ELASTISITAS RELASI AL-QURAN DALAM RESOLUSI MEMBANGUN MASYARAKAT BERKEMANDIRIAN BERBASIS TANGGUNG-JAWAB

Oleh:  Ma’ruf Zahran Sabran

Memahami kitab suci tidak cukup dengan satu tinjauan (mono-perspektif). Varian tinjau penting untuk memaksimalkan pemahaman, dan untuk meminimalkan gagal paham. Multi kasus yang dihadapi di lingkungan masyarakat, saat doktrin agama mengikat tanpa ruang dialog. Meniadakan dialog antar ayat, membuat paham keagamaan menjadi kaku (rigid). Maksudnya, doktrin yang gagal memaslahatkan diri, keluarga, dan umat. Malah menjadi unsur mafsadat (kerusakan) lingkungan, seperti kasus Masjid Dirar di Madinah pada masa Rasulullah.

Komunikasi antar ayat (tafsir ayah bil ayah), dan pembacaan yang utuh (kamilahsyamilah), minimal dalam satu maqra’ (dari ‘ain ke ‘ain) merupakan satu dari upaya menjauhkan kesalah-pengertian. Multi tinjau, multi perspektif, multi pendekatan, bertujuan jangan ada satu arogansi ilmu yang merasa super. Tapi saling berbantuan dan bertolongan guna mendekati sumber kebenaran. Kegiatan menafsir, bukan dominan hukum saja (fikih centris), bukan dominan sosial saja (social centris), bukan dominan kebatinan saja (tasawuf centris).

Elastisitas relasi ayat antar ayat, surah antar surah, menjadikan kitab suci ruang terbuka. Disini, kerja pembacaan dan penelitian sangat memungkinkan terjadi diskusi yang sehat. Bukan sekedar klaim-klaim kebenaran yang justru jauh dari kebenaran, atau bukan kebenaran. Sesuatu yang jelas adalah upaya pemberhalaan terhadap klaim ayat suci. Padahal disebaliknya adalah keinginan, kecenderungan kelompok yang sudah menunggangi atau menumpang saat kajian.

Bagaimana ayat saling menjelaskan, endingnya adalah keselamatan. Contoh, daftar dosa yang besar. Namun, lebih besar lagi, ampunan Allah. Semua ini, harus dipahami oleh para pembaca, agar tidak salah bersikap terhadap kitab suci, pemeluknya, dan seluruh umat manusia. Solusi yang ditawarkan kitab suci sangat tepat guna, tepat sasaran. Boleh diangkat surah Al-Furqan ayat 68-70. Sebagai solusi, guna memberi penjelasan bahwa Tuhan, maha pengampun, maha penyayang. “Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesembahan lain. Dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina. Siapa yang melakukan itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat. Dilipat-gandakan siksa pada hari kiamat. Dia akan kekal dalam siksa, penuh keadaan hina. Kecuali, orang-orang yang bertaubat, beriman, mengerjakan kebaikan. Niscaya Allah menggantikan kejahatan mereka dengan kebaikan. Allah maha pengampun, maha penyayang.”

Resolusi taubat terdapat pada ayat berikutnya, beserta balasan yang terbaik dari Tuhan. Resolusi itu adalah: “Fakta orang-orang yang bertaubat dan beramal saleh, maka sesungguhnya kepada Allah, taubat diterima dengan sebenarnya.” (Al-Furqan:71). Penerimaan taubat berimplikasi terhadap sikap konsisten dalam membangun relasi (hubungan) yang berkemandirian berbasis tanggungjawab individu. Berkemandirian artinya berani menyatakan kebenaran dan membela kebenaran. Berkemandirian juga berarti berani mengakui kesalahan dan tidak mengulanginya. Berbasis tanggungjawab maknanya tidak menimpakan kesalahan kepada orang lain, dan tidak mengklaim diri paling benar. Kecuali kebenaran menjadi milik setiap orang. Sebab, mengenali hukum dunia adalah sementara. Relativitas kemanusiaan dalam seluruh dimensi ruang, waktu, kondisi.

Terus, resolusi taubat adalah: “Mereka tidak bersaksi palsu. Bila berpapasan dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan sia-sia, mereka lewati dengan pesona santun. Mereka apabila diingatkan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidak berperilaku sebagai orang tuli dan tidak berperilaku sebagai orang buta.” (Al-Furqan:72-73).

Mendialog-kan ayat ini, bahwa orang-orang yang bertaubat sangat konsen terhadap generasi pelanjut dan generasi pengganti. Pemikiran internasional mereka tercetus dalam fakta integritas doa. Tidak sekedar perilaku yang disparitas dan parsial saja. “Doa mereka adalah, Tuhan kami, berilah kepada kami, pasangan hidup kami, dan generasi-generasi kami, sebagai penyejuk mata hati. Dan jadikan kami untuk orang-orang yang bertakwa sebagai imam.” (Ayat 74). Bila solusi dan resolusi ditepati, Tuhan berikan reward (pahala), berupa kamar istimewa (VVIP) di dalam istana surga. “Mereka mendapat layanan terbaik dengan kamar (paviliun) karena kesabaran mereka. Mereka dielu-elukan dengan penyambutan kehormatan dan salam sejahtera. Mereka kekal didalamnya (surga), sebaik-baik tempat menetap dan tempat tinggal.” (Ayat 75-76).

Surah Al-Furqan ditutup dengan peringatan keras bagi orang-orang yang masih mempersekutukan-Nya. Bahwa ibadah orang-orang yang mempersekutukan-Nya (musyrikun) hanya sia-sia (tidak berguna). “Katakan (Muhammad), Tuhan-ku tidak akan memerhatikanmu, kalau tidak karena doa-mu. (Bagaimana kamu bisa berdoa), sedang kamu mendustakanNya. Nanti, siksa akan menimpa-mu.” (Ayat 77). Wallahua’lam.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *