THE NATION CAPITAL

Oleh: Ma’ruf Zahran

Sumber Daya Manusia (SDM) sudah terbangun sejak dahulu kala. Bermula dari Nusantara titik nol sampai tahun 1945, Juli. Berlanjut menjadi Indonesia, sejak 1945, Agustus sampai sekarang, seluruh elemen bangsa wajib memikirkan SDM. Indikator secara nasional diantaranya adalah pemilu, selain pendidikan yang berjenjang secara formal, pengalaman secara non formal, serta kasih-sayang dalam pendidikan keluarga, istana yang paling indah.Melalui mekanisme pemilu yang selalu diperbaiki prosesnya supaya memenuhi kriteria jujur (integritas) dan adil (akuntabilitas) semakin dirapikan untuk dikawal nilai-nilainya (the guardent of values). Memastikan perolehan suara dan akurasinya berupa pengawasan dari tingkat RT, RW, desa, kota, provinsi dan nasional. Pertaruhan nilai moral bangsa, bukan semata intelektual yang diartikulasi-semu atau penakwilan secara liar.

Maksudnya adalah pra-kondisi bagi seluruh keberhasilan masa depan adalah kesanggupan menunda kesenangan. Generasi instan sulit untuk menjalani hidup tahap demi tahap secara sabar dan tabah. Sebab, instrumental disekitarnya sudah serba cepat. Contoh, alih generasi teknologi yang bertransformasi sangat canggih, boleh jadi telah menempatkan manusia pada posisi konsumen yang pasif, serta tidak berdaya dihadapan mesin robotika
artifisial.

Social capital diantaranya semua masyarakat sipil dan militer harus berpikir positif tentang dirinya, keluarga, masyarakat dan bangsanya. Mengingat stigma positif yang selalu dibayangkan dan dinyatakan, menjadi motivasi, motivasi menjadi aksi. Motivasi dan aksi akan membayar kontan keberhasilan. Social capital akan menjadi nation capital dalam wilayah- rambah yang lebih luas (zonasi diperbesar). Bangsa Indonesia sudah memiliki nation capital diantaranya yang wajib dilestarikan: Pertama keramah-tamahan, kesopan-santunan.

Ramah-tamah sudah menjadi cagar spirit bangsa. Nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu sudah berkarakter ramah. Buktinya, pernikahan antar suku se-Indonesia sudah menjadi tradisi sejak dulu, dan pernikahan antar negara.

Pernikahan Jawa-Melayu jadi Jayu, Bugis-Banjar jadi Buba, Sunda-Betawi jadi Sunbet. Tidak banyak persoalan dalam meng-akur-kan nikah antar suku. Kunci ramah-tamah menjadi modal pembangunan bangsa. Atau bangsa Nusantara yang telah welcome untuk bangsa asing sehingga diikat dengan pernikahan seperti Indonesia-Arab, Indonesia-India, Indonesia-Cina,
Indonesia-Eropa.

Karakter ramah-tamah diawali dengan senyum, sapa, salam (S3). S3 adalah mudah,murah, meriah (3M). Dampak berikut adalah santun (S1), selamat dan sejahtera (S2). Bila semua itu tercapai pasti semua manusia aman (SMA). Namun, iblis tidak pernah berhenti membuat tipu daya dan daya tipu. Sampai kepada bisikan di dada dan mempengaruhi desiran dalam aliran darah, hambat pergerakan daya-tipuan mereka dengan puasa, dan selalu ber-‘azam bersama Allah dengan tawakkal.

Nation capital kedua adalah karakter peduli. Pengalaman Nusantara telah membuktikan bahwa politik penjajah “belah-bambu” (devide et impera), ternyata gagal total. Raja-raja Nusantara mulai sadar bahwa penjajahan asing wajib dilawan secara bersama-sama. Sedang dalam kancah Indonesia, pemilu sejak 1955 sampai sekarang dalam keadaan aman bagi rakyat Indonesia, tanpa pertumpahan darah seperti yang telah kita saksikan di beberapa negara, perang saudara. Bahkan pengalaman covid-19 telah membuat Indonesia lulus berjuang dari pandemi.Kepedulian yang intinya bahu-membahu adalah napas, jantung dan paru masyarakat Indonesia.

Nation capital ketiga adalah karakter religius. Urat nadi bangsa Indonesia adalahagama, sehingga agama, teori dan praktiknya tidak dapat terpisah dari relung kehidupan bangsa Indonesia. Pusaka leluhur inilah yang menjadi dasar lahirnya Pancasila:

1. Ketuhanan yang maha esa.
2. Kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Generasi nation capital tangguh merupakan gambaran masa depan Indonesia. Prototipe mereka adalah insan pembelajar (scholarship), the meaning full guru sekaligus murid. Maksudnya, generasi siap mengajar dan siap diajar, andal dalam melatih, sabar dan ulung saat dilatih. Ekspektasinya, seluruh pemuda Indonesia harapan bangsa, teguh laksana karang di kala siang, mengadu-merintih-menitik telaga air mata kala malam mula merayap sahdu. Siang laksana kuda perang, malam merayap bersenandung dalam kesepian doa ibarat sufi yang bergantung pada seutas tali Tuhan. The melineal booming adalah harapan ke depan semua bangsa-bangsa dunia, terkhusus Indonesia Raya kita. SDM Indonesia berhati mulia seperti Rasulullah dengan empat sifat: siddiq, amanah, tabligh, fatanah. Dalam spektrum kelahiran dan berkebangsaan Indonesia.

The nation capital in power of religius atau reformasi spiritual (penataan kembali) modal rohani wajib menjadi canangan asasi (pondasi) karakter yang dijalankan secara bersama oleh seluruh elemen rakyat di negeri ini. Karakter religius yang diikuti oleh karakter peduli, tanggung-jawab, berani, gemar membaca, disiplin, patuh yang kesemuanya berfalsafahkan Pancasila dan UUD 1945. Semoga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *