MAKNA PENTING HARI JUMAT

Oleh : Ma’ruf Zahran

JUMAT memiliki arti terpenting bagi hati kaum beriman. Hari yang sudah ditetapkan sebagai awal dan akhir dunia. Jumat, hari pertama saat Adam diciptakan. Jumat, hari berkumpul manusia di padang pengumpulan (mahsyar).

Jumat telah mengingatkan kita sebagai hari ketika Adam dan Hawa diturunkan ke bumi secara terpisah dengan lokasi yang berbeda. Konon dikatakan Adam diturunkan dari surga ke India, sedang Hawa diturunkan di Jeddah. Menyebut jumat-pun telah mengingatkan kita tentang memori pertemuan Adam dan Hawa di Arafah, tepatnya di jabal rahmah (bukit kasih-sayang).Menurut riwayat, Adam dan Hawa terpisah sejak diturunkan ke bumi selama empat puluh tahun.Momentum memperingati pertemuan mereka, sehingga jumat dijadikan hari pertemuan, hari raya.

Dengan tidak mengabaikan makna hari lain selain jumat, bahwa harus ditandaskan hari ahad, senin, selasa, rabu, kamis, sabtu mempunyai makna yang mereka sandang masing-masing. Tulisan jumat kali ini didaulat dalam rangka menelisik keanehan (anomali) dari kebiasaan numerik (hitungan). Artinya bila ahad adalah hari pertama, senin (isnain) adalah hari ke-dua, selasa(tsalatsa) adalah hari ketiga, rabu (arba’a) adalah hari ke-empat, kamis (khamis) adalah hari kelima. Mengikuti urutan numerik setelah hari ke-lima adalah hari ke-enam (sittah), hari sitti. Namun Tuhan berkehendak lain dari logika manusia, di luar nalar. Sedangkan hari ketujuh “kembali kepada hitungan normal”. Hari sabtu (sab’ah). Kandungan makna penting jumat akan memesankan kepada umat untuk fokus secara spiritual, setelah bergulat pada hari-hari lain dalam perhelatan material (jual-beli).

Makna spesial jumat sebagai hari ke-enam banyak ditemukan dalam kitab suci. Secara isyarat Al-Quran sering menunjuk bahwa Kami menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Artinya pada hari ke-enam itulah “tamam” atau sempurna penciptaan. Hari ke-enam dalam sebutan jumat, Tuhan menciptakan alam semesta yang masih berupa asap, lalu alam semesta padu menjadisatu, tidak ada langit dan tidak ada bumi. Mulanya, alam semesta tidak ada siang dan tidak ada malam, sama artinya tidak ada matahari, tidak ada bulan. Alam semesta belum mengenal bulan yang berefek tidak ada musim, tidak ada air laut pasang-surut. Tidak ada laut dengan air asinnya, dan tidak ada sungai dengan air tawarnya. Tidak ada awan yang berarak membawa hujan, tidak pula angin yang membawa perkawinan dari serbuk putik jantan ke putik betina dalam menghasilkan bunga dan buah, serta biji-bijian tetumbuhan. Ketika masa itu, alam hanya satu, dari yang maha satu, akan menuju kepada sang satu, kembali ke rumah yang satu, atas undangan yang satu. Diciptakan alam semesta oleh Pencipta yang maha satu (ahad), untuk beribadah di hari jumat kepada yang satu (ahad).

Disini makna jumat sebagai perayaan kolosal yang sangat jumawa bagi makhluk Tuhan yang ada di langit dan yang ada di persada. “Rancak-bana” perayaan sepekan ini, ibarat pengantin yang selalu memperbaharui kisah-kasih. “Ruhui-rahayu” kehidupan yang dikawal selama azan jumat masih berkumandang. Syiar jumat yang inheren merayakan kesyukuran kebahagiaan saat alam tercipta. Di hari jumat pula perayaan alam terpisah yang terdiri atas bagian-bagian, langit, bumi, matahari, bulan, bintang, laut, darat. Pemisahan ini, bertujuan supaya tidak semisal
dengan Tuhan yang bersifat ahad (esa).

Hari jumat adalah hari pertemuan dan perpisahan, bermakna hari pertama kali dunia diciptakan dan hari terakhir kali dunia dimusnahkan. Fase dunia akan bersesuaian dengan fase akhirat. Jumat adalah penghulu dari semua hari (sayyidul-ayyam), hari bermula kehidupan dan kematian saat alam berakhir. Frekuensi yang sama dengan akhirat, hari jumat adalah hari kebangkitan (yaumul ba’tsi), jumat hari pengumpulan (yaumul-mahsyar), jumat hari pengusiran (yaumul-hasyar), jumat hari perhitungan (yaumul-hisab), jumat hari penimbangan amal (yaumul-mizan), jumat hari penyeberangan jembatan menuju surga yang dibawahnya bergejolak api neraka (yaumush-shirath), jumat hari kemenangan masuk ke surga (yaumul-jannah, yaumul maghfirah) sebagai hari kasih sayang (yaumul-rahmah) bagi ahli taat. Dan hari neraka (yaumun-nar), hari kemarahan, hari kesengsaraan bagi pelaku maksiat lagi pendosa.

Khusus untuk penduduk surga (ashabul-jannah), hari jumat pula memandang wajah-Nya yang maha mulia. Kenikmatan puncak yang tiada taranya, terhimpun segala suka-cita, genap seluruh cahaya, menyatu dalam kebahagiaan abadi saat hamba merindukan pencipta sudah terobati. Allahu akbar yang setiap hari di dunia kita baca, kita besarkan asma-Nya. Sami’allahu liman hamidah (Allah mendengar siapa yang memuji-Nya), telah berjumpa secara dzahir dan batin antara yang memuji dan dipuji, di surga. Di surga bertemu seluruh keluarga dan orang-orang yang kita sayangi karena Allah. Karena Allah kita berjumpa, dan karena Allah kita berpisah. Rabbana lakal hamdu, Tuhan kami (kami menghatur) segala puji untuk-Mu. Pasti betapa indah, baik dan benar, tidak ragu dan tidak terbesit keraguan sedikit-pun. Kebenaran bagi sebuah keimanan kami, sewaktu kami di dunia dahulu. Kini di akhirat, kami memanen buah kebahagiaan, setelah kami menanam pohon kebaikan di tanah dunia.

Jumat dapat dimaknai hari taubat, sebab Tuhan menerima taubat Adam pada hari jumat setelah dia berselawat kepada Nur Muhammad, auto Tuhan menerima taubat-nya. Kemuliaan dan keagungan yang disimpan jumat, kini sudah selayaknya kita memuliakannya sebagaimana Tuhan sudah memuliakan jumat. Termasuk hari sebagai makhluk-Nya, berlaku adil terhadap hari artinya menempatkan-nya sesuai syariat. Sama dengan manusia, diantaranya ada yang Dia muliakan, dan ada yang Dia hinakan, sebagian manusia ada yang Dia ampuni, dan sebagian ada yang Dia murkai. Dan Allah berkuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Reasons afirmasi (alasan keberpihakan) Tuhan terhadap hari jumat, sebab Tuhan berkehendak jalinlah hubungan kasih-sayang pada tiga dimensi dalam waktu satu hari per-siklus sepekan. Tiga dimensi komunikasi yang didaulat tersebut adalah:

Pertama, komunikasi dengan Tuhan.
Kedua, komunikasi dengan rasul.
Ketiga, komunikasi dengan umat.

Kajian pertama, komunikasi jumat yang bermakna penting dalam rangka menjalin persatuan dan kesatuan dengan Tuhan yang maha esa bermedia salat yang telah dirancang sejak dahulu kala (by design). Rasul menandaskan barangsiapa meninggalkan salat jumat dengan sengaja tanpa uzur, niscaya Allah mencatatkan baginya memperoleh bagian dari orang-orang munafik. (Riwayat An-Nasa’i).

Kajian kedua, komunikasi jumat yang bermakna penting dalam rangka menjalin hubungan dengan rasul. Mediasi yang mengantarkan salam damai dan selawat sejahtera kepada rasul di hari perkumpulan jamaah. Jumu’ah dalam sebutan Al-Quran dapat menyatukan kesatuan (ittihadiyah) Allah dengan Rasulullah dari hati hamba (abdullah) yang berselawat, Allahumma shalli ‘ala Muhammad, (Allah) sampaikan selawat kami kepada Nabi (Muhammad), wasallim (dan salam).

Ayahnda penulis H. Zahran, senantiasa mengamalkan selawat jumat sampai menjelang khatib berkhutbah. Penulis kecil ketika itu menanyakan kepada ayahnda, mengapa Rasulullahharus diselawati, sedang beliau sudah selamat, dan mengapa harus dihantar salam padanya? Padahal beliau sudah aman sebagai kekasih Allah. Ayahnda menjawab yang bila penulis sekarang terjemahkan, selawat dan salam mirip seperti teori pantulan. Teori pantulan atau cermin pada kaca adalah pantulan diri, atau cermin bereaksi seperti aksi yang kita tampilkan di layar cermin. Ayahnda mengatakan: dirimu tergantung kepada dirimu, apa yang engkau tanam, tidak berselisih dengan apa yang engkau akan petik. Jika karakter mulia yang engkau tanam, mulia pula yang engkau ketam, bila karakter mempersulit yang engkau camai, engkau akan dipersulit Tuhan pada musim panen (yauma hashadih). Bila kemudahan (sahaliyah) yang engkau pupuk di dunia, pasti engkau akan menuai kemudahan (sahaliyah) di akhirat kelak!.

Kajian ketiga, komunikasi jumat yang bermakna penting dalam menyambung kerekatan kasih-sayang kepada sesama dalam silaturahim jumat. Pasti hadir perhimpunan kaum beriman dengan satu tujuan, meraih ridha Allah berkat selawat dan salam kepada Rasulullah dan keluarganya. Berkat silaturahim mengundang datangnya salam rahmat dari Tuhan yang maha penyayang, silaturahim yang memantik ampunan dan keramahan Tuhan, serta dengan silaturahim jumat akan menjauhkan kemarahan Tuhan. Ringkasnya, salat, selawat dan silaturahim berkumpul di hari yang sama, Jumat. Dan ketiganya berhimpun di waktu dzuhur yang sama se-dunia.

Demikian tiga dimensi dalam satu waktu, ibarat pepatah: sekali berdayung, dua-tiga pulau tersinggahi. Melalui literasi ini, aku memohon kepada semua kaum beriman, berhentilah jual-beli bagi penjual-pembeli untuk segera singgah menghadiri jual-beli dengan Tuhan-mu. Kepada para supir angkot, supir truk, supir taksi, supir antar provinsi dan antar negara, berhentilah sejenak untuk rehat, sebab Tuhan akan menyupirkan-mu ke surga. Para pilot, co-pilot, pramugari/pramugara dan kru pesawat, hentikanlah helat penerbangan-mu sejenak, sebab Tuhan akan menerbangkan-mu dengan pilot malaikat Jibril ke surga-Nya. Guru, dosen, dokter, perawat, tenaga medis, berhentilah melayani untuk waktu istirahat jumat. Untuk dokter jantung, ketahuilah sungguh Tuhan akan memberikan injeksi berupa nutrisi ilham yang cerah ke dalam jantung-mu, demikian pula yang lain. Kepada para petani berhentilah membajak sawah, jumat sudah memanggil. Kepada para nelayan liburlah dalam melaut, sebab hasil laut yang kalian tangkapadalah milik Tuhan, sekarang Tuhan sedang mengundang. Selamat berhari jumat sebagai hari suci (the holy-day).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *