MISI KENABIAN MENGUSUNG TAUHID MENUJU KEMERDEKAAN

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Paling sayang kepada umat, paling kasih kepada umat, paling cinta kepada umat, dialah Nabi Muhammad Rasulullah. Perhatian baginda dari dunia sampai akhirat. Ummatiy, ummatiy, ummatiy (umat-ku, umat-ku, umat-ku) merupakan ucapan paling terakhir, sebelum baginda meninggalkan dunia yang fana. Tanda sangat berharap kepada petunjuk keimanan umat dan kesalehan mereka. Sedang petunjuk adalah hak Allah. Siapa yang diberinya petunjuk, maka tidak akan ada yang mampu menyesatkan. Bila telah disesatkan, tidak ada seorang juapun yang sanggup memberi petunjuk. Betapa kuat kuasa-Nya pada makhluk, dan betapa bebas kehendak-Nya.

Risalah yang dibawanya (Muhammad) dari Tuhan sangat sinkron dengan nilai kehidupan kebenaran yang selayaknya dianut oleh generasi era digital 5.0. Menanam dan menumbuhkan nilai tauhid, serta menyingkirkan syirik. Adalah syirik memasung, mengungkung, memenjarakan diri pada penjara hawa napsu. Dengan kata lain, syirik membuat seseorang bungkam, tidak memiliki kesanggupan wicara saat memilih kebenaran atau kesesatan. Visual yang dijelaskan kitab suci, manusia syirik tidak memiliki kemerdekaan dan kebebasan.

Tuhan memberi permisalan manusia syirik, seperti seorang hamba sahaya yang hidup di bawah kekuasaan orang lain, dan tidak berdaya berbuat sesuatu. Sedang manusia tauhid ialah seseorang yang Kami beri rezeki, dengan rezeki itu, dia menafkahkan sebagian rezeki secara sembunyi dan terang-terangan. Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (baca Annahl:75).

Atau, Tuhan mengumpamakan dua orang laki-laki. Bisu, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan menjadi beban bagi penanggung-nya. Dia sama sekali tidak dapat mendatangkan kebaikan. Samakah dengan seorang penganjur keadilan, dan dia berada di jalan yang lurus. Kedua metafora yang diumpamakan Tuhan, antara manusia wicara penganjur keadilan, dengan manusia bisu, sangat jauh berbeda sifat dan karakter-nya (baca Annahl;76).

Tuhan sudah memberi perumpamaan, seorang yang merdeka dan seorang hamba sahaya. Seorang yang bebas berbuat, dan seorang yang terpaksa berbuat. Hamba sahaya sangat tergantung kepada tuan majikannya (wahuwa kallun ‘ala maulah). Manusia tauhid selalu merdeka, melihat, mendengar dan berbicara dengan bebas. Sedang manusia syirik adalah buta, tuli dan bisu. Karena mereka menyembah kepada yang selain Allah yaitu berhala-berhala. Artinya, generasi tauhid adalah mereka yang mengesakan Allah. Menyerah diri kepada Allah, sehingga menjadi pembeda (furqan), dengan orang yang mempersekutukan-Nya.

Mengapa Rasulullah sangat kasih, sayang, cinta, perhatian, melebihi kasih sayangbseorang ibu kepada anaknya. Sebab di dalam setiap diri terdapat cahaya Rasulullah (Nur Rasulullah). “Ketahuilah, sesungguhnya pada di dalam dirimu, terdapat Rasulullah.” (Alhujurat:7). Diri Rasulullah yang menjadi suri tauladan, cahaya yang menerangi, pedoman bagi manusia. Petunjuk, bimbingan, kasih sayang dan kabar gembira bagi komunitas beriman. “Sungguh benar, pada diri Rasulullah tersimpan suri tauladan yang baik (uswah hasanah). Untuk mereka yang mengharap (rahmat perjumpaan) dengan Allah dan hari akhir, serta banyak mengingat Allah.” (Al-Ahzab:21).

Jangan sampai menyesal di akhirat, ketika semua umat berlutut (jatsiyah), dengan kitab berupa catatan amal seseorang, catatan yang berbicara, laporan langsung (kitabu-yanthiq). Maknanya, hidup bukan main-main, namun diawasi oleh malaikat pengawas. Hidup ini adalah pena yang berjalan, pensil yang bertulis, rekaman yang berputar. Cctv langit, cctv bumi terus-memerus memonitor dan merekam (kitabu-marqum). Jadi, misi kenabian sangat sejalan dengan misi generasi milenial yang bertakwa (merdeka), tidak sekadar pemuda takwa (sufi) perkotaan, namun juga pemuda takwa (sufi) pedesaan. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *