JUMAT BERHIKMAT DI BULAN RAJAB

Oleh: Ma’ruf Zahran

RAMADAN sebentar lagi, sedang Rajab, Sya’ban adalah dua bulan pra-tinjau sebelum Ramadan. Tuhan mengistimewakan bulan Rajab diantara empat bulan suci (minha arba’atun hurum) yang dilarang berperang, kecuali diserang. Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab adalah bulan suci larangan menyerang, kecuali bertahan. Atau dengan kata lain, jangan memulai peperangan, jika diserang maka wajib mempertahankan diri. Haram hukumnya mati sia-sia.

Bakal menempuh bulan suci Ramadan, tarhib (persiapan) dimulai sejak bulan Rajab dan Syakban. Bukan ayat dan kalau bukan hadis, namun doa ini bermanfaat, populer dikalangan para sufi yang selalu berharap berkah: Allahumma bariklana fi Rajab wa Syakban, wa ballighna Ramadan. Terjemahannya: Wahai Allah, Tuhan kami, berkahi kami di bulan Rajab dan Syakban, sampaikan usia kami di bulan Ramadan.

Ternyata, turats (kekayaan keilmuan klasik) dalam tradisi kaum muslimin sangat banyak. Jangan terhenti disini dan di tangan anda. Kewajiban akademisi bukan hanya untuk dirinya, dan tidak dinikmati sendiri (onani). Amanat yang Tuhan sudah memberikan ilmu kepada-nya, wajib disebar-luaskan. Surah Al-Mujadalah:11 menyebut bahwa ilmu pengetahuan adalah anugerah dari-Nya (utul ‘ilma). Oleh yang demikian, Tuhan angkat kemuliaan orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.

Turats yang sangat banyak, seharusnya berkelanjutan sampai sekarang. Namun kenyataannya terputus, banyak kaum terpelajar yang merasa puas dengan Hadis Arbain oleh Imam An-Nawawi. Pesantren merasa cukup dengan Fathul Qarib dan Fathul Muin. Kalangan penganut tasawuf merasa sudah di puncak ketuhanan bersama kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali. Atmosfer keilmuan yang terhenti (stagnasi) atau malah mati suri, sangat berbahaya bagi keberlanjutan studi keislaman. Perpustakaan dan ruang kelas hanya berisi kitab berdebu yang menunjukkan kurang peminat.

Tanpa keberlanjutan studi, menjadi sebab jaringan keilmuan (sanad) terputus. Maksudnya, relasi guru-murid hanya transaksi ekonomi melalui sumbangan pengelolaan pendidikan (SPP). Dan relasi dosen-mahasiswa sekedar pembayaran UKT (uang kuliah tunggal). Jenis relasi yang sarat dengan kepentingan dan janji ekonomi. Akibatnya, anak yatim tidak bisa kuliah, anak miskin belum mampu membeli baju dan celana seragam. Lalu, apa bedanya uniform sekolah dengan uniform pramugari di pesawat dengan pramusaji di restoran?

Faktor keterpurukan ekonomi sebabnya. Jelas, komersialisasi pendidikan akan mengancam kecerdasan bangsa. Turunnya IQ dari 100 bisa melorot ke 75. Stunting dan rendahnya asupan gizi seimbang (terutama gizi otak) akan berakibat mendatangkan generasi muda yang lemah sebagai pengganti generasi tua.

Hikmah jumat di bulan Rajab wajib menata-ulang kebijakan untuk investasi SDM (reorientasi). Perlu diketahui, hakikat peradaban bukan sekedar ditandai bangunan hotel yang tinggi mencakar langit? Untuk siapa bangunan itu? Untuk memanjakan orang-orang kaya yang berjumlah 10% dari populasi dunia. Rakyat menonton pameran (stand) kekayaan, kekuasaan, keilmuan yang berjalan dengan angkuhnya. Hotel mewah dan kampus megah berdiri menjulang di tengah pemukiman penduduk yang kumuh.

Kehendak zaman memang demikian, masjid berlomba-lomba “mendandan” diri, sedang kualitas imam dan makmum jauh dari harapan ilmu tajwid dan adab kesopanan. Atau malam jumat diisi dengan ratibul haddad dan ratibul attas, namun tidak dipahami makna dan maksudnya. Agama telah hadir di hati yang kosong, ritual-formal belaka.

Rajab, bulan yang dimuliakan, respon terhadap-nya para sufi membuat senandung rindu. Seakan terpana, terjatuh dalam pelukan sang-nabi yang wangi, dan memuji-muja pada sang-perkasa. Lirih aduannya, sopan diksinya, santun sapaannya, mendalam maknanya.

Indah kedengarannya, tentu senandung dibuat dalam bendungan cinta. Sufi menyebutnya doa dan istighfar Rajab. Bukan ayat, bukan hujjah dalil, bukan sabda sang baginda. Namun sangat bermanfaat untuk menghidupkan hati, ruhi dan nuri Muhammad SAW supaya aktif. Untaiannya adalah terdapat di kitab-kitab doa, berabad-abad istighfar Rajab menjadi amalan. Bacaan istighfar Rajab bisa ditemukan pada kitab Majmu’ Syarif Kamil yang sudah beredar dan tersiar luas. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *