HINDARI DELAPAN KARAKTER

Oleh: Ma’ruf Zahran

Ada delapan macam kondisi yang nabi selalu berlindung kepada Allah SWT. Dapatmengundang malang bagi diri. Diri tidak bisa terlepas dari sifat (karakter-nya). Delapan yangdihindari adalah: sifat gundah, sedih, lemah, malas, pengecut, kikir, suka berhutang, hidup dalam tekanan orang lain.

Auto diri bertanggungjawab pada diri. Nama, perbuatan, sifat dan diri tidak tertukarsejak dia ditetapkan sampai ujung masa (akhir). Setiap manusia tergadai oleh perbuatan-nyasendiri (kullu syai’ bima kasaba rahin). “Dan pasti manusia tidak dibalasi, kecuali terhadap apa-apa yang mereka kerjakan”. (An-Najmi:39).

Kedelapan penyakit rohani sangat berpotensi bahwa setiap orang pasti pernah terpapar.Perbedaannya terletak pada kemampuan seseorang untuk memblokade delapan sifat buruk yang juga termasuk akhlak madzmumah (tercela). Artinya, akhlak tercela dan akhlak terpujisangat berkaitan erat dengan bertambah dan berkurang iman seseorang (yazidu wa yanqus).

Oleh sebab itu, manusia disuruh meminta perlindungan kepada Allah dengan doa yang diajarkan Nabi: Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazan. Wa a’udzubika minal ‘ajzi wal kasal. Wa a’udzubika minal jubni wal bukhul. Wa a’udzubika min ghalabatid-dayin wa qahrir-rijal. Artinya: Wahai Tuhan, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari duka dan sedih. Aku berlindung kepada-Mu dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan sifat kikir. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari terjerat hutang dan hidup terjajah.

Pertama, dirundung kedukaan dan diselimuti kesedihan yang berlarut-larut tanpa henti, telah menjadi tanda bagi tidak percaya kepada takdir. Takdir merupakan materi khusus pembahasan rukun iman ke-enam. Psiko-somatik berpengaruh terhadap kesehatan fisik. Objek penelitian ini wajib melibatkan dua disiplin ilmu sekaligus, kesehatan mental dan kesehatan fisik. Hubungan antara keduanya yang bekerja secara korelasional. Dalam arti saling mempengaruhi, namun akan dicari faktor determinasi-nya.

Orang yang larut dalam rundung malang, tiadalah dia mampu memenuhi seruan suci Tuhan. Hayya ‘alash-shalah, hayya ‘alal-falah (marilah salat, marilah menuju kejayaan).Apalagi sedih yang dipatuhi sampai berlarut-larut, meronta, menangisi dan meratapi. Nyatalah dia tidak akan mampu berpikir jernih dan berakal sehat. Sejak dulu, Tuhan sudah memperingatkan “la takhaf wala tahzan,” jangan gundah dan jangan susah.

Dua, doa mohon perlindungan kepada-Nya dari sifat lemah dan malas. Sifat lemah yang ada pada diri insan dijadikan kendaraan oleh Iblis untuk membuat manusia apatis dan pesimis.Dalam arti, tidak berdaya terhadap kontrol diri dan kontrol lingkungan. Dampak ikutan dari sifat lemah (‘ajuz) adalah malas (kaslan). Lemah dalam ilmu akan memantik malas belajar.Rasa lemah dalam iman, akan mengundang sarang kejahatan. Seperti dua saudara kandung, lemah mendorong sebab malas, malas mendorong rasa lemah.

Sebab keduanya bisa saling berkontribusi kepada akibat fatal di dunia dan di akhirat apabila jiwa mengarah kepada kejahatan (fujuraha). Seperti lemah dan malas beribadah, lemah dan malas kajian, lemah dan malas belajar. Mafhum muwafaqah-nya adalah betah dalam keingkaran, betah dalam kebodohan.

Adapun mafhum mukhalafah (anti-tesa) fujuraha (jahat) adalah taqwaha (baik). Para penganut tasawuf menyebut taqwaha adalah Nur Muhammad, sedang fujuraha (jahat) adalah selain Nur Muhammad. Perlu dipahami oleh umat akhir zaman, Muhammad bin Abdullah dalam sejarah telah wafat, namun yang melintas-batas ruh, hati dan diri adalah Nur Muhammad yang Tuhan ridha pada-Nya. Diri yang ridha pada-Nya adalah diri Muhammad. Muhammad sebagai kartu identitas bagi umat beliau untuk masuk ke dalam surga. Sebagai yang sudah Tuhan sebut dalam kitab suci: “Balasan mereka di sisi Tuhan adalah surga Aden yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka, dan mereka ridha kepada Allah. Demikian anugerah bagi mereka yang takut kepada Tuhan-nya.” (Al- Bayyinah:8).

Akhirnya, pada saat taqwa bertarung dengan fujur (vis a vis). Pasti kemenangan berada di pihak kebaikan (cahaya), bukan di pihak keburukan (gelap). Tuhan telah proklamirkan sejak lama: “Demi jiwa, dan apa-apa yang Kami hembuskan. Maka Kami ilhamkan kepada manusia, (jalan) keburukan dan (jalan) ketakwaan. Sungguh sangat berbahagia orang-orang yang menyucikan dirinya.Dan sungguh sangat merugilah orang-orang yang telah mengotori dirinya.” (Asy-Syams:7-10). Sebab, Allah bersama orang-orang yang taqwa, Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat baik. Tuhan membersamai orang-orang yang sabar dalam kesabaran mereka.

Jangan lepaskan Nur Muhammad, sebab peperangan (the war) tidak pernah istirahat. Nur versus dzulum (jamak: dzulumat) selalu bertarung setiap detik demi detik. Pasukan- pasukan rohani baik (nur) dan pasukan rohani buruk (dzulum) sedang berpacu, dengan strategi menipu seperti kuda perang yang berlari kencang. Sebagai yang Dia firman-kan: “Demi kuda perang yang berlari kencang (tiada pernah berhenti).” (Al-‘Adiyat:1). Itulah waktu yang masih tersisa sekarang, kini, dan disini, bukan kemaren (menjadi kenangan), bukan besok (masih harapan). Penentuan surga dan neraka adalah disini, bukan disana! Nilai ajarnya adalah memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Sebab waktu laksana kuda perang yang berlari kencang.

Tiga, disuruh berlindung kepada Allah dari sifat pengecut (jubun) dan kikir (bukhul). Dua sifat yang telah menyengsarakan umat manusia. Orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir adalah tipikal manusia pengecut. Sebab bagi pengecut, tidak ada optimisme terhadap kehidupan yang kekal di surga, apalagi berjumpa Tuhan. Untuk si-pengecut, tugasnya adalah mengumpulkan harta sebanyak mungkin untuk kesenangan, lalu menghitungnya. Namun kesenangan yang diharapkan tidak pernah sempurna, kecuali fatamorgana. Semakin pengecut dan penakut, semakin jauh dari ketenangan. Semakin kikir artinya semakin jauh dari kebahagiaan. Bila sifat penakut, pengecut dan pecundang disimpan, tidak ada kemerdekaan, yang ada hanya terpasung, terjajah, terbuang dari rahmat Allah secara terhina dalam keadaan terusir. Seharusnya, tegak kepala para pejuang di hadapan penjajah. Jadilah burung rajawali, jangan jadi ayam sayur, meski keduanya hewan berjenis unggas. Namun kedua karakter mereka jauh berbeda.

Buya Hamka mengatakan: “Jika agama-mu dihina, dan engkau diam saja (dayyus), gantilah baju-mu dengan kain kafan.” Tegas dan berani mengambil resiko itulah makna hidup mulia, atau mati syahid. Hidup menjadi mulia bukan karena diberi kemuliaan dengan percuma. Tiada arti mahkota pangeran yang didapat, bila tanpa prestasi, perjuangan dengan kesungguhan akhlak, ilmu dan adab. Tiada arti lencana dan toga sarjana, tanpa pengorbanan dan perantauan yang melarat. Tiada bermakna kesenangan tanpa melewati penderitaan. Bukankah kebaikan akan terkenang jua? Buya Hamka berpetuah: “Tidurmu setelah lelah-mu bekerja.” Lukislah namamu dengan sebutan kebaikan, sentuhan dari tangan-mu, dan murid-murid yang pernah engkau ukir. Telah menunjukkan jati diri-mu, biarkan sejarah yang berbicara. Nama guru tetap abadi, di sisi maha guru (Muhammad). Dan Muhammad senantiasa berada di dalam Tuhan (fillah).

Empat, doa berlindung kepada Allah dari jeratan hutang dan hidup dibawah kekuasaan orang lain. Tiada makna kebebasan hidup bila terjajah, dan tiada keleluasaan berbuat bila terhutang. Terjajah dan terhutang sama dengan hidup tergadai. Lepaskan keduanya dengan cara jangan berhutang, maka anda merdeka. Merdeka berarti hidup bebas tanpa tekanan, lepas dari penjajahan dan penindasan. Kemerdekaan iman, islam, ilmu, dan akal sehat. Kemerdekaan dalam dan luar diri.

Apa yang menyebabkan manusia suka berhutang? Jawabannya angan-angan, angan yang tinggi adalah anasir angin yang tidak terkendali. Manusia berwatak angin dalam ruang dan daya yang buruk (energi negatif), niscaya melibas apa saja yang ditemukannya.

Jadi, delapan sifat tadi, masing-masing mereka dapat mewakili anasir jasmani dalam satu diri yang sangat dominan. Dominasi tanah di bumi tempat manusia dilahirkan. Bumi, tempat manusia dihidupkan. Bumi, tempat manusia diwafatkan. Bumi, tempat manusia dibangkitkan kali kedua. Karakter atau sifat lemah, malas, duka cita, sedih, pengecut, kikir, suka berhutang dan hidup terjajah merupakan representasi dalam kadar anasir tanah (adam) di bumi. Jangan terlalu lengket dengan tanah, nanti ruh tidak bisa menanjak pada dimensi yang lebih tinggi. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *