KARAKTER PEDULI PALING DEKAT KEPADA KEESAAN

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Kepedulian Musa dan keluarganya (Ali Imran), adalah keluarga yang dimuliakan karena Tauhid. Keluarga tersebut termasuk Zakaria, Yahya, Maryam, Isa putera Maryam, tidak termasuk Muhammad. Muhammad bergaris keturunan Ismail, Ismail putera Ibrahim. Sedangkan Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya dan Isa putera Maryam bersilsilah keturunan Ishak putera Ibrahim, Ibrahim keturunan Nuh yang diselamatkan Tuhan dari taufan dan banjir bah. Telah Dia firman-kan, bahwa Ibrahim adalah berasal dari hamba Tuhan yang banyak bersyukur (Nuh). “Keturunan yang Kami angkut (dalam kapal) bersama Nuh. Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Kami) yang selalu bersyukur.” (Bani Israil:3). Nuh merekom Muhammad sebagai utusan Tuhan akhir zaman yang wajib di-imani. Wasiat juga disampaikan oleh Ibrahim, Musa dan Isa, ikuti Muhammad. Dalam kalam terpuji: “Dan ingatlah, ketika Isa putera Maryam bersabda, wahai anak cucu keturunan Ya’kub, sesungguhnya aku (Isa putera Maryam) selaku utusan Allah kepada-mu, membenarkan apa yang ada pada-mu (Taurat). Dan memberikan kabar gembira dengan akan kedatangan Rasul sesudah-ku, nama-nya Ahmad. Melainkan ketika datang kebenaran (Muhammad) kepada mereka. Mereka mengatakan, ini adalah sihir yang nyata.” (Ash-Shaf:6). Surah Ash-Shaf menitipkan pesan suci, jadilah penolong agama Tauhid, seperti yang diminta oleh Nabi Isa putera Maryam.

Masih ada tugas umat Muhammad hari ini, jangan dianggap usai, dan jangan abai. Menolong Isa putera Maryam seperti murid setia-nya (hawariyyun) menolong beliau. Apakah bantuan paling berharga untuk Nabi Isa putera Maryam. Menolong Isa sama dengan menolong (agama) Allah. Tugas mulia, tugas menyampaikan kabar dengan benar. Bantuan, pertolongan yang dimaksud adalah menyampaikan keimanan dalam keesaan Tuhan (iman-tauhid). Pengikut setia Isa telah menjadi teladan (patronase) bagi umat Muhammad dalam memperjuangkan keesaan Allah(iman-tauhid). Saatnya kelak, iman-tauhid pasti menang. Tanda-tanda kemenangan iman-tauhid, sudah tampak sejak dahulu kala. Ayat suci Tuhan berkalam mulia: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah. Sebagaimana Isa putera Maryam bersabda kepada pengikut setia-nya (hawariyyun): Siapakah yang akan menjadi penolong-penolong-ku? Hawariyyun menjawab: Kami penolong-penolong setia (keesaan) Allah. Lalu, segolongan Bani Israil beriman, dan segolongan Bani Israil kafir. Kemudian Kami beri kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka. Pasti mereka menjadi orang-orang yang menang.” (Ash-Shaf:14).

Saling bertolongan dalam kebaikan, kebenaran, takwa merupakan bagian dari iman-tauhid. Sedang berbantuan kejahatan, kebohongan dan dosa, adalah dosa besar. Membunuh para utusan Tuhan (Zakaria dan Yahya), serta rencana pembunuhan kepada para utusan (Isa dan Muhammad) merupakan sikap yang paling aniaya. Lalu menyembunyikan yang haq, menghalangi manusia dari jalan Allah, membuat bengkok agama yng lurus. Mereka mendapat dua kali lipat siksa di neraka (dhi’faini minal ‘adzab).

Maka akhlak (karakter) peduli sangat dekat kepada keesaan (iman-tauhid). Sungguh agama-agama Tuhan, utusan Tuhan dan kitab suci adalah saudara kandung yang wajib saling nasehat-menasehati. Saling menasehati dalam kebenaran (watawashaubil-haqqi), saling menasehati dengan kesabaran (watawashaubishshabri).

Inilah yang disabdakan Nuh, Hud, Luth, Saleh, Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub, Yusuf, Ayub, Syuaib, Musa, sampai Isa putera Maryam, sungguh aku takut kepada Allah, sekiranya kamu mempersekutukan-Nya. Sekutu-sekutu bagi Allah, tidak berguna sedikit-pun bagi manusia. Ibarat bersandar pada kayu yang lapuk. Bahkan kayu yang lapuk itu, tiada lain kecuali ucapan dusta yang besar (halusinasi).

Kehadiran kitab suci Al-Quran meminta manusia untuk meng-esa-kan Allah Al-Ahad saja. Bahwa Dia tempat meminta. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada satu-pun yang setara dengan-Nya (baca surah AlIkhlas: 1-4). Bila capaian pentauhidan menemukan yang dituju, berbahagialah dunia dan akhirat, serta berjumpa dengan Tuhan, pemelihara alam (rabbul ‘alamin). Inilah naskah yang benar, sudah diwariskan dari nabi ke nabi, dari generasi ke generasi.

Nabi Ibrahim menyampaikan iman-tauhid. Raja Namrud tidak setuju. Sebab, iman-tauhid bukan tunduk kepada raja, bukan tunduk kepada mufti, bukan tunduk kepada penguasa. Resikonya, Ibrahim dibakar di dalam gundukan api yang menyala-nyala. Musa berhadapan dengan Fir’aun. Tuhan berkalam, ya Musa, la takhaf (wahai Musa, jangan takut). Para utusan Tuhan tidak pernah takut.

Para utusan Tuhan, sudah saling berbantuan dalam pewarisan iman-tauhid. Demikian pula umat beliau, pengajaran iman-tauhid jangan sampai putus. Silakan salat, namun kajian iman-tauhid jangan tersendat. Silakan berzakat, tapi kajian iman-tauhid jangan terlambat. Silakan berpuasa, tapi kajian iman-tauhid jangan terhambat. Silakan haji dan umrah, namun kajian iman-tauhid jangan jadi tersudut. Dimaklumi, bila kajian salat, zakat, puasa dan haji seputar fikih. Kajian hakikat wajib ada! Wallahua’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *