BERIMAN DENGAN BERBASIS ILMU

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Tuhan menciptakan manusia dari tanah, lalu meniupkan roh yang berasal dari-Nya (wanafakhtu fihi min ruhiy), kemudian dari tanah tersebut adalah menjadi manusia yang sempurna. Nanti mereka akan dimatikan, kemudian dibangkitkan kembali dengan penciptaan baru (khalqun jadid). Dan dikembalikan kepada Kami, namun mereka ingkar tentang berita pertemuan terhadap Tuhan-nya (balhum biliqa’i rabbihim kafirun). Mereka mengingkari fakta penciptaan, kehidupan, kematian, kebangkitan, pengumpulan, pembalasan (surga atau neraka). Keingkaran yang mereka sadari sendiri (wahum yasy’urun).

Buktinya, mereka mengetahui dengan ilmu, tetapi mereka beramal dengan jahil. Artinya, ilmu tidak selalu singkron dengan amal. Iman kadang berlawanan dengan amal, bila keduanya dipisahkan. Iman dominan pada ranah rasa, amal dominan pada ranah raga. Pertentangan keduanya bisa membuat jiwa seseorang terbelah, tidak utuh. Walau akhir kehidupan manusia pasti mengerucut, iman dengan ilmu, ingkar dengan jahil.

Ilmu pengetahuan mengakui bahwa Tuhan yang menciptakan, mengetahui pertumbuhan janin di dalam rahim beserta perkembangan-nya berdasar ketentuan (bimiqdar). Allah, Dia maha mengetahui yang maha ghaib (sembunyi) dan syahadah (terang). Lalu, mengapa mereka bisa dipalingkan?

Jika ditanya kepada mereka, siapa yang menciptakan langit dan bumi. Niscaya mereka menjawab Allah! Mengapa mereka mengambil selain Allah sebagai penolong. Selain Allah tidak ada kekuasaan yang sanggup memberi manfaat dan mudarat.

Tugas generasi sekarang adalah menggali kandungan Alquran, tidak sebatas dibaca. Bermaksud menyesuaikan diri dengan apa-apa yang diinginkan kitab suci, dan menjauhkan diri dari apa-apa yang tidak dikehendaki. Mengerti mana ibadah (doa) yang diterima. Dan, mengerti mana ibadah (doa) yang sia-sia. Dalam firman surah Arra’du (13) ayat 14 menerangkan sebab dari siapa, doa yang tersesat? “Hanya kepada Allah doa yang benar. Berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat mengabulkan apapun permintaan mereka. Seperti orang yang membukakan telapak tangannya ke dalam air, dengan harapan air sampai ke mulutnya. Kenyataan-nya, air itu tidak sampai ke mulutnya. Dan tiadalah doa orang-orang kafir, kecuali sia-sia.” Sangat penting keimanan dan ketakwaan supaya doa terangkat. Bukan semata siapa yang berdoa. Namun Tuhan melihat dengan hati apa dia berdoa. Berangkat dari yang hati yang syukur, atau dari hati yang kufur. Bukankah apa yang ada di langit dan di bumi, rela atau terpaksa, dan bayang-bayang bersujud kepada Allah, pada waktu pagi dan petang. Tidakkah kamu mengambil pelajaran, wahai kaum yang berakal (fa’tabiru ya ulil albab).

Mengapa mereka mengambil penolong selain Allah? Adakah sama antara yang buta dengan yang melihat, adakah sama antara gelap dan cahaya? Tuhan beri jawaban melalui contoh permisalan buih dan permata yang tersimpan di darat akibat air hujan, gelombang lautan, lalu terhempas di pantai.

Perumpamaan yang benar (haq) dengan yang salah (bathil) laksana air dan logam. Air tinggal buih bila dibawa arus. Logam bila ditempa dengan api, dapat menghasilkan perhiasan dan alat-alat untuk keperluan manusia guna diambil manfaat-nya (baca Arra’du:17).

Sangat berguna bagi manusia adalah tauhid. Untuk mencapai tauhid, Tuhan suruh manusia berpikir tentang ciptaan-Nya. Bahwa, Dia bukan barang ciptaan. Melainkan Dia maha pencipta (Alkhaliq). Maha membuat pertama kali tanpa contoh (Almubdi’). Dia menciptakan sesuatu pasti berpasangan, Dia tidak berpasangan, Dia yang menghamparkan bumi untuk-mu sehingga rata. Lalu Dia menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dia yang menjadikan buah-buahan berpasangan. Dengan rasa buah yang berbeda, manis, asin, pahit. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *