankan (SOP). Standar Operasional Prosedur (SOP) diterapkan guna menjaga kesucian umat beragama Islam tentang kebersihan, kesehatan, kegizian, kehalalan.
Responsi pemerintah terhadap Pendidikan Agama dengan memasukkan tiga mata pelajaran wajib dari SD (Sekolah Dasar) sampai PT (Perguruan Tinggi). Tiga mata pelajaran/mata kuliah wajib yang termasuk dalam Kurikulum Nasional adalah Pancasila, Bahasa Indonesia, Agama. Sedang dalam hukum, umat Islam Indonesia mengenal Kompilasi Hukum Islam. Demikian juga regulasi haji dan umrah, zakat, infak dan sedekah. Ditambah lagi program wakaf, hibah dan zakat produktif. Perangkat keras dan lunak serta piranti-nya selalu diupdate sesuai perkembangan zaman.
Persatuan dan kesatuan bangsa adalah jaminan mutu bagi keberagama-an (Islam) yang selaras antara millah (agama) dan daulah (negara). Keserasian yang telah terbentuk sejak lama, bahwa kemuliaan pemimpin (imam) adalah bertujuan bagi kebaikan yang dipimpin (rakyat). Demokrasi ekonomi dan ketercukupan pangan merupakan solusi dari kelaparan dan keamanan logistik (ath’amahum min ju’). Menyusul keamanan dari ketakutan lahir-batin bagi syarat kedua pembangunan nasional (wa amanahum min khauf). Insya Allah, wallahua’lam.