ADAB-ADAB JUMAT

Oleh: Ma’ruf Zahran

Jumat hari yang agung (Arab: yaumul ‘adzimat). ‘Adzimat kadang orang katakan jimat mungkin mengandung keagungan. Tetapi bukan jimat yang biasa orang pahami. Sebab keagungan hari jumat wajib ummat menjalani ibadah pada malam dari harinya dengan hikmat dan adab. Mengingat kemuliaan, ketinggian, kebesaran, kesucian, keluhuran, kebaikan, keagungan yang disandangnya, malah telah bersiap-siap menyambut hari jumat sejak hari kamis. Beberapa kemuliaan yang dikandung hari ini adalah: Berdasarkan surah Al-Jumuah ayat 2, penulis berusaha untuk menggali format kemuliaan jumat dan adab-adab yang mengiringi sentrum
karamahnya:

1. Hari pembacaan.
Kebenaran dan kebebasan dunia diawali dengan jendela membaca. Dahulu di zaman primitif manusia saling memangsa (homo homini lupus), saling menindas (del home farel home). Dari Mekah, dusun kecil ketika itu ada seruan dari seseorang untuk membaca dan menulis, Muhammad namanya (lahir, Mekah, 571 Masehi), seruan itu bersumber dari Rabb (Tuhan semesta alam). Bila jumat dijadikan hari kampanye membaca, sudah sewajibnya, jumat membaca, disamping jumat bersih, jumat menulis, jumat belajar, jumat mengajar. Selain kandungan surah Al-Jumuah juga ilmu menjadi landasan beragama. Tanpa ilmu, ibadah ditolak.

2. Hari penyucian.
Jumat berdasarkan surah Al-Jumuah ayat 2 adalah hari dimana setiap individu harus menyucikan diri dari kesyirikan, kejahatan (wayuzakkihim) yang semakna, senapas, sejiwa, searti, sebahasa dengan tazkiyyatun- nufus (penyucian jiwa). Konsepsi hijrah dan tazkiyyah lebih menyata pada hari perkumpulan (jumu’ah). Dari kotor menjadi bersih, dari sakit menjadi sehat, dari sesat menjadi tahu, dari gelap menjadi terang. Apa yang menjadi hijab (dinding) penghalang pandangan kebenaran selama ini adalah diri yang merasa baik (‘ujub), diri yang merasa benar (‘ujub), diri yang merasa pintar (‘ujub). Bahkan mengaku diri yang paling baik seperti Fir’aun disebut kafir, dan tidak mengakui Allah SWT sebagai jabatan Tuhan (Rabb) yang maha benar (Al-Haq) disebut kufur. Menyadari ketiadaan diri (‘adam) hari ini adalah merupakan penyucian diri, sehingga antara jumat ke jumat menjadi hari ampunan dalam putaran sekali sepekan. Ibadah shalat jumat yang berdimensi rotasi ruang dan waktu bila didirikan dengan penuh kesadaran bukan keterpaksaan telah bisa menebus dosa dengan taubat, dibasuh dengan air wudhu, lalu raga dan rasa menghadapNya, tiada lagi bintang, tiada lagi bulan, tiada lagi matahari, yang ada adalah Tuhan semesta alam seperti pengakuan agama dari bapak kami Ibrahim (millata abina Ibrahim).

3. Hari pendidikan.

Masih dalam rangkaian ayat 2 surah Al-Jumuah, setelah jumat disadari sebagai hari pembacaan, hari penyucian, lalu hari pendidikan, pembelajaran, pengajaran. Materi dan nilai ajar adalah Kitabullah dan Sunnah Nabawiyyah (wayu’allimuhumul kitaba wal hikmah), artinya Al-Quran dan Al-Hadits.

Ketiga item mulia jumat karamah tersebut terdapat di dalam khutbah jumat tentang wasiat taqwa dalam pembacaan: “Dan bacalah apa-apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dari Al-Kitab, dan dirikan shalat, sesungguhnya shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, dan mengingat Allah (shalat) lebih besar keutamaannya, dan Allah maha mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ankabut:45). Oleh sebab itu beradablah dalam membaca dengan mengikuti bacaan Nabi Muhammad SAW yang tartil, tajwid dan tahsin pada hari jumat sebagai hari pembacaan (tilawah). Sudah wajib para muadzin, para khatib, para imam untuk meng-upgrade bacaan mereka sesuai dengan bacaan Nabi Muhammad SAW.

Sedang dalam misi jumat sebagai hari penyucian diri mereka (wayuzakkihim) dan hari pengajaran kitab dan hikmah sebagai wujud nyata mensyukuri shalawat atas diutus utusan (rasul yang ummi) dari kalangan manusia. Bila tidak benar pembacaan, tidak bersih penyucian, tidak lurus pengajaran, sesungguhnya di dalam ayat ini juga menjadi tamparan (bumerang) untuk mereka yang gagal paham, gagal pikir yaitu; “wa in kanu min qablu lafi dhalalim-mubin,” artinya; dan dahulu kamu (sebelum pembacaan, penyucian dan pengajaran) berada dalam kesesatan yang nyata.

Baca, suci, ajar (didik) adalah login jumat yang harus diupload dan direlease minimal setiap jumat dalam sepekan. Bila gagal aplikasi baca jiwa, suci jiwa, didik jiwa sama dengan kembali ke zaman jahiliyah yaitu lawan dari baca adalah tidak membaca (bodoh), lawan dari suci artinya tidak suci (kotor), lawan dari didik artinya tidak dididik (binasa). Misi jumat yang mulia telah mengandung adab-adab hakiki batin berupa tiga definisi pembacaan jiwa, penyucian jiwa, pendidikan jiwa. Sementara adab-adab syariati dzahir adalah:

1. Suruhan segera.
Maksud segera mengingat Allah (fas’au ila dzikrillah) adalah menyegerakan datang ke masjid sebagai tempat kumpul manusia (jami’unnas), mencepati dalam rangka memenuhi panggilan perayaan jumat, sebab hari jumat ibarat berhari raya (yaumul ‘id), ibarat berhari haji (yaumul hajj), hari syiar Allah SWT (yaumullah SWT), dan pemimpin dari segala hari (sayyidul ayyam).

Bersegeralah karena mereka yang segera ke masjid dan telah berwudhu di rumah langsung menuju masjid tanpa singgah dan tanpa merokok, lalu mengambil shaf paling depan di sebelah kanan imam telah disetarakan dengan pahala qurban unta jantan yang gagah, besar, tinggi, gemuk, bersih, sehat tanpa cacat. Kemudian niat i’tikaf di dalam masjid, menyimak khutbah dan mendirikan shalat dengan sempurna (tamam) syarat, rukun, sunnah, dan hadir hati kepada Allah SWT (hudhurul qalbi billah SWT) telah menjadikan jumat sebagai penebus dosa dari jumat ke jumat. Lakukan kebaikan jumat secara terus-menerus (sustainability), niscaya kebaikan akan mengusir pergi kejahatan dalam janji Tuhan: “innal hasanat yudzhibnas sayyi-at.”

2. Larangan berisik.
Pra kondisi fokus beribadah adalah ketenangan, terlebih saat ibadah individual menunggu adzan jumat. Bila ditemukan ada yang berbicara, berteriak atau membaca Al-Quran dengan suara nyaring, tentu mengganggu konsentrasi jamaah yang sedang beribadah. Jangan ingin meraup pahala, tetapi tersandung dosa. Ketika waktunya bernuansa ibadah pribadi (infiradi) lakukanlah ibadah secara terdiam, tersembunyi, terrahasia (khafi, akhfa, sirri). Ada pula waktunya bernuansa ibadah kolektif (jama’i) lakukanlah ibadah secara jahar (nyaring). Adab-adab masjid ini tidak jarang dilanggar untuk pemuasan nafsu diri beribadah. Hamba-hamba Allah (Arab: ‘abid, Inggris: obedience) sering menyembunyikan amal shaleh, menyembunyikan ibadah, kecuali apa yang harus ditampakkan karena sifat ibadah yang mengharuskan ditampakkan seperti shalat berjamaah, haji dan umrah berjamaah. Tetapi ‘abid tetap bisa menjaga ketulusan ibadah untuk Allah SWT semata.

Publikasi dan literasi adab-adab jumat diusung kali ini dalam upaya supaya ibadah jumat kita tidak sekedar rotasi waktu ke waktu, rotasi tempat ke tempat, seperti drama kolosal yang belum memberi dampak kearifan yang dikandung jumat. Tuhan telah memperingatkan seperti keledai (himar) yang membawa kitab yang tebal, kitab penuh dengan ilmu, tetapi jika yang membawanya, mendengarnya seperti keledai, tiadalah berarti dan tiadalah bermakna jumat dalam arti belum bisa memberi dampak kebaikan. Jadi, kurang memberi arti bagi pendidikan bahwa shalat jumat tidak sekedar larangan berbicara pada waktu khatib sedang berkhutbah, melainkan juga saat gagal mengerti, gagal memahami dan gagal meng-upgrade diri dari keseluruhan tujuan prosesi shalat jumat diselenggarakan, sehingga tidak terbentuk pribadi-pribadi jumat. Tuhan telah mewartakan suci dalam surah Al-Jumuah ayat 5, ” … seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim.” Moga literasi ini bermanfaat bahwa jumat bukan sekedar waktu istirahat, tetapi pembacaan, penyucian dan pengajaran yang langsung datang dari Allah SWT dan Rasulullah SAW. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *