URGENSI ISTIGFAR

Oleh : Ma’ruf Zahran

ISTIGFAR (Arab: istighfar) adalah lafal mohon ampun kepada Allah SWT, baik ditulis maupun diucapkan. Idealnya, meminjam rumusan iman yang ditawarkan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari dan dipakai oleh kelompok Ahlussunnah, untuk memberi arti tentang istigfar secara lebih komprehensif.

Istigfar komprehensif adalah lisan mengucapkan, hati membenarkan, tubuh bekerja (iqrar bil-lisan, tashdiq fi-qalbi, ‘amal bil-arkan). Padu item ketiganya merupakan bagian dari makna istigfar yang diperluas yaitu taubat. Tinggalmenambah persyaratan untuk mencapai titel taubat yang berkualitas nasuha. Astaghfirullah (aku mohon ampun kepada Allah) merupakan pilihan diksi yang sangat tepat dalam menyatakan status kehambaan dihadirat Raja yang maha mulia (Al-Malik Al-Karim).

Tentu, derajat hamba bertingkat-tingkat. Pertama, terdapat hamba yang berkualitas kuli, tentu gajinya rendah. Disamping sering menggerutu kepada majikan juga tidak bermental sabar. Menyikapi orang seperti ini, pembayaran pahala harus kontan, seperti upah kepada buruh dari majikan. Dalam sabda: “U’tul ajira ajrah, qabla ayyajiffa ‘araquh” (bayarkan upah pekerja, sebelum keringat-nya kering).

Kedua, hamba yang berkualitas pedagang. Hubungan dengan Tuhan selalu berdasarkan transaksi. Transaksi, janji, profit, komisi, konvensasi dan semua yang bersifat economic minded menjadi ciri mereka. Ruang kajian mereka adalah seputar pahala salat, pahala zakat, pahala puasa, pahala haji, pahala umrah. Atau kalau tidakpahala, kajian mereka seputar dosa. Lebih jauh status hamba model pedagang ini, pahala ekuivalen dengan surga, dan dosa koheren dengan neraka. Jadi dalam beribadah, perhitungan neraca debet, kredit, hutang dan saldo mereka pertimbangkan. Solusinya bisa take amnesti dan atau recovery.

Ketiga, hamba berkualitas syukur (‘abdan syakura). Perilaku ibadah para nabi dan wali Tuhan di muka bumi adalah penuh kesyukuran. Bukan berorientasi profit, namun berorientasi ketulusan. Sepintas mereka tampak biasa dan tampil sederhana. Kecuali para nabi yang dikisahkan oleh Tuhan tentang power perjalanan dakwah mereka, sedang wali-wali Tuhan tidak diberitakan. Tidak diberitakan bukan berarti mereka tidak ada.

Istigfar wajib dilazimkan secara berterusan (istighfar mudawwamah). Kesadaran setiap detik bahwa hamba Tuhan selalu melakukan dosa, dosa lahir dan batin. Dosa dalam perilaku taat, dosa dalam perilaku maksiat, dosa dalam menyikapi datangnya nikmat dan cara memberlakukan-nya. Tentang nikmat adalah dengan selalu mempertanyakan, (dari mana nikmat itu datang, dan kemana nikmat ini dipergunakan). Item pertanyaan hukum ekonomi, darimana datangnya dan kemana dibelanjakan? Adalah konfirmasi domain harta yang tetap dicari kausalitas-nya (sebab-akibat). Terakhir, beristigfar dari dosa menyikapi bala’ (bencana), karena manusia sering salah dalam menilai dan menakar Tuhan. Empat pertanyaan yang selalu digaungkan untuk memantik taubat. Pemantik ahli taubat akan mengundang kecintaan Allah (atta-ib habibullah).

Bila Allah SWT sekali cinta, selamanya Dia akan cinta, bagaimana-pun keadaan hamba tersebut. Selanjutnya, Dia turunkan anugerah yang tidak disangkasangka yaitu: “Man lazimal istighfara ja’alallahu lahu min kulli hammim faraja,wamin kulli dhiqim makhraja, warazaqahu min haitsu layahtasib.” Artinya: Siapa yang melazimi istighfar (senantiasa memohon ampun kepada Allah), Allah hilangkan segala kesusahan baginya. Allah beri jalan keluar dari setiap kesempitan (hidup). Dan Allah beri rezeki dari jalan yang tidak terduga. (Hadis Riwayat
Muslim).

Kenyataan bahwa istigfar mampu menjadi terapi kejiwaan. Sebab gelombang alam bawah sadar (ABS) taubat dan istighfar mampu mentransfer energi damai yang tersublim menjadi hormon tenang dalam perkembangan sel, darah dan saraf otak. Sebaliknya, berdosa tanpa solusi istigfar akan mempercepat bahkan memperparah hormon stress (tekanan jiwa). Tekanan jiwa merupakan embrio bagi perkembangan virus jasmani dan rohani. Al-Quran surah Ar-Ra’du ayat 27-29 telah membentang korelasi iman, amal saleh dan zikir dengan ketenangan hati. Ketiga entitas aktual ini, secara langsung berpengaruh terhadap gelombang otak, peredaran darah, detak nadi dan irama jantung secara teratur dan stabil. Kondisi ini dapat dibuktikan dengan berbantuan alat pendeteksi yang disebut ekokardiografi.

Ekokardiogram atau ekokardiografi atau sonografi jantung adalah metode pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menangkap gambaran struktur organ jantung. Ekokardiografi biasanya dibantu dengan teknologi Doppler yang dapat mengukur kecepatan dan arah aliran darah. Untuk mendapatkan akurasi data, masih perlu dilakukan penelitian yang lebih serius untuk menemukan korelasi antara zikir atau istigfar dengan irama jantung dan kestabilan darah ke otak.

Sebab, semua organ fisik memiliki ruh (spirit) yang bekerja disebalik anatomi jantung, memiliki ruh bagi jantung, ruh bagi darah, ruh bagi otak, ruh bagi paru, ruh bagi ginjal. Istigfar yang sudah bersenyawa dengan anatomi tubuh dan anatomi alam, akan berdampak langsung terhadap kekuatan, kealaman, keturunan dan kekayaan. Janji telah Tuhan pernyatakan: Berkata Hud: “Wahai kaumku, memohon ampunlah kepada Tuhan-mu kemudian bertaubatlah kepada-Nya, niscaya langit akan menurunkan hujan (rahmat) yang lebat kepadamu, dan Dia menambahkan kekuatan-Nya kepada kekuatan-mu. Dan janganlah kamu berpaling menjadi orangorang yang berdosa.” (Hud:52).

The amazing of istigfar juga terdapat pada surah Nuh (71) ayat 10-12, lalu kedahsyatan-nya menembus langit yang menjulang, bumi yang terhampar, bulan yang bercahaya, matahari yang bersinar. Tumbuhan yang mekar, jalan dan lorong yang panjang, sebagai dampak langsung keagungan orang-orang yang beristigfar (mustaghfirin). Sehingga langit menurunkan hujan rahmat, keturunan dan kekayaan yang banyak. Seterusnya, kebesaran anugerah akan ditampakkan saat berbanding lurus dengan taubat yang dilakukan baik secara individual, komunal maupun sosial. Linier antara takwa dengan rahmat, dan linier antara dosa dengan azab. Simpulan keduanya adalah bahwa hukum alam semesta sering konstanta (sunnatullah).Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *