MEMBONGKAR RAHASIA MALAM AL-QADAR

Oleh: Ma’ruf Zahran

AL-QADAR merupakan kata yang memiliki banyak arti (lafal musytarak) yang bila ditinjau dari sudut bahasa dapat dijelaskan secara apa adanya dalam perspektif etimologi (sarih) dan dapat dijelaskan secara kias dalam perspektif terminologi (kinayah). Keduanya akan merujuk pada satu malam dari malammalam ramadan yang dipenuhi kemuliaan (karamiyah) dan kesucian (qudsiyah). Dengan satu malam kemuliaan dapat membuat seluruh hidup manusia beruntung penuh bernilai ibadah, walau bagaimana pun keadaannya. Sebab keadaan manusia bertuah yang menemukan satu malam ganjil pada sepuluh hari terakhir ramadan yang berbobot masa usia 82 tahun, bahkan kualitas kehidupannya lebih baik dari usianya 82 tahun atau lebih baik dari 1.000 bulan. Sebuah capaian yang agung, mulia dan berketetapan di dalam “salamullah” (keselamatan Allah sebab penjagaanNya).

Al-qadar yang memiliki arti kemuliaan disebabkan mulianya malam itu adalah turunnya malaikat Jibril yang membawa wahyu di malam yang diberkati. Berkat mulia malam ramadan telah Allah SWT pilih sebagai malam turunnya wahyu kepada para utusan dalam hal ini Muhammad Rasulullah SAW (salamullah). Malam-malam suci ramadan, Dia banyak mencurahkan rahmat kepada umat Muhammad SAW yang masih hayat maupun yang telah wafat, terutama malammalam turunnya rahmatullah pada putaran sepuluh pertama ramadan (1-10). Kemudian lagi pada paruh sepuluh hari putaran kedua ramadan (11-20) adalah malam ampunan dariNya, sehingga sangat banyak umat Muhammad SAW yang diampuni olehNya, Allah al-‘Afuwwu, al-Karim, sehingga malam tersebut adalah malam keampunan dari Allah (lailatul maghfirah). Milyaran umat Muhammad SAW yang diampuni oleh Allah SWT al-Ghafur pada malam kemuliaan, keampunan dan kemaafan dariNya baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, sehingga malam tersebut adalah malam ampunan. Putaran terakhir adalah pembebasan dari siksa neraka yang bermakna sama dengan pembebasan siksa kubur. Oleh karenanya mengapa secara rahasia bahwa ramadan sangat dinantinanti? Ternyata kasih sayang, ampunan dan pembebasan dari api neraka itulah rahasianya. Atas ketiga sebutan yaitu malam rahmah, malam maghfurullah (keampunan Allah), malam itqun minan-nar telah cukup dalil untuk menjadikan al-Qadar dinanti dan dirindu.

News in ramadan menggiatkan pemberitaan dan pembelajaran umat secara keseluruhan untuk menggapai janji Tuhan yang mulia, sehingga kerja umat dimuliakan seperti Tuhan memuliakan ramadan karim. Rahasia kedua adalah alQadar diartikan ketetapan. QadarNya adalah qudratNya dan iradatNya, dua sifat yang tampak pada perilaku fitrah insani, pada naluri hewani dan instink nabati, ketiganya menjadi satu gerakan di dalam gerakan alam semesta secara keseluruhan menjadi perbuatan alam yang bersumber dari sang Esa, al-Ahad, al-Qadir, al-Muqtadir. Beriman kepada takdir adalah bukti nyata meyakini kekuasaanNya dan kehendakNya yang tidak terbatas.

Malam anugerah hanya untuk umat Muhammad berupa kebahagiaan dan kebaikan yang lebih baik daripada seribu bulan kebahagiaan dan kebaikan (khairun min alfi syahr). Surah Al-Qadar memuat kebaikan, kemuliaan, keselamatan: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam al-Qadar. Dan tahukah kamu apakah (rahasia) malam al-Qadar? Malam al-Qadar itu (berposisi) lebih baik daripada seribu bulan. Diturunkan (tiada henti) malaikat dan ruh pada malam itu dengan izin Tuhan mereka untuk mengurus tiap-tiap urusan. Dikatakan kepada mereka salam sampai terbit fajar.” (Al-Qadar:1-5). Malam al-Qadar (lailatul qadar) juga penamaan untuk sebuah malam penetapan siapa-siapa yang mendapat petunjuk, siapa yang belum, akan dan tidak mendapat petunjuk (hidayah). Hidayah Al-Quran itulah al-Qadar pada malam al-Qadar. Al-Qadar adalah malam yang diberkahi (lailah mubarakah) sebagaimana firman Tuhan: “Ha Mim. Demi Al-Quran yang nyata. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh Kamilah yang memberi peringatan.” (Ad-Dukhan:1-3).

Menyingkap rahasia malam al-Qadar sekiranya umat Muhammad SAW mengetahui dengan jelas dan memandangnya seperti memandang matahari siang tanpa awan, pastilah umat berduyun-duyun menanti serta “mengencangkan ikat pinggang” untuk menunggunya yang terjadi setahun sekali. Betapa agung dan luasnya rahmat (kasih sayang), maghfirah (ampunan) dan itqun minan-nar (pembebasan dari api neraka) dapat merubah nasib manusia yang pahit menjadi manis. Sebagaimana firman Tuhan: “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisiNya terdapat ummul kitab.” (Ar-Ra’du:39).

Malam ketetapan (al-Qadar) tidak statis, tetapi dinamis. Tidak terbilang jumlah umat Muhammad SAW yang mendapat hidayah, hidayah yang bertingkat-tingkat kualitas dan martabatnya. Dari awam menuju kepada kualitas syariat, kemudian menuju kepada kualitas hakikat, kemudian menuju lagi kepada kualitas ma’rifat. Ketetapan urusan-urusan terdapat pada sisi Tuhan yang memberikan salam. Salamullah kepada umat Muhammad SAW melalui suara utusan-utusanNya. Telah berfirman Dia yang maha suci dalam surah Ad-Dukhan (44) ayat 4-7: “Pada malam itu dijelaskan segala urusan dengan penuh hikmah (bijak). Urusan dari sisi Kami. Sungguh Kamilah yang mengutus utusan-utusan, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sungguh Dia maha mendengar lagi maha mengetahui. Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, jika benar kamu orang-orang yang meyakini.” Disini rahasia rahmatNya tersembunyi dalam balutan gulita malam-malam ramadan yang hakikatnya sangat terang-benderang berkat cahaya (nur) Muhammad SAW. Rahasia urusan yang penuh hikmah tersembunyi dalam malam-malam indah ramadan. Rahasia Allah mengirim utusan-utusanNya kepada umat Muhammad SAW beserta malam pelimpahan anugerah, rahasia dari Dia yang selalu mendengarkanmu dan rahasia dari Dia yang selalu mengetahuimu. Rahasia dariNya tentang isi langitNya, rahasia dariNya tentang isi bumiNya, dan rahasia dariNya tentang apa-apa yang ada diantara keduanya, lalu menjadikan kamu orang-orang yang yakin.

Lalu Dia menjadikan kamu orang-orang yang berketetapan dalam keyakinan penuh tanpa keraguan sedikitpun. Keyakinan inilah salam Tuhan kepada hamba-hambaNya di malam indah Al-Qadar sampai terbit fajar. Sampai terbit fajar dimaksud adalah sampai datangnya fajar kematian yang artinya selama hidupnya, si hamba dijaga oleh Allah SWT (mahfudz). Lantas selama hayat dikandung badan, Allah SWT bukakan padanya rahasia ilmu-ilmu dari sisiNya.

Rahasia yang dikandung ramadan adalah bagaimana rasamu dengan Rab dan dengan Rasul? Rasa dengan Rab (Tuhan) dan Rasul melalui pemahaman terhadap kitab suciNya, Al-Quran, sebab dia diturunkan pada malam al-Qadar. Orang-orang yang mendapat malam al-Qadar adalah mereka yang dibuktikan dengan terus-menerus berinteraksi dengan Al-Quran. Dalam kalamullah itulah terdapat rahasia rasa dariNya yang tidak bisa dijelaskan oleh seorangpun, kecuali yang merasakan. Sebab setiap harakat dan sukun mengandung rahasia hikmah rasa, setiap huruf mengandung uraian isi hati yang dalam, ayat demi ayat mengandung karamah, surah demi surah mengandung berkah, ada lirik-lirik senandung rasa yang tidak bisa dijelaskan.

Terakhir, al-Qadar diartikan dengan sempit, sempit dari pengertian bahwa malam itu turun malaikat dan ruhul amin (Jibril). Malaikat yang turun ke bumi jumlahnya sangat banyak, sehingga melebihi jumlah malaikat yang turun dalam perang Badar. Al-Quran mengatakan malam itu malam al-Qadar, terasa bumi sangat sempit. Terjadi karena kuasa dan kehendak Allah SWT. Nilai lain adalah bahwa sempit tidak selalu menunjukkan konotasi negatif. Pelajaran yang dapat dipetik justru dalam kesempitan hidup biasanya orang-orang akan lebih dekat dengan Tuhan dan utusanNya. Kondisi yang terkadang berbeda saat lapang, saat lapang manusia lebih banyak melupakan Allah SWT, lebih sering lupa daripada ingat.

Sudah saatnya tahun ini, mudahan kita dianugerahiNya malam al-Qadar yang tandanya adalah ketenangan hati yang luar biasa, lalu dalam kehidupan sehari-hari kita jauh berubah ke arah yang lebih baik, dan lebih baik lagi. Perubahan (awareness) adalah tanda yang nyata meraih malam al-Qadar.

Malam al-Qadar tidak akan mendatangi anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, sebab kemuliaan hanya untuk anak-anak yang berbakti. Malam al-Qadar tidak akan menghampiri orang-orang yang memutuskan tali silaturahmi, walaupun banyak ibadahnya. Sebab orang yang memutuskan silaturahmi jauh dari pintu surga. Jauh dari pintu surga disebabkan dendam dan tidak ada jiwa pemaaf. Tidak ada jiwa pemaaf disebabkan “aku” dan keakuannya sangat tinggi, mulia dan harga dirinya sangat mahal. Sungguh dinding pengahalang untuk meraih malam al-Qadar adalah kesombongan, keakuan dan kedirian yang merasa sangat terhormat. Malam al-Qadar juga tidak mau menghampiri orang-orang yang mempersekutukan Allah SWT, syirik perbuatannya dan musyrik pelakunya. Wallahu a’lam

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *