MEMPERINGATI ISRA MIRAJ: MEMANTAPKAN KUALITAS SALAT

Oleh: Ma’ruf Zahran

KAMIS, 8 Februari 2024 dalam almanak masehi, semua umat muslim dunia, memperingati isra miraj yang siklus ketibaan-nya setahun sekali. Hari ini, bersamaan dengan 27 Rajab 1445 dalam almanak hijriyah. Banyak peristiwa
penting yang mengandung hikmah bagi umat manusia yang ingin meraih keselamatan dunia dan akhirat, serta dihindarkan dari siksa api neraka.

Pasti ada kesedihan di hati mukmin detik-detik akan melepas kepergian Rajab. Bukan karena sebab bulan-nya, melainkan Tuhan telah menjadikan Rajab yang disucikan, diantara empat bulan (minha arba’atun hurum). Adalah Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Terlebih dua bulan telah dikondisikan oleh Rasulullah SAW untuk menyambut bulan Ramadan. Ramadan sebagai bulan kewajiban berpuasa bagi kaum muslimin se-dunia. Rajab ini, dimana Rasulullah SAW sering berdoa: Allahumma bariklana fi Rajab wa Sya’ban, wa ballighna Ramadhan. Artinya: wahai Allah Tuhan kami, berkahi kami di bulan Rajab dan Sakban, sampaikan umur kami di bulan Ramadan. Tiga serangkai nama bulan disebut baginda, sebagai kerinduan kepada Ramadan. Ibarat latihan, Rajab adalah bulan menanam dan Sakban merupakan bulan menyiram. Adapun Ramadan merupakan bulan memanen atau memetik hasil tanaman.

Amal kebaikan yang telah terbiasa di bulan Rajab dan Sakban sebagai habitus mukmin, saat diundang menunaikan puasa Ramadan, tidak ada keberatan lagi. Sebab latihan puasa telah dijalani sepanjang Rajab dan Sakban. Puncaknya adalah Ramadan saat sudah senyawa dengan merasakan kemanisan iman (halawatul iman), dan merasakan kemanisan ibadah (halawatul ‘ibadah). Bergegas dan bergerak memacu diri di bulan Rajab dan Sakban. Bulan yang dijanjikan Tuhan, sehingga tidak akan pernah ditolak setiap doa. Maksudnya, terdapat lima malam yang menjadi momen doa diterima Tuhan. Nota tersebut pada setiap malam tanggal 1 Rajab, malam nisfu (pertengahan) Sakban, malam Jumat, malam dua hari raya, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha. Adapun Ramadan yang akan kita jelang nanti, siang dan malam, bahkan setiap detik-nya adalah waktu-waktu yang mustajabah. Ketersediaan peluang ini telah memanda bahwa Tuhan memuliakan Rajab, Sakban, Ramadan. Merugilah manusia yang menyia-nyiakan saat Tuhan membuka pintu rahmat-Nya, namun tidak diketuk dengan taubat. Atau malah terlaknat manusia, saat Tuhan menutup rapat pintu neraka-Nya, namun masih banyak yang membuka dan mengundang kemurkaan-Nya dengan berbuat dosa.

Momentum isra miraj telah mendulang ingatan kita tentang salat. Salat adalah ibadah harian, hampir karena rutinitasnya menyebabkan terkadang kehilangan kualitas (mutu) salat. Lalu, menjadilah salat yang sudah merutin tersebut, terjebak dalam angka bilangan saja (kuantitas). Peringatan isra miraj harus bermuatan makna dan nilai dari rukun qalbi (niat). Menjaga niat ikhlas karena Allah sebelum beramal (qablal ‘amal), saat beramal (‘indal ‘amal), setelah atau pasca beramal (ba’dal amal). Pasca amal mungkin akan hilang pahala-nya saat masih diingat dan disebut, meski sudah berpuluh tahun silam.

Pembahasan rukun qalbi (hati) sudah menjadi wilayah kajian hakikat. Hakikat yang bersifat batin salat yaitu niat ikhlas (murni), khauf (takut), raja’ (berharap), tawadu’ (rendah hati), khusyuk (konsentrasi), haibatullah (menghebatkan Allah), syukur (berterimakasih), sabar, mahabbatullah (cinta kepada Allah), dan hudhurul qalbi billah (kehadiran hati kepada Allah) saat sebelum, sedang dan setelah salat. Demikian, satu rangkaian sekali salat wajib memenuhi minimal sepuluh akhlak, taat batin atau rukun hati. Sepuluh taat batin ini menembus tujuh petala langit menuju hadirat Tuhan yang kudus. Adab batin menyegerakan ibadah diterima-Nya, tanpa menjadi limbah di bumi.

Pemantapan rukun qauli (aturan perkataan) tidak sekedar tahu artinya, namun mengerti maksud bacaan. Salat mengandung rukun bacaan yang bersifat wajib dan sunnah. Bacaan Allahu akbar saat takbiratul ihram, membaca surah Al-Fatihah,membaca tasyahud awal, membaca tasyahud akhir dan salam kekanan dengan ucapan assalamu’alaikum warahmatullah (tanpa wabarakatuh), demikian hadis riwayat Muslim.

Selebihnya adalah bacaan sunnah yang mendapat pahala dan keridhaan Allah SWT bagi pembacanya. Terpenting adalah mengerti makna dan memahami maksudnya. Tuhan pasti mengajarkan ilmu kepada orang takwa tentang apa yang tidak mereka ketahui. Anugerah takwa merupakan kehendak Tuhan untuk memberikan kebaikan kepada seseorang supaya faqih (paham) mengenai selukbeluk agama (wa man yuridillaha khairan yufaqqih fid-din). Artinya: Siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, niscaya Allah pahamkan dia tentang agama-nya.

Rangkaian bacaan dalam salat berisi pujian kepada Allah (tahmid), syahadat, selawat, tasbih, takbir, tahlil, doa. Dan seluruh bacaan yang merefleksikan kehambaan dan merepresentasikan ketidak-berdayaan dihadirat yang maha berdaya, Al-Jalil. Contoh bacaan ruku’ adalah subhana rabiyal ‘adzimi wabihamdih (maha suci Tuhan yang maha agung dan segala puji-pujian untuk-Nya). Gerakan bangkit dari ruku’ yang disebut i’tidal. Dalam perhentian tersebut, berdiri dengan tenang (tumakninah) dengan membaca: Sami’allahu liman hamidah (Allah mendengar orang-orang yang memuji-Nya). Jawab: Rabbana lakal hamdu (Tuhan kami, untuk-Mu segala puji). Lalu sujud, dalam keheningan sujud berbisik diri: Subhana rabiyal a’la wabihamdih (maha suci Tuhan yang maha tinggi dan segala puji-pujian untuk-Nya). Kemudian duduk diantara dua sujud yang seluruhnya mengandung doa. Peralihan antar bacaan beserta gerakan harus ditunaikan dengan jeda dan tenang (tumakninah). Disamping keserasian antara bacaan dan gerakan.

Penuh nuansa doa dalam posisi duduk diantara dua sujud (iftiras). Terkandung delapan permohonan saat hamba duduk dengan memanggil-Nya: Rabbi (Tuhan). Sebab Dia yang menyuruh: Wahai hamba-Ku, panggil Aku dengan sebutan nama: Tuhan-ku, lalu bermohonlah kepada-Ku. Pasti Aku kabulkan. Sebab Aku maha melihat, maha mendengar, maha mengabulkan (Al-Bashir, As-Sami’, Al-Mujib). Permohonan yang Aku ajarkan kepada-mu adalah: Rabbighfirli (Tuhan, ampuni aku), warhamni (sayangi aku), wajburni (tutup aib kesalahan-ku), warfa’ni (angkat
derajat-ku), warzuqni (berilah aku rezeki), wahdini (berilah aku petunjuk), wa ‘afini (berilah aku kesehatan, keafiatan), wa’fu ‘anni (berilah aku kemaafan). Sangat agung doa ini sehingga bisa dibaca berkali-kali dan dapat mengundang rasa berhajat saat berdoa, bermunajat didalam salat.

Esensi penting bacaan salat dapat pula ditemukan dalam bacaan tasyahud awal dan tasyahud akhir. Tidak sekedar artifisial, namun menerangkan substansial dari keserasian bacaan dan gerakan salat, ketika duduk tabarruk (mengharap berkah-kebaikan). Dengan bacaan memuji kebaikan Tuhan, memuji dan bersalamselawat untuk Tuhan (lillah). Ikrar kesaksian (syahadah) atas kebenaran Allah dan kebenaran Rasul. Kemudian diikuti dengan selawat Ibrahimiyyah. Menyambung kontak kepada nabi ke-7 (Ibrahim dan keluarga Ibrahim). Dihaturkan salam hangat dari Muhammad (nabi ke-25) dan umat baginda. Disamping kontinyuitas masa yang selalu terhubung (koneksitas), juga merupakan media bagi keselamatan seluruh alam (fil ‘alamin). Sesungguhnya Engkau (persona kedua) sebagai ekspresi vis a vis (berhadapan) dengan Tuhan. Memuji-Nya, menyanjung-Nya, innaka hamid, majid (sesungguhnya Engkau maha terpuji, maha mulia).

Vis a vis (face to face) esensinya telah didapatkan sejak takbiratul ihram. Allahu akbar (Allah maha besar) dengan mengangkat kedua belah tangan sebagai simbol kalah, lalu bersedekap sebagai simbol cinta. Terus berkalam-kalamlah dengan bisikan cinta dan rindu yang menggetarkan hati. Keterpaduan tiga rukun dalam satu kesatuan (wahdaniyyat) yaitu rukun qalbi, rukun fi’li, rukun qauli. Hati, perbuatan, perkataan miraj menuju Tuhan. Bukan hamba yang miraj, tetapi amal hamba yang miraj berkat ridha (perkenan) Tuhan. Perkenan Tuhan berkat amal pengenalan kepada-Nya. Sebab amal itu ada tiga, amal hati, amal perbuatan, amal perkataan.

Dampak penyerta-pun mengikuti adab batin yaitu ikhlas hati, ikhlas perbuatan, ikhlas perkataan. Dimensi salat ikhlas yang demikian dapat terwujud berkat pertolongan-Nya semata. Seperti yang Dia pernyatakan dalam banyak firman.

Terakhir yang menjadi rukun wajib salat adalah gerakan salam kekanan dengan bacaan: Assalamu’alaikum warahmatullah. Adapun salam kekiri hukumnya adalah sunnah. Salam menjadi penanda bahwa rangkaian mendirikan salat sudah usai. Demikian tuntunan syariat (fikih). Maksud dari pengertian salat versi fikih adalah perbuatan sempurna yang terdiri atas bacaan, gerakan dan keserasian antara bacaan dan gerakan. Diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, dikerjakan sesuai dengan hukum syariat. Secara rinci, fikih memuat hal-hal yang wajib dalam salat sehingga menjadi rukun. Fikih mengatur syarat wajib dan syarat sah salat. Lalu, hukum sunnah salat, hukum makruh dan perkara yang dapat membatalkan salat. Sedang hikmah salat termasuk pada kawasan kajian hakikat.

Memantapkan kualitas salat bila telusur pada kajian esensi (hakikat) gerakan salat menghikmah pada posisi berdiri, ruku’, i’tidal, sujud, duduk dan salam. Para ulama mengambil pelajaran tentang diri yang pasti melewati alam perjalanan rohani dengan disimbolkan oleh posisi dalam salat. Ketika berdiri diumpama sedang berada di alam ruh (jamak: arwah). Di alam ruh dalam durasi masa yang sangat lama. Saking lamanya, hampir semua manusia lupa akan masa azali ini. Kecuali Tuhan peringatkan kenyataan-nya dalam kitab suci. Posisi ruku’ diibaratkan seperti berada dalam rahim ibu, selama sembilan bulan sepuluh hari (normal), kecuali prematur. Posisi i’tidal dikiaskan dengan kehidupan duniawi yang sebenar, sejenak, sementara. Posisi sujud diandaikan telah berada didalam kubur. Oleh sebab itu, perbanyaklah sujud dan berlamalah munajat dalam sujud. Memperlama, memperpanjang, dan memperbanyak sujud sebagai upaya benteng dari siksa kubur. Beralih gerakan dari sujud kepada duduk dapat memetik hikmah. Memetik hikmah bahwa posisi duduk artinya manusia dibangkitkan dari kubur. Atau dibangunkan untuk menjalani masa-masa di akhirat. Dihidupkan kembali dengan penciptaan baru (khalqun jadid), setelah kematiannya. Mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan di dunia. Sedang salam merupakan keadaan seorang mukmin yang akan memasuki Darussalam, jannah yang dijanjikan penuh kesalaman (kedamaian, kesejahteraan). Marhaban bikum, selamat datang di jannah Tuhan. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *