Refleksi Idul Fitri 1441 H

PAI – Tidak terasa Syawal telah tiba. Seringkali kehadiran bulan ini diletakkan sebagai bulan kemenangan, setelah satu bulan penuh umat Islam bertarung dengan segala hawa nafsu. Dalam perspektif lain, bulan ini juga diletakkan sebagai bulan silaturahmi, antara sanak keluarga, rekan kerja, maupun handai tolan.

Syawal 1441 H hadir dengan suasana yang berbeda, saat pandemi turut bersemayam di bulan bahagia ini. Demi keselamatan umat manusia, segala hal yang berkaitan dengan pergerakan fisik harus rela untuk diatur. Bagi sebagian besar masyarakat, segala rencana yang telah disiapkan untuk suatu kebudayaan yang disebut dengan “mudik” harus ditunda hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan.

Di tengah kesulitan ini, bukan lah hal yang baik untuk meratapi dengan rasa duka. Kondisi ini, mungkin adalah suatu kesempatan yang diberikan Allah Swt. kepada kita untuk merefleksi kembali segala hal yang pernah dilakukan. Suatu kesempatan dalam kesunyian hingar-bingar pesta, untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq untuk direpresentasikan kepada tindakan yang lebih bermakna.

Sering terjadi di antara umat, momentum Idul Fitri tidak lagi dimaknai sebagai penyambutan diri kepada tahun yang lebih baik di masa berikutnya. Tanpa sadar, momentum silaturahmi justru menjadi ajang menyakiti di antara sanak keluarga, rekan kerja, maupun handai tolan. Seharusnya pemaknaan kebaikan bukan terletak pada unjuk limpah-ruahnya materi. Melainkan pada digit kebaikan berupa kasih sayang, perhatian, sikap pengertian, berdedikasi pada tugas, menabur bantuan, maupun menjaga lisan. Inilah, nilai-nilai adi luhur yang harus mewabah dalam tubuh keluarga Program Studi Pendidikan Agama Islam. Inilah tabungan akhirat yang dimanifestasikan ke dalam kehidupan pasca Ramadhan sehingga surplus amal saleh tersebut tampak juga dalam kehidupan sosial, bukan dengan dikatakan, melainkan dengan aksi nyata.

Di suatu masa silaturahmi, tanpa sadar kita sering memaknai hal tersebut sebagai ajang pamer, unjuk keberhasilan, unjuk kebahagiaan yang mungkin hal tersebut tidak dapat dimiliki oleh lawan bicara, tidak dapat dirasakan oleh saudara yang kita kasihi. Tanpa sadar, kita sering terlibat dalam urusan duniawi orang lain dengan jubah silaturahmi tersebut. Tidak semua keberhasilan yang telah kita capai dalam satu tahun terakhir dapat dirasakan oleh keluarga kita.

Idul Fitri adalah suatu masa dimana manusia kembali kepada fitrahnya, sebagai mahluk yang lemah, tidak dapat hidup sendiri tanpa pertolongan Dzat Penciptanya, tanpa kehadiran manusia lain untuk menguatkan. Zakat fitrah adalah contoh bagaimana manusia harus memiliki empati yang dilebur dalam sebuah aksi untuk meringankan beban saudara-saudara kita. Bukan sebaliknya, sebagai ajang unjuk keberhasilan dalam  arti pamer yang justru akan menyakiti saudara yang selama ini telah menguatkan kehidupan.

Semoga, ada hikmah di balik hadirnya pandemi di bulan bahagia, Syawal 1441 H ini. Perjumpaan yang melibatkan jarak akan tergantikan dengan rasa kasih, peduli, dan aksi untuk berbagi. Insya Allah, dengan segala kuasa-Nya, semoga kita akan berjumpa dengan Syawal 1442 H dengan transformasi yang lebih baik. Segenap keluarga besar Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Pontianak, mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H, mohon maaf lahir dan bathin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *