KOMITMEN DAN INTEGRITAS GENERASI DI ERA DIGITAL 5.0

Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran

Telah diutus kepada-mu, seorang laki-laki yang membenarkan apa yang ada pada-mu, berupa tauhid (keesaan Tuhan) dalam kitab Zabur, Taurat, Injil. Dia memperingatkan kedatanganhari kiamat. Sungguh manusia terbagi atas dua kelompok besar, sebagian ke surga dan sebagian ke neraka. Seorang laki-laki tersebut, lahir di Mekah dan wafat di Madinah. Dia adalah Muhammad putera Abdullah, Muhammad Rasulullah.

Muhammad bertasbih memuji Tuhan. Tuhan mengutusnya menjadi utusan. “Dia yang mengutus seorang Rasul kepada kaum dari golongan mereka. Membacakan kepada-mu ayat- ayatNya, menyucikan jiwa mereka, mengajarkan kepada mereka kitab (Alquran) dan hikmah (sunnah). Meski sebelumnya, mereka berada dalam kesesatan yang nyata.” (Aljumu’ah:2). Sedang tugas kita sekarang adalah menyiarkan apa-apa yang baginda wariskan, yaitu kitab dan sunnah. Dengan multi metode, multi pendekatan. Berita dakwah berbantuan digitalisasi merupakan misi generasi yang hidup di era 5.0. Ditandai dengan keterbukaan dan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran universal yaitu agama penyerahan diri kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Tuhan: “Sungguh, Kami mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita suka dan peringatan. Supaya kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Menguatkan, membesarkan syiar ajaran-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Alfath:8-9).

Nabi akhir zaman, kepadanya generasi yang berkiprah di 5.0 (five point zero) diutus dan berbaiat. Perjuangan, pembelaan, sekaligus menjadi pembelajar setia, setia janji (komitmen) ialah identitasnya. Kecuali itu, mereka berintegritas kepada Allah, Rasul-Nya, dan komunitas kaum beriman, dalam arti tidak melanggar janji dan tidak berkhianat. “Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada-mu (Muhammad), bahwa mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. Siapa yang merusak janji, berarti dia merusak diri sendiri. Dan siapa yang menepati janjinya kepada Allah, maka Dia (Allah) akan memberi pahala yang besar.” (Alfath:10). Kemenangan bagi generasi milenial pasti akan datang, sebagai janji dari- Nya. Untuk generasi yang memenuhi seruan-Nya.

Seruan dari pencipta, maha kasih sayang kepada generasi ulul albab. Ciri generasi ulul albab yang pertama dan utama adalah tidak mempersekutukan sang pengasih, penyayang. Kemudian mereka berzikir, berpikir, beramal. Mereka meyakini adanya kehidupan akhirat yang sebenarnya. Mereka tidak terpedaya oleh kehidupan dunia sebagai area bermain dan senda gurau. Tidak melanggar perjanjian yang sudah diikrarkan di dalam diri, karena Allah yang menjadi saksi saat sumpah itu diangkat. Bagi generasi milenial, sumpah diri adalah syahadat tauhid dan syahadat rasul yang disaksikan adalah diri sendiri, dan yang menyaksikan adalah diri sendiri. Kemana kamu akan lari? (fa aina tadzhabun).

Selain itu, karakter mereka adalah mempersiapkan hari esok yang lebih baik (optimis). Atau, siap menunda kesenangan yang sementara (dunia), untuk kesenangan yang lebih baik dan lebih kekal (khair wa abqa) yaitu di negeri akhirat. Generasi milenial yang hidup di era digital 5.0 memiliki kesadaran penuh yang mampu mengontrol logika, emosi, rasional dan spiritual. Tidak mudah terprovokasi jahat, dan bersikap tenang dalam pengambilan keputusan. Sebab mereka meyakini, apa-apa yang ada di sisi makhluk pasti lenyap. Apa-apa yang ada di sisi Allah pasti kekal. Dan Kami pasti memberi balasan kepada orang-orang yang sabar, dengan pahala yang lebih baik dari pada apa yang mereka sabarkan.

Mereka juga penegak keadilan, memerintahkan kepada yang ma’ruf, menyuruh kepada yang ihsan, mencegah dari yang fahsya’ (keji) dan mungkar. Mereka menyadari, mungkar merupakan sesuatu yang asing bagi raga dan jiwa. Sebab mungkar (syirik) tidak pernah ditiupkan Tuhan pada roh yang Aku titipkan. Intinya, segala kejahatan adalah “benda asing” bagi roh sebagai bagian yang Aku tiupkan dari diri-Ku (wanafakhtu min ruhiy). Sebab, selain Dia, tidak mampu menciptakan seekor lalat (la yakhluqu dzubaba). Dan selain Dia, tidak dapat memberi rezeki dari langit dan bumi, dan tidak sanggup berbuat apapun. Tuhan tidak pernah menghadirkan keterangan (burhan) tentang sesembahan selain Dia. Orang-orang musyrik hanya merekayasa nama-nama yang mereka namai. Allah tidak pernah membuat permisalan tentang- Nya, sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (baca Annahl:73-74).

Mereka, generasi pengganti yang dihadirkan untuk membentang penelitian tentang ayat kosmologi dan literasi kitab suci. Dengan satu tujuan, melahirkan kembali generasi yang mentauhidkan Allah saja, mukhbitin (berserah diri dan bertawakal). Mengerti betul, beda makna hijrah yang bersifat substansial, dan makna yang bersifat temporal.

Bukan mitos, amal generasi milenial terfokus pada kebaikan (khair) dari Allah dan untuk Allah. Sebab, negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal (khair wa abqa) dari pada dunia. Dan sebaik-baik tempat kembali adalah surga (jannat jamak dari jannah). Surga-surga Aden yang mereka masuki, mengalir sungai-sungai dibawahnya. Di surga mereka mendapat apa yang mereka minta. Demikian Allah memberi balasan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Annahl:31)

Artinya, fakta hijrah di kalangan generasi milenial bukan saja pada atribut mengganti isu neraca dengan istilah mizan, jalan dengan thariq, aku dengan ana, kamu dengan antum, saudara dengan akhi, pertemuan dengan liqa’. Perpindahan istilah itu hanya hijrah feriferal (makna pinggiran), belum esensial (makna inti). Makna inti dari hijrah adalah tauhid. Maksudnya, hijrah dari syirik kepada tauhid. Kalimat tauhid adalah la ilaha illallah (tiada Tuhan kecuali Allah). Karena takut kepada Allah yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dia yang menundukkan malam dan siang. Dia yang menundukkan kapal yang berlayar di tengah laut. Dia yang mengganti malam menjadi siang, dan mengganti siang menjadi malam. Siapa yang telah Dia beri petunjuk, maka sungguh tiada satupun yang mampu menyesatkan-nya. Dan siapa yang Dia sesatkan, maka tidak ada seorangpun yang mampu memberi petunjuk. Beribadah kepadaNya dengan setulus hati. Jangan mempersekutukan-Nya (baca Alhaj:31).

Selanjutnya, Tuhan jelaskan penciri generasi pengganti adalah kasih sayang. Cerdas, memiliki etos dan etika kerja. Berorientasi masa depan, berintegritas (jujur), dan komitmen kepada nilai perjuangan, serta tabah dan tahan uji.

Dalam kalam kudus-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman! Siapa diantara kamu yang murtad, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum. Dia (Allah) mencintai mereka, dan mereka- pun mencintai-Nya. Lemah lembut terhadap orang yang beriman, tegas terhadap keingkaran. Berjuang di jalan Allah dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah maha luas (karunia-Nya), maha mengetahui (segala sesuatu). Sesungguhnya penolongmu hanya Allah, Rasul-Nya, dan orang- orang beriman. Mereka orang-orang yang mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka orang-orang yang tunduk.” (Almaidah:54-55).

Awal dan akhir, kalimat tauhid yang dimaknai tidak ada Tuhan kami, selain Dia (malana rabbun siwah), ibarat pohon yang terhunjam kuat akarnya di bumi. Dahan dan rantingnya menjulang ke langit. Menghasilkan buah setiap detik dengan izin Tuhannya. Allah, tidak ada yang disembah selain Dia. Maknanya, generasi milenial yang bertakwa memandang baik kepada ciptaan Allah, dan senantiasa berbaik sangka terhadap yang datang dari sisi Allah. Lalu, adakah sesuatu yang tidak datang dari sisi-Nya? Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *