KEMANDIRIAN BELAJAR ROH KURIKULUM MERDEKA

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Profil pelajar Pancasila dan profil pelajar rahmatallil ‘alamin merupakan bagian upaya pemerintah memantik kreativitas dan berpikir kritis. Dalam rancangan atau modul ajar (MA) yang dibuat guru, wajib memuat dua item tersebut. Dengan kata lain, menyelaraskan Pancasila (negara) dengan rahmat (agama). Menjadi ciri khas (karakter) dari kurikulum merdeka belajar.

PPG (Pendidikan Profesi Guru) dalam rangka mengupayakan kehadiran guru yang kompeten, di dalam dan di luar ruang belajar. Kompetensi spiritual, kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi personal. Selain itu, kurikulum merdeka belajar juga diharapkan pembelajar yang kreatif menemukan ide-ide baru, juga inovatif dalam temuan penelitian.

Namun tetap mengemuka konsep belajar tuntas (mastery learning). Tuntas membaca, tuntas meneliti, tuntas diskusi, baru dituliskan dan tuntas menulis. Untuk kepentingan tersebut, kurikulum merdeka belajar memerlukan pendekatan yang tepat. Tawaran pendekatan diantaranya Project Based Learning (PjBL) dan Problem Based Learning (PBL).

PjBL dan PBL yang diterapkan sejak SD sampai SLTA adalah langkah-langkah pendekatan ilmiah. Dari sederhana hingga kompleks. Penulis optimis, bila kurmer diaplikasikan sesuai arah petunjuk, akan melahirkan generasi Indonesia emas (2045). Betapa tidak, kurmer sebagai penyempurna kurikulum 13 lebih mementingkan proses pencarian ilmu pengetahuan secara mandiri. Berbasis kelompok belajar, bekerja dalam tim untuk merumuskan masalah, mengidentifikasi, menguji, mencoba, menalar, menemukan akar masalah, beserta solusi, dan mengkomunikasikan.

Merubah paradigma berpikir juga temuan abad ini. Bermula dari penyempurnaan ranah pembelajaran, terutama pada ranah (domain) taksonomi Bloom (Benyamin S. Bloom, 1956), aspek kognitif. Enam tahapan dibagi dua, C1, C2, C3 adalah berkategori berpikir rendah (LOTS). C4, C5, C6 adalah berkategori berpikir tinggi (HOTS).

Revolusi belajar sebenarnya telah dimulai sejak awal abad 21 (tahun 2000). Dalam rangka merespon kemajuan dunia industri dan teknologi informasi yang semakin cepat melaju. Sebab, pendidikan sangat erat berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Hubungan pendidikan dalam ranah skill (keterampilan) dengan kehidupan yang berkoridor sunnatullah (nature of law), menandakan keniscayaan. Pasti, ranah kognisi sangat berkaitan dengan logika, analisa tentang masalah kehidupan sehari-hari. Benar, ranah afeksi (nilai dan sikap) berpautlangsung terhadap lapangan kehidupan. Relevansi lapangan persekolahan dengan lapangan penghidupan ibarat pohon dengan buah.

Pencirian transformasi belajar dari media dan sumber belajar manual menuju ke media dan sumber belajar digital. Menurut penulis, kemuka, mata pelajaran bahasa asing akan dihilangkan, sebab akan menjadi bidang peminatan, kebutuhan berkomunikasi, sehingga wajib dimiliki setiap orang. Sebab, bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa akan mahir bila pembiasaan berdialog terjadi sangat intens. Dalam hal ini, paket kursus tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan atau setahun, jauh lebih efektif daripada kuliah yang menghabiskan waktu empat sampai enam tahun. Tujuh tahun sudah di-DO (kehabisan masa studi).

Perubahan kurikulum yang berjangka berupaya merespon dan memberi jawaban terhadap tantangan zaman. Isi zaman adalah peserta didik yang akan berkiprah 20, 30, 40 tahun yang akan datang. Namun, selalu dipertanyakan keunggulan kurikulum sebagai bekal generasi yang akan berkarya pada milenial ke-4 (tahun 3000-4000 M).

Perlu diamati, pembangunan manusia seutuhnya (insan kamil) tidak hanya bertumpu pada keunggulan IPTEK. Unggul yang dimaksud adalah totalitas indeks pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Mencakup unggul IPTEK dan IMTAQ (ilmu pengetahuan dan iman takwa). Melingkup kuantitas dan kualitas, memuat kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, jasadi dan ruhi. Tidak jarang, penulis bila teringat dengan guru dan dosen yang telah mengajar, mendidik, segera mendoakan mereka yang sudah berjasa mengukir diri penulis. Media surah Alfatihah merupakan bingkisan kasih untuk para guru dan para dosen, baik saat mereka masih hidup atau telah wafat.

Ilmu pengetahuan tidak berangkat dari ruang kosong. Artinya, pemberlakuan kurmer sebagai penyempurna K-13. Sama dengan, kurikulum 1975 disempurnakan oleh kurikulum 1984 yang terkenal dengan istilah CBSA (cara belajar siswa aktif). Terus, disempurnakan lagi oleh KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Lalu, disempurnakan lagi oleh Kurikulum 13 (K-13) tahun 2013. Sekarang, wajib pemberlakuan Kurikulum Merdeka (kurmer), karena sudah menjadi amanat pemerintah. Demikian seluk-beluk dunia persekolahan yang selalu mengalami perubahan guna perbaikan dan kemajuan. Para guru juga dibekali dengan kemampuan melakukan PTK (penelitian tindakan kelas) untuk inovasi dan kreasi pembelajaran. Dibekali kemahiran literasi dan membuat perangkat pembelajaran berbasis ICT. Semoga berkemajuan para guru Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *