AHAD (Tidak Takut Rugi)

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Salat yang kita kerjakan setiap hari, bukan beban, melainkan bantuan. Jika salat berlogika bantuan Tuhan terhadap hamba, maka salat jangan dijadikan beban, tetapi relaksasi. Dimana relaksasi hari ini, dahulu dan akan datang, sangat dibutuhkan oleh manusia yang hidup dalam kesempitan. Tuhan mewajibkan salat sebagai potensi penyegaran kembali (refreshing) jasad dan roh. Kepastian yang telah Dia (Allah) buat, bahwa hamba-Ku selalu berbahagias elama bersama-Ku. Sebuah peringatan bahwa mereka dalam berbahaya, saat tidak bersama-Ku.

Kunci mengenal AllahuAhad, adalah lailaha illallahu-Ahad, Allahush-shamadu-lam yalid walam yulad-wa-lam yakullahukufuwan-ahad. Muhammadur-Rasulullah. Sedang gigi-gigi kuncinya ada empat (serba-empat, Banjar: saraba-ampat) yaitu syariat, thariqat, hakikat, makrifat. Keempat ini adalah esa (Ahad). Jadi, jangan diputus lagi sehingga putus, jangan dipupus lagi sehingga pupus, jangan diceraikan lagi, jangan diberaikan!

Ternyata, syariat dan hakikat menjadi bukti yang jelas tentang Tuhan (Ahad) yang maha meliputi. Jangan takut, jangan gentar, teruskan bersama Ahad. Jangan takut dosa, jangan harap pahala. Jangan takut neraka, jangan ingin surga. Inginkan berjumpa dengan-Nya saja, Ahad. Untuk bisa berjumpa dengan-Nya, jangan persekutukan Dia, meski dengan roh taat, meski dengan Nur Muhammad. Namun, keduanya merupakan tangga untuk mencapai Ahad dan menajamkan-Nya, dengan cara mengukir hati untuk senantiasa ber-salawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Capaian Ahad yang mencakup keempat keesaan syariat, thariqat, hakikat, makrifat dan diatasnya (Ahad) memutuskan mata rantai belenggu dan menembus keempatnya, lalu tiada takut lagi dengan makhluk berupa harapan dan keinginan. Keinginan merupakan hawa napsu atau angan yang menipu. Ketika umat Muhammad SAW telah lepas dari ketakutan yang menggunung dan lepas dari harapan yang menggantung, sungguh dia telah merdeka. Pelepasan dari segala yang mengikat. Artinya, dia tidak lagi menyangka nikmat sebagai Tuhan berpihak padanya, dan memuliakannya. Dia tidak lagi menduga bahwa derita yang dihadapinya merupakan sikap Tuhan yang sedang menghinakannya (baca Alfajar ayat 15-16). Apa yang membelenggu selama ini? Apa yang dimuliakan, dan apa yang dihinakan bukan dari Ahad. Sebab Ahad tidak berurusan dengan menghinakan dan memuliakan. Apa yang mengikat manusia dengan ikatan yang kuat adalah akibat sikap manusia yang tidak memuliakan anak yatim, tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, memakan harta warisan dengan syubhat, dan mencintai harta dengan kecintaan yang sempurna (baca Alfajar ayat 17-20).

Menyadari bahwa Ahad lalu mengimani-Nya adalah jalan pembebasan, jalan pelepasan dari belenggu jasmani dan rohani. Dua penjara yang memasung manusia di area tipuan. Tipuan taat, tipuan maksiat, tipuan nikmat, tipuan bala’. Empat tipuan ini bermain di tujuh titik halus spiritual (lathaif jamak dari lathif). Tujuh titik halus spiritual telah dibahas dalam kitab Albadariyah oleh Ma’ruf Zahran.

Seburuk-buruk dosa adalah syirik (mempersekutukan Allah). Dosa syirik sebagai beban berat pada hari kiamat (baca Thaha ayat 100-104). Dosa syirik adalah diri yang bersekutu dengan-Nya. Kecuali diri dihancurkan terlebih dahulu (fana). Untuk meneguhkan kefanaan diri, ada lafal syahadat yang selalu dibaca oleh ayahnda H. Zahran setelah menutup doa pertama, sebelum Alfatihah yaitu: “Asyhadu alla ilaha illallah, wahdahulasyarikalah, ilahaw- wahida, wa rabban syahida. La ma’budatsi wahuwa, nahnu lahu muslimun.” Artinya: Aku bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah yang maha esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tuhan yang kasih dalam keesaan, Tuhan yang memelihara dalam kesaksian. Tidak ada penyembahan-ku dan dia, kami bagi-Nya adalah orang-orang yang berserah-diri. Oleh sebab itu, dosa syirik termasuk menyangka diri mampu menegakkan taat, menduga diri sanggup menepis maksiyat, menyangka diri sanggup mendatangkan nikmat, dan menduga diri mampu menampik derita atau musibah keburukan.

Kunci Ahad adalah ikhlas. Penjelasan yang paling tepat tentang ikhlas adalah surah Al- ikhlas ayat 1-4. Ikhlas tidak takut untuk dihina dan tidak berharap untuk dipuja. Ikhlas adalah puncak keimanan kepada Allah. Ketika keimanan untuk berikhlas dalam menuhankan Ahad, masih adakah ketakutan, dan masih adakah kekhawatiran diri saat Tuhan tidak adil, atau pengurangan pahala? Genre (jenis) pahala adalah surga, dan genre (jenis) dosa adalah neraka. Keduanya adalah makhluk (materi ciptaan-Nya). Tuhan berfirman: “Dan sesungguhnya ketika kami (jin) mendengar petunjuk (Alquran), kami beriman kepadanya. Maka siapa yang beriman kepada Tuhan, niscaya tidak perlu takut rugi dan tidak berdosa.” (Aljin:13). Wallahua’lam.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *