KARAKTER PENGHUNI SURGA DAN NERAKA MERUPAKAN DAMPAK CERMIN DIRI

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Dua tempat (rumah) kepulangan yang jauh berbeda. Spesifikasi dan proferti, bahkan layanannya. Kedua tempat di sana (surga dan neraka), ditentukan di sini (dunia). Maka amal baik dunia, menjadi gambaran surga. Dan amal buruk dunia, menjadi gambaran neraka. Tidak ada tempat diantara keduanya. Vonis akhirat sebenarnya sudah ditentukan oleh iman dan amal sewaktu masih hidup di dunia yang fana ini. Buatlah dunia fana (binasa). Sejatinya dunia memang binasa (hancur).

Surga dan neraka di akhirat merupakan konsekuensi logis dari amal di dunia. Akhirat tidak mungkin mundur ke belakang. Apa yang ada di depan manusia hari ini, adalah sesuatu yang pasti akan ditempuh. Menempuh alam kubur (barzakh), menempuh negeri-negeri akhirat. Masa kebangkitan, masa pengusiran, masa pengumpulan, masa perhitungan, masa menerima buku (kitab) catatan amal, masa melintas jembatan (shirath). Masa memasuki surga atau neraka.

Contoh, mantan tukang sihir Fir’aun yang telah beriman kepada Tuhan Harun dan Musa. Kalam (pengakuan) mereka sudah direkam Allah dalam ayat suci, berkalam Tuhan pada surah Thaha ayat 72. “Mereka (para pesihir) berkata, kami tidak akan memilih tunduk kepada-mu (Fir’aun). Bukti-bukti telah datang kepada kami, Dia telah menciptakan kami. Maka putuskan kepada kami, apa yang hendak engkau putuskan (hai Fir’aun)! Sesungguhnya engkau (Fir’aun) hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini.”

Ikrar (proklamasi) tauhid ulasan para penyihir, dibacakan dihadapan Fir’aun dan seluruh jajarannya. Proklamasi tauhid (keesaan) mereka telah diupload Tuhan dalam kitab suci. (Thaha:73), “Kami benar-benar telah beriman kepada Tuhan kami. Dia (Allah) bertujuan mengampuni kesalahan kami atas sihir yang telah engkau (Fir’aun) paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik (nikmat-Nya), dan lebih kekal (azab-Nya).”

Alquran selain pedoman, juga cermin diri seseorang, atau kerap disebut kitab diri. Tidak berselisih antara sebab amal dengan akibat balasan. Waktu hidup di dunia memang sementara, namun menentukan waktu hidup di akhirat yang lama. Menanam amal baik berbuah manis (surga). Menanam amal buruk berbuah pahit (neraka). Artinya, diri yang bertanggung-jawab terhadap diri. Setiap orang (jiwa) tergadai dengan perbuatan-nya sendiri (kullu nafsin bima kasaba rahin). Seseorang tidak bertanggungjawab terhadap perbuatan orang lain. Tidak tertukar pahala dan dosa. Tidak berselisih surga dan neraka. Masing-masing individu, ada timbangannya (mizan). Masing-masing individu, ada jembatan-nya (shirath). Masing-masing individu, ada catatan-nya (kitab).

Hidup yang bertujuan jahat (niat jahat), dan berperilaku jahat akan berakhir di neraka. Fase kehidupan dunia merupakan episode yang tidak terulang lagi. Berita dari Tuhan mengabarkan tentang pengkhabaran berupa ancaman yang pasti. “Sesungguhnya barang siapa yang datang kepada Tuhan-nya dalam keadaan berdosa. Sungguh bagi-nya adalah neraka Jahannam. Dia tidak mati dan tidak hidup (terus-menerus merasakan siksa).” (Thaha:74).

Surah Thaha:75-76 memberi informasi, tentang kondisi kebalikan (paradoks) yang sangat berjauhan. Antara penghuni surga dan neraka. Dengan catatan, penghuni surga yang datang kepada-Nya dalam keadaan beriman dan beramal saleh. Mereka mendapat derajat yang tinggi (di surga). Surga Aden yang mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya (surga). Itulah balasan bagi orang yang membersihkan diri (taubat).

Maksudnya, penghuni surga berkarakter, dan penghuni neraka berkarakter. Namun karakter dua kubu ini sangat berlainan. Sama-kah antara yang buta dengan yang melihat, tentu berbeda! Sama-kah antara yang tuli dengan yang mendengar, pasti terpisah! Sama-kah antara kecahayaan dan kegelapan? Sama-kah antara beriman dan tidak beriman? Apakah kamu tidak sanggup mengambil pelajaran? Karakter (sifat) mereka (penduduk surga dan penduduk neraka), sudah banyak dipublish oleh kitab suci Al-Quran.

Bagaimana karakter calon penduduk neraka? Tuhan beri gambaran gaya hidup mereka yang suka mendustakan ayat-ayat Kami. Lalu, ciri mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. Menginginkan agama Islam yang lurus menjadi bengkok (simpang-siur), berliku. Mereka tidak beriman kepada hari akhirat (baca surah Hud ayat 19). Dan mereka menutupi kebenaran (wataktumunal-haqqa), sedang mereka mengetahui (wa antum ta’lamun). Mereka tidak sanggup mendengar ayat-ayat Allah, dan tidak bisa melihat ayat-ayatNya. Mereka mencari naungan selain Allah, berhala-berhala yang mereka sembah, mereka puja-puji. Mereka menjadikan agama Allah sebagai bahan permainan, dan sebagai materi gurauan. Kelak mereka akan mengetahui akibatnya (fasaufata’lamun).

Adapun ciri penghuni surga adalah mereka yang beriman dan berbuat baik (amal saleh), serta mereka yang merendah-diri dihadapan Tuhan mereka. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal didalamnya (baca surah Hud ayat 23). Ciri lain adalah mereka yang berinfak ketika lapang dan sempit, menahan amarah, memaafkan manusia, gemar berbuat baik. Jika mereka tergelincir di kubang dosa, atau menganiaya diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, serta memohon ampun atas dosa mereka. Lantas, siapa yang dapat mengampuni dosa, kecuali Allah? Dan mereka tidak lagi mengulangi dosa, sedang mereka mengetahui syarat taubat (baca surah Ali Imran ayat 134-135). Wallahua’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *