MEMFUNGSIKAN MEDIA DI ERA DIGITAL MEMPERLUAS PESAN PERDAMAIAN

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Di era digital, misi apostolik (tugas kenabian) Muhammad sang utusan (the apostle) adalah mengajar kembali syahadat (rekayasa ulang). Syahadat yang pernah diucapkan oleh seluruh manusia sejak masa azali. Ikrar syahadat tauhid berfungsi mereformasi iman kepadaAllah, ikrar syahadat rasul berfungsi mereformasi iman kepada para utusan, sesuai dengan masa- nya. “Perbaharui iman-mu dengan syahadat,” inti sabda baginda.

Dalam rangka menambah dan memperbaharui iman, abad-21 semakin canggih. Maksudnya, pembelajaran modern dengan chat GPT berbasis AI, mesin rekayasa kecerdasan yang ber-IQ 3000. Melebihi kecerdasan manusia yang paling tinggi, ber-IQ 230. Telah bekerja layak sebagai ilmuan. Mencari, menemukan, mencoba, menalar, menguji, mengkomunikasikan, mengkonfirmasi. Dengan metode tanya-jawab, membandingkan, mencari persamaan dan perbedaan, serta kesanggupan menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat.

Hari ini, apapun yang ditanya kepada chat GPT, ready dijawab-nya dengan segera. Teringat dengan ceramah K.H. Zainuddin MZ tahun 1988, bahwa di tahun 2012 akan ditemukan mesin yang bisa mendidik (mechanical educator). Ceramah beliau, bersiap pada tahun itu, dosen, guru, ustadz untuk “gulung tikar.” Disambut tawa jamaah.

Bila dahulu, perjalanan jaringan dakwah islah (seruan perdamaian) antar pulau, antar negeri dengan menggunakan rakit dari bambu. Mekah-Pontianak, Mekah-Banjar, Mekah- Padang, Mekah-Sintang, Mekah-Malaysia. Kini, di era digital berbasis teknologi informasi, jangkauan dan cakupan sangat luas meliput daerah terluar, terjauh, terpencil.

Kemajuan teknologi dengan penemuan robot, dapat mengurangi penggunaan kertas dan pensil. Menghemat ruang-ruang kuliah, bahkan menampik gedung-gedung tinggi pencakar langit. Kerja mesin robotika berbasis digital meluas, sedikit mengenyampingkan kerja manual dan menyempitkan peran manusia pekerja.

Transformasi dari abad agraris menuju abad industri, dari abad industri menuju abad teknologi berbasis digital. Hampir semua manusia abad ini, transaksi dagang berlangsung secara non tunai, merambat pada ranah pendidikan, sosial dan keagamaan. Tandanya, semua diawali dengan pendaftaran online dan siap antri, termasuk perjalanan ibadah haji ke Mekah.

Pesan perdamaian menjadi isu sentral agama-agama dunia. Hari ini, banyak problematika bersama yang sedang menghadang. Tidak bisa dihadapi secara parsial, kecuali merasa se-nasib se-penanggungan sebagai warga di desa-dunia (the global village). Isu, malah fakta tantangan hadapan adalah dehumanisasi, krisis pangan dunia, perang nuklir, varian virus yang tidak terdeteksi, sampai harga kebutuhan pokok melambung.

Perang diplomasi timur-barat, utara-selatan, tidak bisa dianggap remeh. Abai merenda perdamaian, konflik kawasan mengancam dan meluas. Anggaran pertahanan dan keamanan masing-masing negara, dekade ini mulai ditingkatkan. Sebab, keamanan kawasan menjadi prioritas utama. Tidak sekedar keamanan kawasan, keamanan pangan sebagai kebutuhan pokok rakyat, menjadi agenda negara. Masing-masingnya berpikir mempertahankan keamanan kawasan dan keamanan pangan.

Perang isu, perang urat saraf (ghazwul-fikri) merupakan taktik melumpuhkan “kuda- kuda” lawan, sisi negatif dari era digital. Persebaran nilai perdamaian, persahabatan, kasih- sayang, berbagi, bersimpati, berempati, merupakan sisi positif di era ini. Awal abad-21, ilmu pengetahuan sudah merata, ilmu pengetahuan telah mencapai titik puncak. Pembenahan justru pada adab dan akhlak. Pendidikan akan kehilangan elan dasar, bila pendidikan sudah menghilangkan dimensi pembinaan adab dan menghapus pesan keadaban.

Paradigma edukasi yang bersifat eksklusif dan monopoli kebenaran, akan berhadapan dengan generasi milenial. Berpikir rasional, praktis, bahkan pragmatis menjadi ciri sikap generasi milenial. Mengingat media bersifat netral, maka sangat tergantung kepada kecerdasan dan kebijaksanaan manusia pengendali-nya (the man behind the gun).

Benar, netralitas media pasti mengusung nilai bagi pengusung-nya. Maksudnya, media ditangan seorang ekonom mengandung pesan ekonomi. Media ditangan seorang politikus mengandung pesan politik. Media ditangan seorang budayawan akan memesan nilai budaya, dan seterusnya. Jadikan media sebagai wahana penebaran varian pesan perdamaian. Wallahu a’lam.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *