Oleh: Ma’ruf Zahran Sabran
Satu detik sebelum roh keluar dari jasad akan menentukan semua status dunia dan akhirat kita. Nasib yang berada diujung hala napas terakhir kehidupan di dunia yang fana ini, sangat menentukan posisi diri. Ujung kematian dengan membawa iman (husnul-khatimah), atau tanpa membawa iman (suul-khatimah).
Dua dimensi ruang dan waktu jasmani dan rohani menyatu merupakan tanda kehidupan. Sebaliknya, terpisahnya rohani dengan jasmani menjadi tanda kematian. Hakekatnya, pengertian kehidupan dan kematian adalah perpindahan alam saja. Artinya, konsep hijrah telah dimulai sejak perpindahan dari alam ketuhanan (lahut), berpindah ke alam kerohanian (jabarut), berpindah lagi ke alam kemanusiaan (nasut). Proses ini disebut tanazzul (jalan datang), fase dari atas ke bawah. Sedang konsep pulang (tarqi) mengambil peta jalan dari bawah ke atas. Namun jalan yang ditempuh adalah sama, miniatur-nya adalah tarikan dan hembusan napas. Zikir yang tanpa suara (la saut), tanpa kalimah (la kalam) adalah zikir dalam alam keabadian, ketika masa sebelum ada zikir (sebutan) itu sendiri (baca Al-Insan:1).
Kecepatan sekali kedipan mata atau lebih cepat lagi (kalamhil bashar au huwa aqrab). Bila alat pemantau jantung (patients monitor) masih memberikan sinyal. Sedang sakaratul maut lebih dekat, daripada yang dekat, lebih cepat daripada yang cepat, lebih tanggap daripada yang tanggap, dia adalah diri, diri adalah dia. Kualitas anugerah bagi yang sudah mengenal-Nya. Bukan sekedar tahu jalan, namun akrab dengan pemilik jalan datang dan jalan pulang.
Sebab, maut adalah goresan roh (hakekat), sebelum pena tubuh dituliskan (syariat). Dampak pasti bagi yang belum mengenal-Nya, roh akan terseret di jurang-jurang yang terjal. Terjatuh, terlempar, lusuh, lelah, payah, susah. Konsekuensi ini, sudah dimengerti oleh orang- orang Yahudi dan orang-orang durhaka (zalim) yang sewatak dengan mereka. Dalam firman, sudah Dia kalamkan dengan kalam suci (Aljumu’ah:6-8).
Merasa diri sebagai kekasih Allah (auliya Allah), perlu dites. Tesnya adalah: “Katakan (Muhammad), wahai orang-orang Yahudi. Jika kamu mengira bahwa kamu adalah kekasih Allah, bukan yang lain. Maka inginkan kematian-mu, jika kamu orang yang benar! Dan mereka.tidak akan mengharapkan kematian selamanya. Sebab kejahatan yang mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim. Katakan (Muhammad), sungguh kematian yang kamu akan lari darinya, kematian pasti menemui-mu. Kemudian, pasti kamu dikembalikan kepada Tuhan yang mengetahui tentang ghaib dan nyata. Lalu Dia memberitakan kepada-mu apa-apa yang kamu kerjakan.”
Maksudnya, kematian itu tidak jauh, dia berdampingan dengan kehidupan, sama dengan tidur dan bangun. Ada didalam nuktah (titik) diri pada saat roh dititipkan dan roh akan kembali kepada titik Tuhan (god spot). Sebab ada didalam diri, tiadalah dia (kematian) akan pergi. Sehingga Tuhan tanya, hendak pergi kemana (fa aina tadzhabun). Maka, sangat tegas peringatan-Nya, tanda sayang. Jalan lurus tidak bisa ditempuh walau dengan berpuluh kali zikir, bila Dia belum menghendaki. Mendamba hidayah wajib dengan merendahkan diri kepada Tuhan (wa akhbatu ila rabbihim), Alquran adalah peringatan bagi seluruh alam. Bagi siapa yang menghendaki jalan lurus. Dan kamu tidak sanggup menempuhnya, kecuali dikehendaki Allah,.Tuhan seluruh alam (baca Attakwir:26-29). Jelas, betapa kuat kendali hidayah di tangan-Nya..Tawadu’ (rendah hati) adalah ilmu yang tidak pernah dipelajari Iblis. Dan rendah-hati adalah praktik yang belum pernah dilakukan Iblis sampai hari kiamat di hadapan Allah SWT. Artinya, dari mulut Iblis tidak pernah keluar kata maaf. Karena Iblis tidak pernah merasa bersalah. Perasaan selalu merasa benar sendiri, inilah yang diviralkan Iblis untuk umat akhir zaman. Perasaan merasa besar sendiri, itulah yang ditiupkan Iblis kepada generasi sekarang. Tancap gas karena berpacu dengan waktu antara mencari pengikut dengan hari kiamat yang semakin dekat.
Janji kematian pasti pada catatan diri. Ibarat kendaraan yang sudah dihitung masa ausnya (kadaluarsa), seperti jutaan kilometer perjalanan, atau batasan tahun pemakaian yang pasti berakhir. Agama menyebutnya ajal. Namun ada buku manual penggunaan kendaraan dan perawatan. Tersedia suku cadang dan onderdil dari pabrik resmi. Namun tiba saatnya nanti, kendaraan tersebut hilang dari peredaran. Kendaraan pernah berjasa mengantar ke tempat tujuan, meski akhirnya dia dibuang. Demikian umpama umur kehidupan manusia, digunakan atau tidak digunakan, ada kalanya sakit dan akhirnya mati. Tentu yang terkenang adalah kebaikan yang pernah dia toreh semasa hidup. Mengingat kebaikan orang yang telah wafat adalah doa rahmat untuk almarhum. Mengingat keburukan orang yang telah wafat adalah laknat untuk almarhum. Tidak salah jika pepatah bertutur: Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.
Kematian orang baik seperti air yang keluar dari mulut kendi, sekejap. Mudah, lembut, tanpa halangan, seperti aktivitas tidur sehari-hari. Sebab sehari-harinya-pun, dia sudah bersama Allah. Kematian dari tempat yang sangat dekat, sehingga tidak perlu berpacu seperti berlari. Kematian yang dijemput, bukan direnggut. Kematian yang dipuji-puji oleh malaikat langit, karena berhasil menutup akhir kehidupan dalam kebaikan (husnul-khatimah) di bumi. Sedang kematian orang yang berdosa seperti menarik kulit kambing yang tertancap pada duri. Panas, sakit, roh yang bersitegang dengan jasad. Saling mempertahankan, saling menyudutkan, jasad merasa memiliki diri, roh merasa memiliki diri. Pertempuran keduanya, menyebabkan masa amuk perang sangat dahsyat dan memakan masa tarung yang lama. Contoh kematian dari tempat yang jauh seperti berlari. Sebab tidak mengenal Tuhan yang ada di dalam diri. Diri direnggut, dicabik, dicincang, dipanggang, direbus, digoreng, dibakar, dilukai, dipotong. Akhir kematian yang buruk (suul-khatimah). Akhir kematian yang buruk bagi para pendosa dan pelaku kejahatan. Seburuk-buruk dosa dan kejahatan adalah syirik (mempersekutukan-Nya). Lalu, berbohong atas nama-Nya, mengajak manusia ke jalan keburukan. Sehingga mati dalam kedurhakaan dan belum sempat untuk bertaubat. Mereka penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.
Tegas (tanpa takut), kitab suci menyebutkan tentang orang-orang yang sesat jalan pulang, terlunta-lunta, terseok-seok, tanda tidak mengenal Tuhan-nya yang esa. Sebab, mereka taat, tetapi taat yang dibonceng oleh ego taat, tercampur kuasa Tuhan dengan kuasa hamba yang taat. Percampuran itu dinamakan syirik. Padahal, Tuhan yang maha esa telah menyabdakan: “Awas, jangan kamu menyembah dua Tuhan! Hanya Dia, Tuhan yang maha esa. Maka hendaklah kepada-ku saja kamu takut.” (Annahl:51). Mengapa kamu menyembah selain Allah, selain Dia tidak ada yang mengetahui kapan waktu kiamat, dan bila masa berbangkit.
Puncak dosa adalah syirik seperti kanker ganas yang menggerogoti semua sel dan saraf di anatomi tubuh. Dari syirik, manusia kehilangan perilaku santun, terbit perilaku aniaya. Kalau dia menjadi dosen, dosen yang aniaya kepada mahasiswa. Kalau dia menjadi dokter, dokter yang aniaya terhadap pasien. Kalau dia menjadi pemimpin, pemimpin yang zalim kepada rakyat. Kalau dia menjadi atasan, atasan yang semena-mena terhadap bawahan.
Puncak pahala adalah tauhid seperti pohon dengan akar yang menghunjam ke bumi. Dahannya menjulang ke langit, daunnya lebat, pohonnya keras. Berbuah setiap saat (tanpa musim) dengan restu Tuhan. Demikian Tuhan tamsilkan kalimat yang baik (tauhid) seperti pohon yang baik (baca Ibrahim:24-25), supaya manusia selalu ingat, guna menjadi pembelajaran.
Klop sudah, antara husnul-khatimah dengan tauhid sebagai kalimat yang baik (kalimah-thayyibah) seperti pohon yang baik (syajarah-thayyibah). Kemudian, suul-khatimah adalah syirik, mengakui banyak Tuhan seperti kalimat yang buruk (kalimah-khabitsah). Kalimat khabitsah sama dengan syajarah-khabitsah (pohon yang buruk). Akarnya lemah, pohonnya lapuk, tidak berbuah, bahkan mulai akar, batang, ranting, dahan, daun sampai buah adalah beracun. Bahaya syirik, sudah Tuhan ingatkan dengan peringatan dini: “Kalimat yang buruk (syirik, kufur) seperti pohon yang buruk, akarnya tercabut dari permukaan bumi, tidak dapat berdiri sedikitpun.” (Ibrahim:26). Sebab, sekarang mereka murtad yang awal perjanjian dahulu di alam roh, mereka sudah beriman dan berserah- diri. Artinya, mereka mengganti nikmat dengan azab. Mereka menjadikan materi sebagai tandingan bagi Allah, untuk menyesatkan manusia dan mencari keuntungan dari seruan mereka. Padahal, seruan mereka mengajak kepada dosa dan neraka.
Simpul uraian, dua posisi maut yang jauh berbeda, kematian yang disambut-rela, atau kematian yang direnggut-paksa. Kematian penuh kesukaan pertanda adil semasa hidup. Kematian penuh kedukaan pertanda zalim (aniaya) semasa hidup. Memeras keringat orang lain, dengan upah yang tidak patut, mempersulit hajat hidup orang banyak, dan aneka tindak kejahatan lainnya. Dua gambaran yang sangat berbeda, antara husnul-khatimah dan suul-khatimah. Berbeda antara tauhid dan syirik, tempat di akhirat akan berbeda pula. Wallahu a’lam.