PERILAKU MENYIMPANG DARI ELIT AGAMA

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Toleransi (tasammuh) yang dicanangkan pemerintah adalah, toleransi sesama umat beragama, toleransi antar umat beragama, toleransi umat beragama dengan pemerintah. Tiga canangan nasional ini wajib terimplementasi dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Tegas sunnatullah, memang kita diciptakan berbeda. Meski saudara kembar sekali-pun, mirip namun tidak sama. Serumah saja berbeda, apalagi tidak serumah. Toleransi (tasammuh) sebagai resolusi akhlak dalam mengurai konflik antar golongan adalah dengan cara mengambil persamaan dan membuang perbedaan. Pada prinsipnya, setuju di dalam ketidak-setujuan (agreein dis-agreement). Selama tidak melakukan tindakan destruktif dan agitatif. Namun, apabila mereka melakukan perlawanan (bughat) kepada pemerintahan yang sah, dan mencederai rakyat (pemberontakan dalam dan luar negeri), komando perang dari umara’ dan ulama’, wajib didengar dan ditaati. Keduanya, mereka adalah ulil amri (pemimpin). NKRI fardu’ain untuk dijaga, jangan sampai dijajah oleh musuh dalam dan luar negeri. Musuh yang tidak menginginkan damai (salamah) dalam peradaban dan kebudayaan di Indonesia (hadharah wats-tsaqafah Indunisiy). Bahaya tersembunyi (laten) bisa menyusup melalui ide sosialisme, liberalisme, komunisme, rasionalisme. Atau, budaya dan pengaruh pemikiran agama yang diadopsi dari luar negeri. Selama sejalan dengan Pancasila sebagai profil bangsa, “welcome.” Tetapi, setelah datang dan diterima oleh warga Indonesia, jangan menindas, apalagi menjajah! Jadilah imigran yang Nasionalis, Pancasilais, yang mencintai NKRI, dan mencintai rakyat Indonesia.

Akar permasalahan adalah, mereka yang sudah welcome di Indonesia, namun masih membawa kebiasaan lama dari kampung halaman-nya, walau sudah beratus-ratus tahun menetap di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, 17.000 pulau-pulau di Indonesia, dari Sabang (Aceh) sampai Merauke (Papua). Maka, imigran lokal-pun harus menyesuaikan diri dimana dia berada. Dimana langit dijunjung, disitu bumi dipijak. Berlangit Melayu, berbumikan Melayu. Jangan berlangit Melayu, berbumikan non Melayu. Pasti akan asing dan tidak mampu menyesuaikan diri (malajusment).

Cita-cita Masyarakat Adil dan Makmur (MAM) adalah amanah nasional bagi berdiritegak NKRI. Siapa-pun yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi agama, komunisme, sosialisme, adalah musuh bangsa Indonesia. Pancasila jangan dipersoalkan lagi, taken for granted. Pancasila sudah menjadi konsensus nasional. Menjadi persoalan dan tantangan masa depan adalah bagaimana setiap elemen bangsa saling menghargai. Bukan persoalan nasab dan sanad. Tetapi hari ini, rakyat Indonesia banyak yang makan tidak bergizi (stunting). Jam kerja tidak sesuai dengan upah yang diberikan. Upah tidak mencukupi untuk hidup layak. Akibatnya, kriminal tradisional dan modern menjadi-jadi. Sekarang, hentikan perdebatan soal riwayat,thabaqat, martabat, sanad, nasab. Menjadilah rakyat dan bangsa Indonesia damai, santun dan bersahabat. Masih menunggu setumpuk pekerjaan rumah negeri, untuk mengentaskan kemiskinan, menghilangkan penjajahan, membuang kebodohan dan keterbelakangan. Buang halusinasi untuk menjadi orang hebat (superman), atau manusia laba-laba (spiderman), atau manusia kelelawar (badman). Buang harapan ingin mendirikan negara sendiri (negara di dalam negara).

Sehebat apa-pun, Tuhan telah menantang orang yang bangga diri karena sukun (cauvinisistik), bahwa kesukuan tidak dapat menolong kamu sedikitpun dihadapan Allah Jalla wa ‘Ala. Orang-orang yang berbangga dengan kesukuan adalah ciri orang-orang musyrik (mempersekutukan ketuhanan dengan keturunan). Lalu, mereka memecah-belah agama, tidak mensyukuri Allah atas nikmat-Nya yang telah menyelamatkan mereka. Kemudian, mereka menyimpang dari fitrah penciptaan. Bahwa manusia adalah sama derajat-nya (fitrah bertauhid), lalu memberhalakan yang selain Dia. Tuhan firman-kan: “Bertaubatlah dengan-Nya, bertakwalah kepada-Nya, dirikan salat. Jangan kamu menjadi orang-orang yang mempersekutukan Allah (musyrik). Sebagian mereka ada yang membagi (memecah-belah) agama menjadi golongangolongan. Setiap golongan mereka merasa bangga dengan golongan-nya.” (Ar-Rum:31-32).

Perilaku mereka, sangat suka pamer dengan harta, kuda, mobil, emas, perak, pedang, dan perkakas dunia lainnya. Kemudian tingkah mereka, diikuti oleh para pengikutnya, para pencintanya. Mereka senang bila tour ke mancanegara, lantas dituruti oleh pengikutnya. Mereka berpoya-poya sebagai hasil menjual dalil agama. Sudah Tuhan tuliskan perilaku menyimpang mereka: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang alim dan orang saleh, mereka memakan harta manusia dengan cara yang batil (haram). Mereka menghalangi manusia dari jalan Allah (yang lurus). Mereka menyimpan emas dan perak. Mereka tidak menafkahkannya di jalan Allah. Gembirakan mereka dengan siksa yang pedih.” (At-Taubah:34). Perilaku kaum agamawan yang menyimpang, sejak dahulu telah terjadi, sampai hari ini. Umat Islam disuruh waspada. Wahai Muhammad, jangan engkau paling-kan hatimu (Muhammad) dari mengingat Allah, disebabkan Kami memberikan kepada mereka kenikmatan hidup di dunia. Tiada kenikmatan dunia, melainkan hanya sekedar bunga-bunga saja (zahratul hayatid-duniya). Linaftinahum fih (untuk menguji mereka). Dan rezeki dari Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal (baca Taha:131).

Perilaku menyimpang mereka juga disebut dalam kitab suci, suka melampaui batas. Umat Muhammad disuruh wajib bersabar: “Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pagi dan senja, untuk mengharap keridhaan-Nya. Dan jangan engkau berpaling dari mereka (yang mengingat Allah). Karena perhiasan duniawi, dan jangan engkau mengikuti orang-orang yang Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginan-nya. Dan keadaan mereka sudah melampaui batas.” (Al-Kahfi:28).

Mereka yang telah buta, bahwa sebenarnya zahir dunia adalah tipuan, sedang batin dunia adalah pelajaran. Karena kedengkian dan kesombongan elit agama. Walau mereka elit agama, Tuhan biarkan mereka dalam kesesatan. “Jangan sekali-kali engkau (Muhammad) tujukan pandangan-mu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada mereka. Adalah golongan orang-orang yang ingkar. Jangan engkau bersedih hati terhadap mereka, dan berendahdirilah engkau (Muhammad) kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Hijir:88). Jadi, semua isi Al-Quran adalah nasehat dan peringatan, bagi mereka yang mau diberi nasehat dan bersedia diberi ingat.

Disini, masih memperbincangkan elit agama, sebagian besar isi surah Al-Baqarah tentang perilaku menyimpang mereka. Seperti menutupi kebenaran (wataktumunal haqqa), sedangkan mereka mengetahui-nya (wa antum ta’lamun). Membunuh para nabi (Zakaria, Yahya, Isa putera Maryam), dan membunuh para pejuang kebenaran. Melampaui batas, merusak perjanjian dan membuat kerusakan dalam doktrin agama. Mereka juga mempersekutukan Allah, dan menjual agama untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mencaplok wilayah negara orang lain, kesombongan suku (ashabiyah jahiliyah), dan berkonspirasi dengan orang-orang yang dimurkai Allah dan Rasul-Nya. Allah akan memisahkan mereka dengan orang-orang yang benar dalam keimanan. Sebab, didalam komunitas kaum beriman, terdapat orang-orang munafik. Dalam komunitas kaum muslimin, terdapat orang-orang yang ingkar. Pemisahan yang hak (haq) dan batil (bathil) adalah keesaan versus kesyirikan. Semua bisa menjadi Tuhan jamak. Harta, pangkat, jabatan, sanad, nasab, riwayat, ilmu. Ibadah dan doa sepanjang malam dan sepanjang siang, tidak diterima Tuhan. Meskipun lisan mereka fasih mengucapkan doa. Doa dari hati yang ingkar (syirik), justru ditolak Tuhan (sia-sia). Dikalamkan oleh-Nya: “Hanya kepada Allah doa yang benar (tauhid). Berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah, tidak mampu mengabulkan apapun untuk mereka. Tidak ubahnya seperti orang yang membuka kedua telapak tangannya ke dalam air, agar air sampai ke mulut-nya. Dan tiadalah doa orang-orang yang ingkar (kafir), kecuali di dalam kesesatan (sia-sia).” (Ar-Ra’du:14). Simpulan, sungguh banyak permisalan (perumpamaan) yang divisualisasi kitab suci Al-Quran tentang kehidupan elit (tokoh) agama (rohaniwan) dengan perilaku menyimpang. Wallahua’lam.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *